Liputan6.com, Gaza - Petugas medis Palestina mengatakan pada Kamis, 16 November 2023 bahwa mereka semakin khawatir akan nyawa ratusan pasien dan staf medis di rumah sakit terbesar di Gaza, yang terputus dari semua hubungan dengan dunia luar selama lebih dari sehari setelah pasukan Israel masuk.
Israel mengatakan pasukan komandonya masih melakukan pencarian di rumah sakit Al-Shifa pada hari Kamis, lebih dari sehari setelah mereka memasuki wilayah tersebut sebagai bagian dari serangan yang menurut Israel bertujuan untuk memusnahkan militan Hamas di daerah kantong Palestina.
Baca Juga
Israel yakin markas komando Hamas bawah tanah yang luas beroperasi di terowongan di bawah rumah sakit. Pada Kamis malam, pasukan militer mengatakan tentara telah menemukan terowongan dan kendaraan berisi senjata di dalam kompleks rumah sakit.
Advertisement
"Di RS Al-Shifa, Israel Defense Forces (IDF) menemukan terowongan operasional dan sebuah kendaraan berisi sejumlah besar senjata," kata militer, menggunakan akronim dari Pasukan Pertahanan Israel.
Militer Israel kemudian merilis video dan foto yang dikatakan menunjukkan terowongan dan senjata temuan mereka.
Dikatakan juga bahwa jenazah seorang wanita Israel, salah satu dari sekitar 240 sandera yang disandera oleh kelompok bersenjata Hamas ketika mereka menyerbu ke Israel selatan pada 7 Oktober, ditemukan oleh pasukan di sebuah gedung dekat rumah sakit.
Peralatan militer termasuk senapan Kalashnikov dan granat berpeluncur roket juga ditemukan di gedung tersebut, kata pihak militer Israel.
Human Rights Watch memperingatkan bahwa rumah sakit mempunyai perlindungan khusus berdasarkan hukum kemanusiaan internasional.
"Rumah sakit hanya kehilangan perlindungan jika terbukti ada tindakan berbahaya yang dilakukan di dalam rumah sakit tersebut," kata Direktur pengawas PBB Louis Charbonneau kepada Reuters.
RS Al-Shifa 48 Jam Dimasuki Pasukan Israel
Direktur Kompleks Al-Shifa, Muhammad Abu Salamiya, mengatakan rumah sakit tersebut telah “di bawah otoritas pendudukan selama 48 jam dan setiap menitnya” akan semakin banyak pasien yang meninggal.
"Kami menunggu kematian yang lambat," kata Muhammad Abu Salamiya kepada Al Jazeera TV.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan tentara Israel telah memindahkan jenazah dari halaman rumah sakit dan menghancurkan mobil yang diparkir di sana, namun mereka tidak membiarkan staf atau pasien pergi.
Juru bicara kementerian Ashraf Al-Qidra mengatakan tidak ada air, makanan atau susu bayi di Shifa, yang dipenuhi 650 pasien dan sekitar 7.000 orang mengungsi akibat serangan udara dan pemboman artileri Israel selama berminggu-minggu.
Dia menuntut agar pasukan Israel pergi.
Petugas medis sebelumnya mengatakan puluhan pasien, termasuk tiga bayi prematur, meninggal karena kekurangan bahan bakar dan persediaan dasar selama pengepungan selama berhari-hari.
Advertisement
Operasi UNRWA Terjegal
Di tempat lain, Israel memerintahkan warga sipil untuk meninggalkan empat kota di bagian selatan Jalur Gaza pada Kamis 16 November, meningkatkan kekhawatiran perang dapat menyebar ke daerah-daerah yang telah diberitahukan kepada masyarakat bahwa mereka akan aman.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pasukan Israel telah membersihkan seluruh bagian barat Kota Gaza dan "tahap selanjutnya telah dimulai". Kepala staf militer Israel mengatakan Israel hampir menghancurkan sistem militer Hamas di Jalur Gaza utara.
"Kami akan menyelesaikannya," kata Letjen Herzi Halevi.
Badan-badan kemanusiaan mengeluarkan beberapa peringatan keras mengenai dampak buruk yang ditimbulkan oleh kampanye militer Israel di Gaza terhadap warga sipil sejak mereka mulai melakukan pembalasan terhadap Hamas atas amukannya di Israel selatan.
Program Pangan Dunia (WFP) mengatakan Jalur Gaza menghadapi kelaparan yang meluas, dengan persediaan makanan dan air hampir habis.
"Dengan semakin dekatnya musim dingin, tempat penampungan yang tidak aman dan penuh sesak, serta kurangnya air bersih, warga sipil menghadapi kemungkinan kelaparan," kata Direktur Eksekutif WFP Cindy McCain.
Kepala badan pengungsi Palestina PBB (UNRWA) mengatakan dia yakin ada upaya yang disengaja untuk "menjegal" pekerjaan kemanusiaan mereka di Gaza, dan memperingatkan bahwa badan tersebut mungkin harus menghentikan seluruh operasinya karena kekurangan bahan bakar.
Israel menolak impor bahan bakar, dengan mengatakan bahan bakar tersebut dapat digunakan oleh Hamas untuk tujuan militer.
"Kalau bahan bakar tidak masuk, masyarakat akan mulai mati karena kekurangan bahan bakar. Tepatnya sejak kapan, saya tidak tahu. Tapi ini akan terjadi lebih cepat," kata Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini.
Perusahaan telekomunikasi utama Gaza, Paltel dan Jawwal, mengatakan seluruh layanan telekomunikasi di Gaza terhenti karena semua sumber energi yang memasok jaringan telah habis.
Jurnalis Reuters tidak dapat menghubungi siapa pun di dalam rumah sakit Shifa selama lebih dari 24 jam.
Seluruh RS di Gaza Utara Sudah Lumpuh oleh Israel
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pihaknya berusaha mengatur evakuasi medis terhadap pasien dari Al-Shifa, namun terhambat oleh masalah keamanan dan ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan siapa pun di sana.
Semua rumah sakit di Gaza utara secara efektif telah lumpuh oleh pasukan Israel, yang telah memerintahkan evakuasi seluruh bagian utara wilayah kantong tersebut, yang merupakan rumah bagi lebih dari separuh penduduknya yang berjumlah 2,3 juta jiwa.
Di Rumah Sakit Indonesia di Gaza, sekitar 45 pasien yang membutuhkan pembedahan segera ditinggalkan di ruang tunggu, kata kepala rumah sakit Atef al-Kahlout kepada Al Jazeera.
Konflik ini pecah saat Hamas menerobos pagar di sekitar Gaza pada 7 Oktober dalam serangan yang menurut Israel menewaskan 1.200 orang pada hari paling mematikan dalam sejarahnya.
Israel kemudian membalasnya dengan menggempur Gaza dengan serangan udara dan menghentikan pasokan makanan dan bahan bakar. Otoritas kesehatan Gaza yang dianggap dapat diandalkan oleh PBB mengatakan lebih dari 11.000 orang telah dipastikan tewas, lebih dari 40% di antaranya adalah anak-anak.
Advertisement