Liputan6.com, Jakarta - KTT ke-43 ASEAN resmi ditutup pada Kamis (7/9/2023). Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menyerahkan tongkat keketuaannya kepada Perdana Menteri Laos Sonexay Siphandone.Â
Pertemuan yang berlangsung pada 5-7 September 2023 itu menghasilkan 90 dokumen dan kesepakatan konkret di berbagai bidang seperti keamanan, kemanusiaan, dan ekonomi. Utamanya, para pemimpin negara anggota ASEAN terus menekankan pentingnya kerja sama dan kolaborasi demi mewujudkan perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran kawasan di tengah meningkatnya rivalitas dan tensi geopolitik.Â
Baca Juga
Agenda itu pula yang juga akan dibawa oleh Jokowi ke dalam agenda KTT G20 di New Delhi, India, pada 9-10 September 2023.Â
Advertisement
"Menurut saya, stabilitas dan perdamaian adalah kunci kemakmuran. Bahwa dunia membutuhkan safe house, bahwa kolaborasi dan kerja sama itu harus terus diutamakan. Dan itu kita akan terus menyuarakan kepentingan negara berkembang terkait inklusivitas dan hal-hal yang menyejahterakan rakyatnya," ujar Jokowi dalam konferensi pers usai penutupan KTT ASEAN, Kamis (7/9/2023).Â
Didampingi Ibu Negara Iriana Jokowi, Presiden Jokowi telah berangkat ke India untuk menghadiri KTT G20, pada Jumat (8/9). Mereka berangkat dari Bandara Internasional Soekarno Hatta sekitar pukul 14.45 WIB.
Â
Pesan Jokowi di Penutupan KTT ASEAN 2023
Kolaborasi dan kerja sama merupakan hal yang ditekankan Presiden Jokowi dalam pidato penutupan KTT ASEAN 2023.
"Mari kita terus perkuat kolaborasi dan kerja sama untuk ASEAN yang damai dan makmur, serta menjadikan dunia sebagai tempat yang lebih baik untuk semua," ujar Presiden Jokowi.
"Sekali lagi saya ucapkan terima kasih atas dukungan terhadap keketuaan Indonesia di 2023 dan dengan demikian KTT ke-43 ASEAN dan KTT lainnya secara resmi saya tutup."
Presiden Jokowi kemudian menyerahkan tongkat keketuaan ASEAN ke-44 kepada Laos melalui PM Siphandone.
"Tugas kita belum selesai, pekerjaan besar ASEAN tidak mungkin selesai dalam satu keketuaan saja, kita akan terus menghadapi beragam dinamika dan kompleksitas tantangan global," ungkap Presiden Jokowi.
"Untuk itu kita harus bahu-membahu menavigasi tantangan menjadi peluang, menavigasi rivalitas menjadi kolaborasi, menavigasi eksklusivitas menjadi inklusivitas, dan menavigasi perbedaan menjadi persatuan. Kita harus menjadi nakhoda kapal kita sendiri dan ini saatnya tongkat keketuaan diserahkan ke Laos."
Advertisement