China: Junta Militer dan Kelompok Bersenjata Myanmar Capai Gencatan Senjata Sementara

Menurut PBB, bentrokan antara junta militer dan kelompok bersenjata telah menyebar ke Myanmar timur dan barat, hingga memaksa lebih dari setengah juta orang mengungsi.

oleh Tim Global diperbarui 15 Des 2023, 16:08 WIB
Diterbitkan 15 Des 2023, 16:08 WIB
Konflik Myanmar
Pada Senin (9/10/2023), 29 warga sipil, sebelas di antaranya anak-anak, dikabarkan tewas dalam serangan udara dan artileri yang diduga dilakukan militer Myanmar. (STR/AFP)

Liputan6.com, Beijing - China pada Kamis (14/12/2023) mengatakan pihaknya telah memediasi gencatan senjata sementara dalam pertempuran antara junta Myanmar dan kelompok etnis minoritas bersenjata di bagian utara negara itu, yang dekat dengan perbatasannya.

"Pembicaraan yang berlangsung baru-baru ini antara militer Myanmar dan kelompok-kelompok itu, yang difasilitasi oleh China, membuahkan beberapa kesepakatan, termasuk gencatan senjata sementara dan mempertahankan momentum dialog," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning, seperti dilansir VOA Indonesia, Jumat (15/12).

Bentrokan terjadi di Negara Bagian Shan, Myanmar utara, setelah Tentara Arakan (AA), Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA) dan Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang (TNLA) melancarkan serangan pada akhir Oktober. Kelompok-kelompok itu telah merebut posisi militer dan pusat perbatasan yang penting untuk perdagangan dengan China.

Menurut para analis, kondisi tersebut merupakan tantangan militer terbesar bagi junta militer Myanmar sejak mereka merebut kekuasaan pada 2021.

Kantor berita AFP telah menghubungi AA dan MNDAA untuk memberi komentar, sementara TNLA tidak dapat segera dihubungi.

Juru bicara junta militer Myanmar juga telah dihubungi untuk memberi komentar.

Sebelumnya pada Senin (11/12), Beijing mengatakan bahwa perundingan perdamaian telah diadakan dan muncul "hasil positif" tetapi tidak menyebut gencatan senjata.

"Konflik di Myanmar utara jelas sedang mengalami de-eskalasi," kata Mao dalam pernyataannya pada Kamis.

"Ini tidak hanya melayani kepentingan semua pihak terkait di Myanmar, tetapi juga membantu menjamin perdamaian dan ketenangan di perbatasan China-Myanmar."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Setengah Juta Orang Mengungsi

Konflik Myanmar
Selepas kudeta militer pada Februari 2021, rakyat Myanmar terus dirundung duka. Dalam dua hari terakhir, negeri itu dikejutkan dengan berita serangan udara di wilayah utara dan banjir di wilayah selatan. (STR/AFP)

Beijing adalah pemasok senjata utama dan sekutu junta militer Myanmar, namun hubungan keduanya tegang dalam beberapa bulan ini karena kegagalan junta dalam menindak situs penipuan online di Myanmar yang menurut Beijing menargetkan warga China.

Para analis mengatakan China menjaga hubungan dengan kelompok etnis bersenjata di Myanmar utara, beberapa di antaranya memiliki hubungan kekerabatan dan budaya yang erat dengan China dan menggunakan mata uang China serta jaringan telepon di wilayah yang mereka kuasai.

Pengunjuk rasa berkumpul dalam demonstrasi yang jarang di Yangon pada bulan lalu, di mana mereka menuduh China mendukung aliansi etnis minoritas.

Beijing dengan tegas menyatakan "ketidakpuasan" atas bentrokan di Negara Bagian Shan di utara, yang merupakan lokasi jaringan pipa minyak dan gas yang memasok China dan rencana pembangunan jalur kereta api miliaran dolar.

Serangan yang dilakukan aliansi kelompok bersenjata etnis minoritas telah membangkitkan semangat penentang junta militer lainnya.

Menurut PBB, bentrokan telah menyebar ke Myanmar timur dan barat, hingga memaksa lebih dari setengah juta orang mengungsi.


Pengungsi Myanmar di China

Intip Kelompok Pemberontak Myanmar Latihan Militer
Aktivitas pelatihan militer yang dilakukan oleh kelompok pemberontak KNPP di Negara Bagian Kayah, Myanmar.Serangan yang dilancarkan junta militer di desa-desa membuat para warga berlindung di hutan dan menguatkan tekad mereka untuk berjuang melawan kudeta. (Handout/Kantarawaddy Times/AFP)

China mengumumkan pada pertengahan November bahwa mereka telah menerima pengungsi Myanmar dalam jumlah yang tidak ditentukan yang melarikan diri dari pertempuran.

Mereka melakukan itu dengan semangat kemanusiaan dan persahabatan.

Myanmar adalah rumah bagi lebih dari selusin kelompok etnis minoritas bersenjata. Sebagian dari mereka merebut wilayah di kawasan perbatasan dengan China dan berperang melawan militer sejak kemerdekaan dari Inggris pada 1948.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya