Biden Peringatkan Israel: Pendudukan di Gaza Adalah Kesalahan Besar, Hamas Tidak Mewakili Seluruh Rakyat Palestina

Dalam pernyataan terbarunya, Presiden Amerika Serikat Joe Biden menekankan bahwa sejauh ini tidak bukti Iran terlibat dalam serangan Hamas ke Israel pada Sabtu 7 Oktober 2023.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 16 Okt 2023, 13:07 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2023, 13:07 WIB
Presiden ke-47 Amerika Serikat Joe Biden. (Dok. AFP)
Presiden ke-47 Amerika Serikat Joe Biden. (Dok. AFP)

Liputan6.com, Washington - Tindakan Israel untuk menduduki Jalur Gaza akan menjadi kesalahan besar. Hal tersebut ditegaskan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dalam program "60 Minutes" CBS News yang disiarkan pada Minggu (15/10/2023) malam, di tengah kabar pasukan Israel bersiap melancarkan invasi darat.

Israel telah mengobarkan perang terhadap Hamas pasca serangan kelompok militan itu pada Sabtu 7 Oktober dengan membombardir Gaza tanpa henti. Mereka memperingatkan pula agar lebih dari satu juta warga sipil di utara Gaza untuk bergerak ke selatan.

Ketika ditanya apakah dia mendukung pendudukan Israel di Gaza, Biden seperti dilansir The Guardian, Senin (16/10), menjawab, "Saya rasa itu adalah kesalahan besar."

"Hamas dan elemen ekstremnya tidak mewakili seluruh rakyat Palestina," tambah presiden ke-46 AS itu.

Mengutip Channel News Asia, serangan Hamas menewaskan lebih dari 1.400 orang di Israel, yang sebagian besar dari mereka adalah warga sipil. Sementara itu, serangan balasan Israel pada hari-hari berikutnya mencatatkan sedikitnya 2.670 kematian di Gaza, yang sebagian besar juga merupakan warga sipil. 

Berbagai pihak telah memperingatkan Israel mengenai dampak invasi daratnya ke Gaza, termasuk kelompok bantuan yang memperingatkan akan adanya bencana kemanusiaan, potensi meningkatnya konflik, dan tantangan dalam memisahkan militan dari warga sipil.

Israel pertama kali menduduki Gaza selama Perang Enam Hari tahun 1967. Wilayah tersebut baru dikembalikan sepenuhnya ke tangan Palestina pada tahun 2005.

Namun, setahun kemudian, Israel memberlakukan blokade udara, darat, dan laut di wilayah seluas 362 km persegi, yang berbatasan dengan Mesir dan Laut Mediterania itu. Pada tahun 2007, Israel memperketat blokade setelah Hamas mengambil alih Gaza dari gerakan sekuler Fatah yang dipimpin Presiden Palestina Mahmoud Abbas.

Ketika ditanya apakah Hamas, yang digambarkannya sebagai sekelompok pengecut, harus dilenyapkan seluruhnya, Biden menjawab, "Ya, saya setuju."

"Tetapi harus ada otoritas Palestina. Harus ada jalan menuju Negara Palestina," lanjutnya, mengulangi penyelesaian konflik melalui solusi dua negara atau two state solution.

AS Kirim 2 Kapal Induk ke Dekat Israel

Israel Bombardir Gaza Palestina
Perang Hamas-Israel pecah pada akhir pekan lalu. Serangan Hamas dilakukan secara tidak terduga. (MAHMUD HAMS/AFP)

Pemandu "60 Minutes", Scott Pelley, juga bertanya kepada Biden apakah pasukan AS akan bergabung dalam perang Hamas Vs Israel.

"Saya rasa hal itu tidak perlu," jawab Biden. "Israel memiliki salah satu kekuatan tempur terbaik. Saya jamin kami akan menyediakan semua yang mereka butuhkan."

AS sejauh ini telah mengerahkan dua kapal induk ke Mediterania timur, yakni USS Gerald R. Ford dan USS Dwight D. Eisenhower untuk menunjukkan dukungan kuatnya kepada Israel.

Keberadaan kapal perang AS tidak dimaksudkan untuk bergabung dalam pertempuran di Gaza atau ambil bagian dalam operasi Israel. Namun, kehadiran mereka untuk mengirimkan pesan pencegahan terhadap Iran dan proksinya, Hezbollah di Lebanon.

"Pergerakan tersebut adalah bagian dari upaya kami untuk mencegah tindakan permusuhan terhadap Israel atau upaya apapun untuk memperluas perang ini setelah serangan Hamas terhadap Israel," tegas Menteri Pertahanan AS Llyod Austin.

Koordinator Komunikasi Strategis Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby sebelumnya juga telah menyampaikan hal serupa pada Kamis (12/10). Dia mengonfirmasi pula bahwa AS tidak ada rencana untuk menempatkan pasukan di Israel.

"Tidak ada niat atau rencana untuk menempatkan pasukan AS di Israel," kata Kirby.

Kirby menggarisbawahi bahwa tujuan peningkatan kehadiran militer AS di wilayah tersebut adalah mencegah pihak lain ikut serta dalam konflik jika mereka melihat kelemahan di pihak Israel.

"Kami memperhatikan kepentingan keamanan nasional kami dengan sangat serius di kawasan ini," tutur Kirby, seraya mencatat bahwa tujuan dari penguatan postur kekuatan adalah untuk bertindak sebagai pencegah bagi aktor lain, termasuk Hezbollah, yang mungkin berpikir bahwa memperluas konflik adalah sebuah ide bagus.

Biden: Tidak Ada Bukti Keterlibatan Iran

Israel Bombardir Gaza Palestina
Bola api meletus saat Israel membombardir Kota Gaza, Palestina, Senin (9/10/2023). Israel memberlakukan pengepungan total di Jalur Gaza dan memutus pasokan air karena terus mengebom sasaran-sasaran di daerah kantong Palestina yang padat penduduknya sebagai tanggapan atas serangan mendadak Hamas yang disamakan dengan serangan 9/11. (MOHAMMED ABED/AFP)

Menyinggung soal dugaan keterlibatan Iran dalam serangan Hamas terhadap Israel, Biden dalam wawancara yang sama menegaskan tidak ada bukti nyata bahwa Iran terlibat.

Pernyataannya itu mengulang kembali apa yang telah disampaikan pejabat AS selama beberapa hari terakhir.

"Iran terus menerus mendukung Hamas dan Hezbollah ... Namun, dalam hal apakah mereka tahu sebelumnya, apakah mereka membantu merencanakan serangan, saat ini tidak ada bukti mengenai hal itu," tutur Biden.

Biden pun meninggalkan pesan kepada Iran dan Hezbollah. Dia mengatakan, "Jangan. jangan. jangan. jangan."

Diminta klarifikasi apakah maksud pernyataannya berarti "Jangan melintasi perbatasan, jangan memicu eskalasi", Biden menjawab, "Ya, benar."

Konsekuensi Serangan Hamas Sama dengan Holocaust

Israel Kepung Jalur Gaza Palestina
"Hukum kemanusiaan internasional sudah jelas: kewajiban untuk selalu berhati-hati untuk menyelamatkan penduduk sipil dan objek-objek sipil tetap berlaku selama serangan terjadi," tegas Turk dalam pernyataannya. (AP Photo/Ohad Zwigenberg)

Biden menekan bahwa ada perbedaan mendasar antara warga Israel yang tewas dalam serangan Hamas dan warga Palestina yang tewas dalam serangan balik Israel.

"Israel sedang mengejar sekelompok orang yang terlibat dalam barbarisme yang memiliki konsekuensi sama seperti Holocaust. Jadi, saya pikir Israel harus meresponsnya (serangan Hamas)," ungkap Biden.

"Mereka harus memburu Hamas. Hamas adalah sekelompok pengecut. Mereka bersembunyi di balik warga sipil. Mereka menempatkan markasnya di tempat warga sipil berada, di gedung-gedung, dan sejenisnya. Namun, sejauh mereka dapat memisahkan diri dan menghindari – saya yakin – Israel akan melakukan segala daya mereka untuk menghindari pembunuhan terhadap warga sipil yang tidak bersalah."

Biden mengaku bahwa AS sedang berbicara dengan Israel tentang pembentukan koridor kemanusiaan dan apakah mungkin ada zona aman di Gaza. AS juga sedang terlibat diskusi dengan Mesir mengenai apakah perempuan dan anak-anak dapat dievakuasi ke sana, kata Biden, "Itu sulit.”

Lantas, pakah Biden setuju dengan blokade Israel terhadap Jalur Gaza?

"Saya yakin Israel akan bertindak berdasarkan aturan perang. Ada standar yang harus diikuti oleh lembaga-lembaga dan negara-negara demokratis. Jadi saya yakin bahwa akan ada kemampuan bagi orang-orang tak berdosa di Gaza untuk memiliki akses terhadap obat-obatan, makanan, dan air," imbuhnya.

 

Infografis Perang Hamas Vs Israel Kembali Berkecamuk. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis Perang Hamas Vs Israel Kembali Berkecamuk. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya