Liputan6.com, Beijing - China telah berhenti menerbitkan data harian COVID-19. Langkah ini menambah kekhawatiran bahwa kepemimpinan negara tersebut mungkin menyembunyikan informasi negatif tentang pandemi setelah pelonggaran pembatasan.
National Health Commission (NHC) atau Komisi Kesehatan Nasional China mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka tidak akan lagi mempublikasikan data setiap hari mulai Minggu 25 Desember 2022, dan bahwa "mulai sekarang, CDC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit) China akan merilis informasi COVID yang relevan untuk referensi dan penelitian."
Baca Juga
Mengutip informasi dari situs NPR.org, Senin (26/12/2022), NHC tidak mengatakan mengapa perubahan itu dilakukan dan tidak menunjukkan seberapa sering CDC akan merilis data.
Advertisement
China mengalami lonjakan kasus baru Virus Corona COVID-19 sejak pembatasan dilonggarkan. Di Provinsi Zhejiang timur China saja, pemerintah provinsi mengatakan mengalami sekitar 1 juta kasus baru setiap hari. Sementara itu, Bloomberg dan Financial Times melaporkan perkiraan yang bocor dari pejabat tinggi kesehatan China bahwa sebanyak 250 juta orang mungkin telah terinfeksi dalam 20 hari pertama bulan Desember.
Terlepas dari lonjakan kasus COVID-19, China telah menangguhkan sebagian besar tempat pengujian COVID-19 publik. Itu berarti tidak ada ukuran publik yang akurat tentang skala infeksi di seluruh negeri.
Pekan lalu, pejabat kesehatan China juga membela ambang batas tinggi negara untuk menentukan apakah seseorang meninggal karena COVID-19.
Saat ini, China mengecualikan siapa pun yang terinfeksi COVID yang meninggal tetapi juga memiliki kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya, dan dalam empat hari menjelang keputusan komisi kesehatan untuk mengakhiri perihal publikasi data, China melaporkan nol kematian akibat COVID.
WHO Tawarkan Bantuan
Pekan lalu, Organisasi Kesehatan Dunia memperingatkan bahwa China mungkin "di belakang kurva" dalam pelaporan data, menawarkan bantuan untuk mengumpulkan informasi. Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO Michael Ryan mengatakan, "Di China, yang dilaporkan adalah jumlah kasus yang relatif rendah di ICU, tetapi secara anekdot ICU sedang penuh."
Airfinity, sebuah firma data kesehatan Inggris, memperkirakan minggu lalu bahwa angka COVID sebenarnya di China adalah satu juta infeksi dan 5.000 kematian setiap hari.
Pada hari Jumat, seorang pejabat kesehatan di Qingdao, di provinsi Shandong timur China, mengatakan kota itu melihat sekitar 500.000 kasus COVID baru setiap hari. Laporan itu dibagikan oleh outlet berita, tetapi kemudian tampaknya telah diedit kemudian untuk menghapus angkanya. Dilaporkan juga ada lonjakan kebutuhan akan krematorium.
Advertisement
Pelonggaran Prokes COVID-19 Sejak Awal Desember
China awal bulan ini telah membatalkan banyak tindakan COVID-19 yang sangat ketat, setelah terjadi protes di seluruh negeri yang mengkritik kepemimpinan. Demonstrasi dipicu oleh kematian dalam kebakaran di sebuah blok apartemen di kota Urumqi di Provinsi Xinjiang, yang menewaskan sedikitnya 10 orang.
Beberapa mengatakan kematian bisa dicegah jika pembatasan tidak terlalu ketat.
Dalam pengarahan baru-baru ini, Institute of Health Metrics and Evaluation Washington memperkirakan hingga 1 juta kematian pada tahun 2023 jika China tidak mempertahankan kebijakan jarak sosial.
Banyak yang khawatir bahwa perayaan Tahun Baru Imlek bulan depan di China bisa menjadi superspreader events (penyebaran super).
Kasus COVID-19 Melonjak, China Dilaporkan Kekurangan Pasokan Darah
Infeksi COVID-19 yang menyebar cepat di China menyebabkan kekurangan darah di rumah sakit di berbagai provinsi dan kota, menggarisbawahi tantangan yang dihadapi oleh sistem perawatan kesehatan negara.
The Blood Center (Pusat Darah) Provinsi Shandong, yang terpadat kedua di China, mengeluarkan red alert warnings atau peringatan siaga untuk persediaan yang tidak mencukupi atas dua golongan darah dalam beberapa hari terakhir, China National Radio melaporkan.
Lebih sedikit orang yang turun ke jalan karena situasi COVID dan cuaca dingin, sementara liburan awal di universitas juga mengurangi jumlah donatur mahasiswa, kata media milik negara, mengutip para pejabat.
Red alert adalah tingkat peringatan tertinggi, yang berarti darah yang disimpan hanya dapat memenuhi dosis pasien yang sakit akut dan kritis selama tiga hari, menurut laporan tersebut.
Komisi Kesehatan Kota Suzhou di provinsi timur Anhui menyerukan donor darah sukarela dalam pernyataan 20 Desember di situs resminya. Pandemi COVID memberikan "tantangan besar" pada pengambilan darah, yang mengakibatkan keterbatasan pasokan dalam perawatan medis, bunyi pernyataannya.
Advertisement