Pasukan Israel Kepung RS Al-Shifa di Gaza, Bayi dan Pasien dengan Alat Bantu Mulai Meninggal

Bayi Palestina yang baru lahir di inkubator dilaporkan mulai meninggal, ketika pasukan Israel mengepung rumah sakit Al-Shifa di Gaza dalam pengepungan total dan pemadaman listrik.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 11 Nov 2023, 18:56 WIB
Diterbitkan 11 Nov 2023, 18:56 WIB
bayi
Ilustrasi bayi yang disentuh kakinya/copyright unsplash.com/Omar Lopez

Liputan6.com, Gaza - Bayi-bayi Palestina yang baru lahir di inkubator dilaporkan mulai meninggal, ketika pasukan Israel mengepung rumah sakit atau RS Al-Shifa di Gaza dalam pengepungan total dan pemadaman listrik.

Jet tempur dan tank Israel telah menembaki area di luar RS Al-Shifa di Gaza, yang terbesar di wilayah pesisir tersebut, selama lebih dari 12 jam tanpa jeda.

Laporan Middle East Eye (MEE) mengutip Direktur Kementerian Kesehatan Palestina Munir al-Bursh, yang diunggah di Instagram resminya pada Sabtu (11/11/2023), menyebut bahwa pemadaman listrik sejauh ini telah menyebabkan kematian satu bayi prematur yang terhubung ke inkubator.

Al-Bursh mengatakan semakin banyak bayi dan pasien yang membutuhkan alat bantu hidup akan meninggal setiap jamnya jika listrik tidak segera kembali menyala.

Halaman RS Al-Shifa di Gaza dihantam bom pada hari Sabtu, menyebabkan kebakaran. Peristiwa ini terjadi tak lama setelah listrik padam total.

"Saluran listrik terputus dan generator berhenti bekerja. Kami dikepung dan tidak bisa meninggalkan tempat kami,” kata al-Bursh kepada Al Jazeera.

Muhammad Abu Salima, Direktur Rumah Sakit Al-Shifa, mengatakan saat ini tidak ada air, bahan bakar, dan internet.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan pada Jumat malam bahwa hingga 30.000 orang berada di dalam kompleks rumah sakit, termasuk pasien, pengungsi, dan staf medis.

“Kita hanya beberapa jam lagi menuju kematian, dan dunia menyaksikan kita mati, namun kita tidak terhitung," kata Abu Salima.

 

Serangan dari Malam hingga Pagi Hari

Gaza yang Hancur Lebur akibat Konflik Israel-Palestina
Warga Palestina memeriksa bangunan hancur yang menampung kantor The Associated Press dan media lainnya, setelah terkena serangan udara Israel pekan lalu, di Kota Gaza, Jumat (21/5/2021). Israel dan Hamas telah sepakat untuk gencatan senjata setelah 11 hari pertempuran. (AP Photo/Hatem Moussa)

Dalam situsnya, Middle East Eye menyebut pasukan Israel menyerang dan mengepung rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza, mempertaruhkan nyawa sekitar 15.000 pasien Palestina dan warga sipil yang berlindung di dalamnya, kata pejabat kesehatan pada hari Sabtu.

Jumlahnya disebut mencapai 30.000 orang termasuk pengungsi, dan staf medis.

Jet tempur dan tank Israel telah menembaki area di luar rumah sakit sejak Jumat 10 November sekitar jam 9 malam hingga Sabtu 11 November pagi waktu setempat.

Serangan-serangan tersebut "belum berhenti untuk sesaat" Abu Mouth, seorang jurnalis yang melaporkan dari dalam rumah sakit, mengatakan kepada Middle East Eye (MEE).

Beberapa departemen dan halaman kompleks medis, yang terbesar di Gaza, terkena dampak langsung yang menyebabkan kebakaran di dalam kompleks tersebut, kata jurnalis Mouth.

 

 

Departemen Perawatan Intensif dan Anak-anak telah Berhenti Bekerja

Ilustrasi bayi laki-laki
Ilustrasi bayi laki-laki. (Photo by Burst from Pexels)

Departemen perawatan intensif dan anak-anak telah berhenti bekerja, menurut Ashraf Al-Qudra, juru bicara kementerian kesehatan Palestina.

"Kami terkepung di dalam kompleks medis Al-Shifa," kata Qudra dalam sebuah pernyataan. “Kami dapat mengatakan bahwa kompleks medis Al-Shifa telah berhenti berfungsi dan tidak berfungsi lagi."

Sekitar pukul 6 pagi waktu setempat (4 pagi GMT), listrik padam total di rumah sakit, sehingga pasien yang menggunakan alat bantu hidup berisiko tinggi meninggal setiap saat. Juga tidak ada air, tidak ada makanan, dan tidak ada internet di dalam rumah sakit.

"Kami mencoba segala cara untuk menghidupkan ulang generator, tetapi tidak berhasil," kata jurnalis Mouth kepada MEE.

39 Bayi Terancam Meninggal hingga Penembak Jitu Israel Dikerahkan

Ilustrasi bayi kembar
Ilustrasi bayi. (Gambar oleh Василий Королев dari Pixabay)

Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan satu bayi prematur yang ditempatkan di inkubator telah meninggal. Sebanyak 39 bayi lainnya menghadapi nasib yang sama dalam beberapa jam mendatang jika aliran listrik tidak segera pulih, dokter di rumah sakit telah memperingatkan.

Kurangnya tenaga juga mempengaruhi puluhan pasien yang membutuhkan alat bantu hidup. Setidaknya satu orang telah meninggal karena ventilator berhenti bekerja.

"Ribuan orang terjebak di dalam kompleks, termasuk pasien, staf medis, petugas pertolongan pertama, dan personel pertahanan sipil,” Muhammad Abu Salima, direktur Rumah Sakit Al-Shifa, mengatakan kepada Al Jazeera.

"Kita hanya berjarak beberapa jam saja dari kematian, dan dunia menyaksikan kita mati, namun kita tak terhitung," kata Salima.

Sementara itu, penembak jitu Israel dan drone bersenjata telah menargetkan siapa pun yang bergerak di antara gedung-gedung rumah sakit yang berbeda.

Abu Mouth mengatakan kepada MEE bahwa seorang wanita berusia 26 tahun mencoba meninggalkan rumah sakit di tengah pengepungan dan menjadi sasaran penembak jitu Israel.

"Kami benar-benar terkepung dan pemboman hebat masih berlangsung," kata Abu Mouth.

"Ada kepanikan dan ketakutan di antara orang-orang yang terluka, sakit, dan terlantar di dalam rumah sakit. Mereka menyerang di mana-mana dan kami tidak bisa keluar karena penembak jitu ditempatkan di sekitar rumah sakit,” tambah Abu Mouth.

Infografis Tragedi Kemanusiaan 3.000 Lebih Anak Meninggal di Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Tragedi Kemanusiaan 3.000 Lebih Anak Meninggal di Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya