Israel Berencana Kendalikan Gaza Pasca Perang Lawan Hamas, AS: Masa Depan Masih Didiskusikan

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah menyatakan bahwa menduduki Gaza akan menjadi kesalahan besar bagi Israel.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 07 Nov 2023, 22:31 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2023, 20:40 WIB
Benjamin Netanyahu
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. (Dok. AFP)

Liputan6.com, Tel Aviv - Israel mengungkap indikasi akan kembali menduduki Gaza jika pertempuran yang terjadi saat ini berakhir dengan kekalahan Hamas.

"Menurut saya, Israel untuk jangka waktu yang tidak terbatas akan memikul tanggung jawab keamanan secara keseluruhan karena kita telah melihat apa yang terjadi jika kita tidak melakukannya," kata Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam program 'World News Tonight' ABC News pada Senin (6/11/2023).

"Ketika kita tidak memiliki tanggung jawab keamanan itu, apa yang akan terjadi adalah meletusnya teror Hamas dalam skala yang tidak dapat kita bayangkan."

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) John Kirby yang ditanyai apakah Washington setuju atau mendukung pandangan Netanyahu menegaskan bahwa diskusi tentang masa depan Gaza sedang berlangsung dan belum ada keputusan yang diambil.

"Yang kami dukung adalah Hamas tidak bisa lagi menguasai Gaza," tutur Kirby.

"Kami sedang melakukan pembicaraan dengan rekan-rekan kami di Israel tentang seperti apa tata kelola pemerintahan di Gaza pasca-konflik ... Jadi, ini adalah diskusi aktif yang kami lakukan, tidak hanya denan Israel, namun juga mitra-mitra lain di kawasan."

Sebelumnya, Presiden Joe Biden telah menyatakan bahwa menduduki Gaza akan menjadi kesalahan besar bagi Israel.

Tolak Gencatan Senjata Tanpa Pembebasan Sandera

Sandera Israel yang Diculik Hamas
Qatar masih berupaya memimpin mediasi antara Hamas dan Israel. Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani pun memperingatkan bahwa serangan udara Israel yang masih berlanjut di Gaza mempersulit kemungkinan pembebasan tahanan. (AHMAD GHARABLI/AFP)

Pada kesempatan yang sama, Netanyahu sekali lagi menolak gencatan senjata di Gaza, kecuali para sandera yang ditawan Hamas dibebaskan. Namun, Netanyahu terbuka atas opsi jeda kemanusiaan yang didesak AS.

"Tidak akan ada gencatan senjata di Gaza tanpa pembebasan sandera," kata Netanyahu. "Sejauh jeda taktis pendek, sekitar satu jam ... kami sudah melakukannya sebelumnya ... untuk memungkinkan bantuan kemanusian masuk ... tapi tidak untuk gencatan senjata secara umum."

Netanyahu menambahkan, "Menurut saya itu (gencatan senjata) akan menghambat upaya perang. Menghambat upaya kami membebaskan sandera karena satu-satunya hal yang berfungsi terhadap para kriminal Hamas adalah tekanan militer seperti yang kami lakukan saat ini." Ketika dipastikan kembali bagaimana jika Hamas setuju untuk membebaskan sandera, Netanyahu mengatakan, "Akan ada gencatan senjata untuk tujuan itu."

Serangan Israel terhadap wilayah Gaza sejak 7 Oktober, menurut otoritas kesehatan Gaza, telah menewaskan lebih dari 10.000 warga Palestina, di mana 4.000 lebih adalah anak-anak. Pengeboman Gaza diawali dengan serangan Hamas ke Israel selatan pada hari yang sama, yang dilaporkan menewaskan sedikitnya 1.400 orang dan lebih dari 200 orang disandera.

Ratusan Petugas Medis Tewas

Duka dan kehancuran pada minggu kedua perang Israel-Hamas
Warga Palestina yang terluka duduk di Rumah Sakit Shifa di Kota Gaza, Jalur Gaza tengah, setelah tiba dari Rumah Sakit al-Ahli menyusul ledakan di sana, Selasa, 17 Oktober 2023. (AP Photo/Abed Khaled)

Juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Selasa bahwa lebih dari 160 petugas kesehatan tewas saat bertugas di Gaza. WHO menyerukan pencabutan pembatasan bantuan medis, dengan menuturkan beberapa dokter melakukan operasi, termasuk amputasi, tanpa anestesi.

"Lebih dari 160 petugas kesehatan meninggal saat bertugas merawat mereka yang terluka dan sakit. Mereka adalah orang-orang yang menjaga sistem kesehatan tetap berjalan melalui dedikasinya," kata Christian Lindmeier, seperti dilansir The Guardian.

"Mereka entah bagaimana menemukan cara untuk menjaga tingkat layanan tetap berjalan."

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah berulang kali menegaskan bahwa perlindungan warga sipil harus menjadi yang terpenting dalam perang Hamas Vs Israel. Dia memperingatkan bahwa Jalur Gaza telah menjadi pemakaman anak-anak.

 

Infografis Tragedi Kemanusiaan 3.000 Lebih Anak Meninggal di Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Tragedi Kemanusiaan 3.000 Lebih Anak Meninggal di Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya