Srettha Thavisin Terpilih Jadi PM Thailand Usai Berkoalisi dengan Partai Pro Militer

Srettha Thavisin (60) mengamankan kursi perdana menteri Thailand setelah meraih 482 suara di parlemen.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 22 Agu 2023, 19:54 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2023, 19:54 WIB
Taipan real estate Srettha Thavisin (60) terpilih menjadi perdana menteri Thailand. (Dok. Instagram/@sretthathavisin)
Taipan real estate Srettha Thavisin (60) terpilih menjadi perdana menteri Thailand. (Dok. Instagram/@sretthathavisin)

Liputan6.com, Bangkok - Parlemen Thailand pada Selasa (22/8/2023), memilih taipan real estate Srettha Thavisin (60) menjadi perdana menteri berikutnya. Langkah ini diharapkan mengakhiri kebuntuan politik lebih dari tiga bulan pasca pemilu memberikan kemenangan telak bagi partai-partai progresif atas kelompok-kelompok pro-militer.

Srettha adalah satu-satunya kandidat yang diajukan oleh Partai Pheu Thai dan memperoleh 482 suara dari kemungkinan 747 suara di parlemen bikameral Thailand.

Pemilihannya terjadi pada hari yang sama ketika pendiri Pheu Thai sekaligus mantan perdana menteri Thailand Thaksin Shinawatra kembali ke negara itu setelah lebih dari 15 tahun mengasingkan diri.

Seorang pemula politik dengan rekam jejak dalam bisnis, Srettha bergabung dengan Pheu Thai pada tahun 2022 sebelum dinobatkan sebagai salah satu dari tiga kandidat perdana menteri partai menjelang pemilu pada Mei.

Namun, pemilu saat itu dimenangkan oleh partai progresif populer, Move Forward, yang mengusulkan reformasi radikal dengan memanfaatkan kemarahan yang meningkat selama bertahun-tahun terhadap pengelolaan Thailand. Belakangan, upaya Move Forward untuk membentuk pemerintahan dihalangi oleh elite politik kerajaan menyusul janji partai untuk mengubah undang-undang pencemaran nama baik Kerajaan Thailand yang ketat, yang dikenal sebagai Pasal 112.

Adapun Pheu Thai berada pada urutan kedua.

Dalam upaya untuk mengamankan suara yang dibutuhkan, Pheu Thai membuat kesepakatan dengan mantan saingannya, meski dengan melakukan itu berarti mengingkari janji tidak akan bekerja sama dengan partai-partai pro-militer. Demikian seperti dilansir CNN.

Dengan Move Forward sekarang menjadi oposisi, pembentukan pemerintahan baru dinilai akan menambah bahan bakar pada gerakan progresif.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Merasa Tersanjung

Ilustrasi bendera Thailand (AP/Sakchai Lalit)
Ilustrasi bendera Thailand (AP/Sakchai Lalit)

Srettha akan memimpin koalisi 11 partai yang mencakup dua partai pro-militer yang berafiliasi dengan Prayuth Chan-o-cha. Dia mengaku sangat tersanjung dipilih sebagai pemimpin baru Thailand dan berterima kasih kepada rakyat Thailand, partai koalisi, dan semua anggota parlemen yang berpartisipasi dalam pemungutan suara.

"Saya akan berusaha sebaik mungkin untuk menjalankan tugas saya tanpa rasa lelah, demi meningkatkan kualitas hidup seluruh rakyat Thailand," kata Srettha seperti dilansir AP.

Ahli sejarah Thailand Thanet Aphornsuvan menilai bahwa banyaknya kepentingan dalam koalisi tidak akan membuat pemerintahan pimpinan Srettha bahagia.

"Karena terpaksa mengakomodasi sekutu dari semua spektrum politik," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya