Putin Tangguhkan Kesepakatan Nuklir dengan AS, Pengamat Rusia Ungkap Alasannya

Vladimir Putin mengatakan, Rusia akan menangguhkan partisipasinya di kesepakatan nuklir dengan Amerika Serikat (Stategic Arms Reduction Treaty/New Start).

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 22 Feb 2023, 16:06 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2023, 16:06 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin
Presiden Rusia Vladimir Putin. (AFP)

Liputan6.com, Moskow - Ketua Dewan Yayasan untuk Pengembangan dan Dukungan Club Valdai, Andrey Bystritsky menyampaikan analisanya terkait alasan Rusia menangguhkan partisipasinya di kesepakatan nuklir dengan Amerika Serikat (Stategic Arms Reduction Treaty/New Start).

Bystritsky menyebut Rusia telah menangguhkan partisipasinya karena sejumlah alasan kepada situs TASS, berikut ini di antaranya:

  • Meningkatnya konfrontasi dengan blok NATO secara keseluruhan
  • Keberadaan persenjataan nuklir negara anggota NATO lainnya
  • Informasi tentang dugaan niat AS di bidang senjata nuklir
  • Ketidakpatuhan Washington terhadap aturan perjanjian ini

Vladimir Putin sebelumnya telah mengatakan bahwa Rusia akan menangguhkan partisipasinya di kesepakatan nuklir dengan Amerika Serikat. Hal ini ia sampaikan dalam pidato kenegaraan dan bertepatan dengan peringatan satu tahun invasi besar-besaran Moskow ke Kyiv.

"Mereka ingin kita kalah strategis dan mengklaim ingin fasilitas nuklir kita," kata Putin.

"Dalam hal ini, saya terpaksa menyatakan bahwa Rusia menangguhkan partisipasinya dalam perjanjian kontrol senjata nuklir."

Dikutip dari laman The Guardian, Rabu (22/2/2023), para ahli mengatakan bahwa Putin kini sudah melangkah lebih jauh dan akan menangguhkan laporan rutin tentang pergerakan senjata nuklir serta perkembangan terkait lainnya.

Ini dianggap sebagai pukulan telak bagi Amerika Serikat.

"Rusia menangguhkan partisipasinya di New Start dan ikut sangat disayangkan serta tidak bertanggung jawab," kata Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, kepada wartawan dalam kunjungan ke Athena.

"Kami akan mengawasi dengan cermat dan melihat apa yang sebenarnya dilakukan Rusia. Kami tentu saja akan memastikan tetap berada dalam posisi yang tepat untuk keamanan negara kami sendiri dan sekutu kami."

Perjanjian New Start pada tahun 2010 berisi soal batasan pada persenjataan nuklir strategis yang dikerahkan dari dua kekuatan terbesar di dunia (Amerika Serikat-Rusia).

Kemudian, membatasi aset nuklir strategis. Perjanjian itu juga berisikan aturan pemantauan bersama atas kepemilikan persenjataan nuklir yang dikerahkan masing-masing pihak, serta koordinasi melalui komisi konsultatif bilateral.

Putin Sebut Barat Memulai Agresi

Presiden Rusia Vladimir Putin Peringatkan Tak Ragu Pakai Senjata Nuklir Lawan Ukraina
Presiden Rusia Vladimir Putin memegang teropong saat menonton latihan militer Center-2019 di lapangan tembak Donguz dekat Orenburg, Rusia, 20 September 2019. Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan bahwa dia tidak akan ragu menggunakan senjata nuklir untuk menangkal upaya Ukraina merebut kembali kendali atas wilayah yang didudukinya yang akan diserap Moskow. (Alexei Nikolsky, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP, File)

Melalui pidatonya, Putin menuturkan, Barat telah memulai bukan hanya agresi militer dan informasi, tapi juga ekonomi terhadap Rusia.

"Mereka belum mencapai kesuksesan di salah satu bidang tersebut," kata dia seraya menambahkan bahwa ekonomi Rusia telah direstrukturisasi dan pemberi sanksi sedang menghukum diri sendiri.

Putin turut menyinggung soal referendum yang berlangsung tahun lalu di empat wilayah, yakni Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia.

Seperti dilansir The Guardian, Putin mengatakan, "Anda sendiri yang menentukan masa depan Anda. Anda membuat pilihan terlepas dari ancaman teror Nazi. Tidak jauh dari Anda terjadi aksi militer dan Anda membuat pilihan untuk bersama Rusia. Bersama dengan tanah air Anda."

Presiden Rusia itu sempat meminta para hadirin yang menyaksikan pidatonya untuk berdiri mengenang mereka yang kehilangan nyawa akibat perang. Dia juga menjanjikan bantuan bagi keluarga mereka yang tewas.

Serangan Informasi Agresif

FOTO: Rusia - Ukraina Memanas, Emmanuel Macron Temui Vladimir Putin di Moskow (SPUTNIK/AFP)
Presiden Rusia Vladimir Putin saat bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Moskow, Rusia, 7 Februari 2022. Vladimir Putin dan Emmanuel Macron berupaya menemukan titik temu atas Ukraina dan NATO di tengah kekhawatiran Rusia sedang mempersiapkan invasi ke Ukraina. (SPUTNIK/AFP)

"Merekalah yang memulai perang. Dan kami menggunakan kekerasan untuk mengakhirinya," ujar Putin di hadapan anggota parlemen, pejabat, dan militer.

Putin menuduh Barat meluncurkan serangan informasi agresif dan membidik budaya, agama, dan nilai-nilai Rusia karena sadar bahwa tidak mungkin mereka mengalahkan Rusia di medan perang.

Dia juga menuding Barat melancarkan serangan terhadap ekonomi Rusia dengan sanksi, tetapi Putin menyatakan Barat tidak mencapai apapun dan tidak akan mencapai apapun.

Kremlin tahun ini telah melarang media dari negara-negara yang "tidak bersahabat", termasuk Amerika Serikat, Inggris, dan negara-negara di Uni Eropa hadir dalam pidato tahunannya. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, wartawan dari negara-negara tersebut dapat meliput pidato Putin dengan menontonnya dari siaran langsung.

 

Infografis Syarat Putin Stop Serang Ukraina
Infografis Syarat Putin Stop Serang Ukraina (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya