Liputan6.com, Tel Aviv - Israel pada Sabtu (28/10/2023) mengumumkan bahwa mereka menarik diplomatnya dari Turki menyusul pernyataan yang semakin keras dari Ankara terkait krisis Gaza.
Pengumuman tersebut muncul setelah Presiden Recep Tayyip Erdogan menyebut Israel berperilaku seperti penjahat perang. Erdogan menyampaikan pernyataan tersebut saat berpidato di hadapan ribuan massa pro-Palestina di Istanbul.
Baca Juga
Beberapa saat setelah Presiden Erdogan menyelesaikan pidatonya, Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen menulis di X alias Twitter, "Mengingat pernyataan serius yang datang dari Turki, saya telah memerintahkan kembalinya perwakilan diplomatik untuk melakukan evaluasi ulang terhadap hubungan antara Israel dan Turki."
Advertisement
Given the grave statements coming from Turkey, I have ordered the return of diplomatic representatives there in order to conduct a reevaluation of the relations between Israel and Turkey.
— אלי כהן | Eli Cohen (@elicoh1) October 28, 2023
Tidak ketinggalan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga turut berkomentar. Seperti dilansir BBC, Sabtu (29/10) dia mengatakan, "Jangan menuduh kami melakukan kejahatan perang. Jika Anda berpikir bahwa Anda dapat menuduh tentara kami melakukan kejahatan perang maka itu adalah kemunafikan. Kami adalah tentara yang paling bermoral di dunia."
Netanyahu menambahkan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengambil tindakan pencegahan untuk melindungi warga sipil. Sebaliknya, Netanyahu menuduh Hamas melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dengan menggunakan warga Gaza sebagai tameng manusia.
Lebih dari 7.500 Warga Palestina Tewas
Israel telah memperluas serangannya di Jalur Gaza, tiga pekan setelah Hamas melancarkan serangannya ke Israel selatan, menewaskan setidaknya 1.400 orang dan menyandera lebih dari 200 orang.
Sejak itu, otoritas kesehatan Gaza menyatakan bahwa lebih dari 7.500 warga Palestina telah terbunuh dalam serangan balasan Israel.
Di hadapan ratusan ribu pendukung Palestina pada Sabtu, Presiden Erdogan mengatakan bahwa penyebab utama di balik pembantaian yang terjadi di Gaza adalah Barat.
"Israel secara terbuka telah melakukan kejahatan perang selama 22 hari, namun para pemimpin Barat bahkan tidak bisa menyerukan Israel untuk melakukan gencatan senjata, apalagi bereaksi terhadapnya," kata Erdogan.
Dia menyebut Israel berperilaku seperti "penjahat perang" dan menuduh Israel berusaha "membasmi" warga Palestina.
Erdogan melanjutkan, "Tentu saja, setiap negara mempunyai hak untuk membela diri. Namun, di manakah keadilan dalam kasus ini? Tidak ada keadilan - yang ada hanyalah pembantaian keji yang terjadi di Gaza."
Sebelumya, Erdogan menuturkan bahwa eskalasi terbaru telah menargetkan warga sipil yang tidak bersalah dan memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza.
"Israel harus segera menghentikan kegilaan ini dan mengakhiri serangannya," tegasnya.
Advertisement
Pasang Surut Israel-Turki
Israel dan Turki memiliki sejarah hubungan yang tegang.
Turki yang pernah menjadi sekutu dekat, memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel pada tahun 2010 setelah 10 aktivis Turki pro-Palestina tewas dalam bentrokan dengan pasukan komando Israel yang menaiki kapal milik Turki yang mencoba menerobos blokade maritim Israel di Jalur Gaza.
Hubungan kembali membaik pada tahun 2016, namun kedua negara saling mengusir diplomat utama masing-masing pada tahun 2018 dalam perselisihan mengenai pembunuhan Israel terhadap warga Palestina di tengah protes di perbatasan Gaza-Israel.
Turki tidak menganggap Hamas sebagai organisasi teroris – tidak seperti negara-negara lain termasuk Amerika Serikat dan Inggris. Sejak lama, Turki menjadi tuan rumah bagi para anggota Hamas dan mendukung solusi dua negara atas konflik Israel-Palestina.