Ada Patahan Terbesar Bumi Membentuk Jurang Laut di Indonesia, Berpotensi Sebabkan Gempa Besar

Gempa Turki mengingatkan kita soal lempeng Anatolia. Ternyata, di Indonesia juga ada patahan terbesar Bumi, yang bisa menyebabkan gempa besar.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 14 Feb 2023, 21:57 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2023, 19:40 WIB
Gempa Turki mengingatkan kita soal lempeng Anatolia. Rupanya, di Indonesia ada patahan terbesar Bumi. Bisa Sebabkan gempa besar (Australian National University - ANU).
Gempa Turki mengingatkan kita soal lempeng Anatolia. Rupanya, di Indonesia ada patahan terbesar Bumi. Bisa Sebabkan gempa besar (Australian National University - ANU).

Liputan6.com, Jakarta - Penyebab gempa Turki 6 Februari 2023 yang menewaskan puluhan ribu orang diakibatkan oleh aktivitas lempeng Anatolia, yang merupakan bagian dari sistem aktivitas tektonik yang kompleks dan relatif aktif di wilayah tersebut, terutama dengan lempeng sekitarnya.

Lempeng Anatolia berbagi batas dengan Lempeng Eurasia, Lempeng Afrika, Lempeng Arab, dan Lempeng Laut Aegean.

Beberapa tahun lalu, sebuah studi menemukan patahan atau sesar terbesar di Bumi, yang ternyata ada di Laut Banda, Indonesia. Dikenal sebagai Weber Deep, jurang yang kedalamannya bisa mencapai 7,2 km itu merupakan salah satu jurang terdalam di planet ini.

Lantas, bagaimana Weber Deep bisa sangat dalam? Lewat sejumlah kajian para peneliti mencoba menemukan jawabannya.

Weber Deep di Indonesia adalah cekungan busur muka, yang pada dasarnya merupakan depresi, yang terletak di depan busur Pulau Banda - rangkaian lengkung pulau vulkanik.

"Weber Deep itu telah diketahui sejak 90 tahun lalu, tetapi sampai sekarang belum ada yang bisa menjelaskan bagaimana jurang itu bisa begitu dalam," kata Jonathan Pownall, peneliti struktur tektonik di Australian National University (ANU) mengutip situs New Atlas, Selasa (14/2/2023).

Hipotesis Ahli

Laut Banda
Google Maps Laut Banda

Para peneliti di ANU berhipotesis bahwa Weber Deep di Indonesia begitu dalam karena dua hal. Pertama, tahap akhir rollback lempengan Pulau Banda, yang merupakan proses di mana subduksi lempeng menarik lempeng di atasnya ke mantel bumi, sehingga menyebabkan keretakan.

Hipotesis kedua, adanya perpanjangan sepanjang patahan sudut rendah yang belum terdokumentasi, berdasarkan studi dasar laut dan riwayat geologi di kawasan tersebut.

"Saya tercengang melihat patahan yang dihipotesiskan, kali ini bukan di layar komputer, tapi menyembul di atas ombak," kata Pownall.

Analisis lebih lanjut dari peta beresolusi tinggi dari dasar Laut Banda menunjukkan ratusan bekas kerusakan paralel yang merusak bebatuan di dasar laut. Kerusakan-kerusakan ini menunjukkan kemungkinan bahwa jurang maut terbentuk ketika  kerak bumi yang lebih besar dari Belgia atau Tasmania terkoyak sejauh 120 km (75 mil) di sepanjang celah sudut rendah atau patahan detasemen.

 

Detasemen Banda

Ilustrasi batu ditengah laut (pixabay)
Ilustrasi batu ditengah laut (pixabay)

Para peneliti memberi nama patahan di Weber Deep, Detasemen Banda.

Menurut peneliti, Detasemen Banda merupakan robekan di dasar laut yang terbuka seluas lebih dari 60.000 km persegi. Saking ekstremnya luasan robekan itu, sehingga di beberapa tempat tidak ada lagi jejak kerak samudra.

Penemuan patahan yang terletak di Ring of Fire ini akan membantu para peneliti menilai bahaya tektonik masa depan di wilayah tersebut.

Gempa dilaporkan merupakan fenomena yang kerap terjadi di wilayah Banda, getarannya bahkan terasa hingga Australia bagian utara.

Potensi Megathrust

Ilustrasi gelombang laut
Ilustrasi gelombang laut (Sumber: Pixabay)

Peristiwa paling dahsyat yang pernah terjadi, yaitu pada tahun 1629, ketika gempa megathrust magnitudo 9,2 mengguncang Banda, mengakibatkan tsunami setinggi 15 meter.

Sejak saat itu, gempa relatif lebih jinak, meskipun beberapa peneliti menunjukkan bahwa cukup banyak 'ketegangan' yang terakumulasi di zona subduksi Banda untuk menghasilkan bencana dengan ukuran yang mirip peristiwa megathrust 1629.

"Di wilayah dengan risiko tsunami ekstrem, pengetahuan tentang patahan besar seperti Detasemen Banda yang bisa menyebabkan gempa besar, merupakan dasar untuk bisa menilai bahaya tektonik dengan tepat," imbuh Pownall.

Infografis Penyebab Gempa Turki Magnitudo 7,8 dan Lindu Dashyat Sebelumnya. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Penyebab Gempa Turki Magnitudo 7,8 dan Lindu Dashyat Sebelumnya. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya