PBB: 2 Pihak yang Saling Bertikai di Libya Bersatu Atasi Masalah Banjir

Dua pihak yang bersaing di Libya mengoordinasikan upaya bantuan bagi korban banjir, kata PBB.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 14 Sep 2023, 13:03 WIB
Diterbitkan 14 Sep 2023, 13:03 WIB
Banjir Libya
Menurut otoritas ambulans di Derna, kota di Libya yang paling parah terkena dampaknya, setidaknya 2.300 orang tewas dalam musibah ini. (AP Photo/Jamal Alkomaty)

Liputan6.com, Tripoli - Dua pihak yang bersaing di Libya mengoordinasikan upaya bantuan bagi korban banjir, kata PBB.

Lebih dari 5.300 orang tewas setelah dua bendungan jebol dan menyebabkan banjir besar di kota Derna di bagian timur.

Setidaknya 10.000 orang hilang dan puluhan ribu lainnya mengungsi, dikutip dari BBC, Kamis (14/9/2023).

Seorang pejabat PBB mengatakan, pemerintah telah meminta bantuan internasional dan bekerja sama satu sama lain.

“Kedua pemerintah telah menjangkau komunitas internasional untuk meminta layanan dan bantuan,” Tauhid Pasha, dari Organisasi Internasional untuk Migrasi, mengatakan kepada program World Tonight di Radio 4 BBC.

“Pemerintah Persatuan Nasional [pemerintahan barat] telah memberikan dukungannya kepada kami dan permintaannya atas nama seluruh negara dan mereka juga berkoordinasi dengan pemerintah di timur,” katanya.

“Tantangannya saat ini adalah komunitas internasional merespons kebutuhan dan permintaan pemerintah,” tambahnya.

Pasha mengatakan, dukungan perlu ditingkatkan "dengan sangat cepat dan untuk itu kami memerlukan dana".

Sejak jatuhnya penguasa lama Kolonel Muammar Gaddafi pada tahun 2011, Libya telah terpecah menjadi dua pemerintahan yang bersaing dan terperosok dalam konflik antara berbagai milisi yang berbeda.

Perdana Menteri Abdul Hamid Dbeibah memimpin Pemerintah Persatuan Nasional yang didukung PBB di Tripoli, ibu kota Libya barat.

Osama Hamad, perdana menteri di wilayah timur, memimpin pemerintahan saingannya yang dikenal sebagai Dewan Perwakilan Rakyat. Namun, banyak yang merasa kekuasaan di sana sebenarnya dipegang oleh tokoh militer Jenderal Khalifa Haftar, yang memimpin Tentara Nasional Libya.

Jenderal Haftar menerima delegasi militer Mesir yang datang untuk menawarkan bantuan dan dukungan setelah bencana tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


20 Ribu Orang Dikhawatirkan Tewas

Sebelum Sesudah Banjir Libya
Kombinasi citra satelit dari Maxar Technologies ini menunjukkan kawasan pelabuhan Derna, Libya, pada 1 Juli 2023, teratas, dan kawasan rusak akibat banjir yang sama pada Rabu, 13 September 2023. Saat badai menerjang pantai, warga Derna mengaku mendengar ledakan keras dan menyadari bendungan di luar kota telah runtuh. (Satellite image ©2023 Maxar Technologies via AP)

Banjir besar yang melanda Libya menyebabkan lebih dari 7.000 orang terluka. Rumah sakit juga tidak berfungsi akibat banjir yang terjadi akibat badai Daniel, serta diperparah oleh bendungan jebol.

Daerah yang terdampak banjir adalah Derna yang berlokasi di timur Libya. Jumlah korban jiwa sudah mencapai ribuan orang dan diprediksi terus meningkat.

Menurut laporan Al Jazeera, wali kota Derna Abdulmenam al-Ghaithi berkata jumlah tewas berpotensi mencapai 20 ribu orang.

Kepada Al-Arabiya, wali kota Derna memprediksi angka itu berdasarkan jumlah distrik yang terendam banjir.

Korban banjir banyak yang terseret arus. Lokasi Derna berada di tepi laut, dan pantainya dipenuhi pakaian, mainan, furnitur, dan berbagai barang yang tersapu arus banjir.

AFP melaporkan bahwa kementerian dalam negeri Libya mencatat ada 3.840 korban tewas. Sebanyak 3.190 orang sudah dikubur.

Di antara korban tewas ada setidaknya 400 orang asing, mayoritas berasal dari Sudan dan Mesir.

Kondisi Libya saat ini sedang terpecah akibat perang saudara. Bagian timur Libya dipimpin oleh anggota DPR dan Tentara Nasional Libya. Pihak pemerintah timur berkata ke Reuters bahwa sudah lebih dari 5.000 orang meninggal.

Menurut laporan jurnalis lokal, kondisi Derna merupakan bencana yang masif dan tidak ada air, listrik, atau bensin. Secara resmi, pemerintah Libya mencatat ada 10 ribu orang hilang. Sementara, PBB menyebut ada 5.000 orang yang hilang.


Bala Bantuan

Banjir Libya
Tim penyelamat berjuang untuk mengevakuasi jenazah korban yang tersapu ke laut akibat banjir mirip tsunami di Libya. (AP Photo/Jamal Alkomaty)

Wali kota Derna, al-Ghaithi, berkata ada bala bantuan yang sudah datang dari Mesir, Tunisia, Uni Emirat Arab, Turki, dan Qatar. Al Jazeera menyebut bantuan internasional terus berdatangan.

Kekhawatiran wali kota Derna saat ini adalah bagaimana cara menemukan para korban.

"Kami sebetunya butuh tim yang punya spesialisasi menemukan jasad-jasad," ujar al-Ghaithi. "Saya khawatir kota ini akan terinfeksi oleh epidemi karena banyaknya jasad di bawah reruntuhan dan air."

Bantuan dari pemerintah barat Libya juga telah mencapai daerah timur yang terdampak banjir ini. Sukarelawan juga turun tangan.

Al Jazeera melaporkan bahwa ada kritikan terhadap al-Ghaithi karena dianggap tidak memberikan peringatan yang mumpuni sebelum banjir terjadi.

Namun, tudingan itu dibantah al-Ghaithi yang berkata telah memberikan peringatan kepada masyarakat bahwa bencana berpotensi terjadi.

Belum ada kabar WNI terdampak banjir ini. Direktur Perlindungan WNi di Kementerian Luar Negeri RI berkata sebagian besar WNI di Libya yang tercatat di database KBRI Tripoli bertempat tinggal di Libya barat. Jumlah WNI yang tercatat sebanyak 282 orang.

Infografis Banjir Jakarta Sentuh Istana Negara. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Banjir Jakarta Sentuh Istana Negara. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya