Wakil Perdana Menteri Belgia Minta Israel Diberi Sanksi Atas Kejahatannya di Gaza

Wakil Perdana Menteri Belgia Petra De Sutter meminta pemerintah di negaranya untuk memberikan sanksi kepada Israel pada Rabu (8/11).

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 09 Nov 2023, 17:02 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2023, 17:02 WIB
Wakil Perdana Menteri Belgia Petra De Sutter
Wakil Perdana Menteri Belgia Petra De Sutter yang merupakan seorang transgender yang juga ginekolog dan mantan profesor kedokteran reproduksi. (dok. Instagram @pdsutter/https://www.instagram.com/p/BzbJq_epERp/)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Perdana Menteri Belgia Petra De Sutter meminta pemerintah di negaranya untuk memberikan sanksi kepada Israel pada Rabu (8/11).

“Sudah waktunya memberikan sanksi terhadap Israel. Pengeboman itu tidak manusiawi,” tulisnya di Twitter.

“Sementara kejahatan perang terjadi di Gaza, Israel mengabaikan permintaan internasional untuk gencatan senjata.”

De Sutter menyerukan penangguhan segera terhadap perjanjian asosiasi antara UE dan Israel, dan mengusulkan agar Belgia mengalokasikan dana tambahan bagi Pengadilan Kriminal Internasional untuk menyelidiki kejahatan perang yang dilakukan Israel dan Hamas, katanya dalam siaran pers.

De Sutter juga menekankan orang-orang dan perusahaan-perusahaan yang memasok uang kepada Hamas harus diberi sanksi, dikutip dari laman politico.eu, Kamis (9/11/2023).

Sementara pemukim yang melakukan kekerasan, politisi dan tokoh militer yang bertanggung jawab atas kejahatan perang harus menghadapi larangan masuk Uni Eropa.

“Serangan Israel meningkatkan keputusasaan warga Palestina. Tanpa solusi nyata, kekerasan akan terus terulang. Oleh karena itu diperlukan solusi politik yang mengakui Palestina sebagai sebuah negara,” ujarnya.

Pernyataan De Sutter muncul dua hari setelah PM Belgia Alexander De Croo menyebut tindakan Israel di Gaza “tidak lagi proporsional.”

Israel telah melancarkan serangan balasan yang berkelanjutan di Jalur Gaza yang telah menewaskan lebih dari 10.500 warga Palestina termasuk ribuan anak-anak, menurut otoritas kesehatan yang dikendalikan Hamas, sebagai tanggapan atas serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober.

Awal pekan ini, Menteri Lingkungan Hidup Belgia Zakia Khattabi, yang merupakan anggota partai hijau Ecolo yang berbahasa Prancis, mendapat kecaman karena menolak menyebut Hamas sebagai “organisasi teroris”, meskipun sebutan tersebut telah ditetapkan oleh Uni Eropa.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Hezbollah Peringatkan Israel: Perang Akan Meluas Bila Pembunuhan Warga Sipil Palestina di Gaza Berlanjut

Pilu Warga Gaza Meratapi Korban Serangan Israel
Anggota keluarga Palestina Abu Dayer menangis di rumah sakit Al-Shifa setelah kematian anggota keluarga dalam serangan udara Israel di Kota Gaza, Senin (17/5/2021). Tercatat ada 212 penduduk Jalur Gaza, Palestina yang kehilangan nyawa di antaranya 61 korban merupakan anak-anak. (MAHMUD HAMS/AFP)

Pemimpin kedua Hezbollah – milisi kuat yang didukung Iran di Lebanon – mengatakan pembunuhan yang dilakukan Israel terhadap warga sipil di Gaza yang terus terjadi berisiko menimbulkan perang yang lebih luas di Timur Tengah.

Syekh Naim Qassem mengatakan kepada BBC bahwa perkembangan yang sangat serius dan berbahaya dapat terjadi di wilayah tersebut, dan tidak ada yang bisa menghentikan dampaknya.

Wawancara terhadap wakil pemimpin Hezbollah tersebut berlangsung di Beirut, setelah otoritas kesehatan Gaza mengatakan bahwa lebih dari 10.000 warga Palestina tewas akibat serangan Israel sejak 7 Oktober.

Serangan Israel tersebut merupakan balasan atas serangan Hamas ke Israel selatan pada hari yang sama yang menewaskan setidaknya 1.400 orang.

"Bahayanya nyata," kata Qassem, seperti dilansir BBC, Kamis (9/11/2023). "Karena Israel meningkatkan agresinya terhadap warga sipil dan membunuh lebih banyak perempuan dan anak-anak. Apakah mungkin hal ini terus berlanjut dan meningkat tanpa membawa bahaya nyata ke kawasan? Saya kira tidak."

Dia menegaskan eskalasi apapun akan terkait dengan tindakan Israel.

"Setiap kemungkinan pasti ada responsnya," tegas Qassem.

Hezbollah yang digolongkan sebagai organisasi teroris oleh Inggris, Amerika Serikat (AS) dan Liga Arab adalah kekuatan politik dan militer terbesar di Lebanon.


Serangan Hamas Adalah Respons Atas Pendudukan Israel

Lebih dari 3.600 anak-anak Palestina
Hanya dalam 25 hari perang, lebih dari 3.600 anak Palestina telah terbunuh di Gaza, menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas. (AP Photo/Abed Khaled)

Qassem mengklaim Israel memulai agresi terhadap Gaza dengan cara yang mengerikan. Ketika BBC menyatakan bahwa Hamas-lah yang menyerang Israel pada 7 Oktober, Qassem menyebutkan bahwa serangan tersebut merupakan respons yang tidak dapat dihindari terhadap pendudukan Israel atas tanah Palestina.

Dia mengulangi klaim bahwa pasukan Israel, bukan Hamas, yang membunuh banyak warga sipil Israel. Ditanya soal bukti kamera helm – yang dipakai militan Hamas sendiri – yang menunjukkan mereka sedang melakukan pembunuhan, Qassem menjawab, "Mengapa kita tidak melihat apa yang telah dilakukan Israel di Gaza? Mereka membunuh warga sipil dan menghancurkan rumah-rumah."

Qassem menggarisbawahi serangan Hamas pada 7 Oktober sebagai hasil besar bagi perlawanan Palestina. Dia membantah serangan tersebut menjadi bumerang.

Lantas, bagaimana dengan 10.000 warga Gaza yang terbunuh sejak saat itu?

"Pembantaian yang dilakukan Israel semakin memobilisasi warga Palestina untuk mempertahankan tanah mereka," jawabnya.

Dalam kesempatan yang sama, Qassem mengakui bahwa Iran mendukung dan mendanai Hezbollah, namun mengklaim bahwa mereka tidak memberikan perintah.

Jika pasukan Israel harus melancarkan perang kedua dengan Hezbollah maka Israel disebut akan menghadapi musuh yang memiliki senjata lebih banyak dibandingkan kebanyakan negara. Kelompok militan tersebut menempatkan Hamas di bawah naungan, dengan perkiraan 150.000 roket dan rudal.

Menurut Nicholas Blanford, konsultan pertahanan dan keamanan yang berbasis di Beirut yang telah mempelajari Hezbollah selama beberapa dekade, Hezbollah memiliki hingga 60.000 pejuang, termasuk pasukan khusus, pejuang reguler, dan cadangan.

Infografis Ragam Tanggapan Tragedi Kemanusiaan 3.000 Lebih Anak Meninggal di Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Ragam Tanggapan Tragedi Kemanusiaan 3.000 Lebih Anak Meninggal di Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya