Liputan6.com, Jepang - Carolina Shiino, seorang model berusia 26 tahun kelahiran Ukraina baru-baru ini memenangkan ajang kecantikan yaitu Miss Japan (Miss Jepang). Kendati demikian kemenangannya menuai kontroversi karena ia dianggap bukan warga Jepang karena tidak lahir di sana dan bahkan parasnya tak seperti orang Jepang pada umumnya.Â
Mengutip Oddity Central, Selasa (30/1/2024), Carolina Shiino diketahui pindah ke Jepang saat usianya lima tahun dan menghabiskan sebagian besar hidupnya di Negeri Sakura. Ia bahkan berkomunikasi dengan lancar menggunakan bahasa Jepang.Â
Kemenangannya ini menuai kontroversi karena Carolina adalah warga naturalisasi Jepang pertama yang memenangkan kontes kecantikan Miss Japan.
Advertisement
Masyarakat setuju dengan kecantikan paras yang Carolina miliki, namun masih tetap dianggap tidak terlihat seperti Miss Jepang yang semestinya. Bahkan banyak mengatakan kalau Carolina 100% bukan orang Jepang dan juga tidak lahir di Jepang.Â
Seorang netizen di X berkomentar bahwa Carolina bukan blasteran Jepang tapi murni 100% berasal dari Ukraina, lalu di mana Jepangnya?Â
"Kalau dia setengah Jepang, mungkin tidak masalah, tapi secara etnis dia sama sekali bukan orang Jepang?" ujar seorang di X (Twitter)
Penyelenggara Miss Japan Grand Prix pageant, Ai Wada menyatakan kepada BBC bahwa kemenangan Carolina sudah disetujui oleh para juri dan beranggapan bahwa partisipasinya di ajang kecantikan ini memberikan kesempatan untuk kembali memikirkan apa itu sebenarnya kecantikan Jepang.
Pada wawancaranya, Ai Wada meyakini satu hal baru yaitu kecantikan perempuan Jepang tidak hanya terletak pada penampilan, etnis, maupun darimana ia berasal. Ai Wada meyakini bahwa kecantikan Jepang ada dari hati mereka.
Â
Kecantikan Jepang
Namun, pesan ini nyatanya tidak bisa membuat masyarakat senang, orang-orang mengeluh bahwa kemenangan seorang wanita Ukraina sebagai Miss Jepang membuat bingung masyarakat Negeri Sakura, dan mereka menganggap bahwa keputusan tersebut adalah keputusan yang konyol dan tidak masuk akal.Â
Carolina Shiino juga menganggap bahwa dirinya adalah orang Jepang, baik dalam perkataan maupun dalam pikiran. Ia berharap nantinya bisa membantu masyarakat untuk tidak lagi menilai seseorang berdasarkan penampilan maupun etnis yang mereka miliki.
Kejadian serupa pernah terjadi di tahun 2015 saat Ariana Mamiko Miyamoto yang dinobatkan sebagai Miss Universe Jepang. Ariana lahir dari seorang ibu berdarah Jepang dan Ayah keturunan Afro-Amerika dan menjadikannya pemenang pertama blasteran yang dinobatkan pada Miss Jepang 2015. Kemenangan Ariana juga dianggap kurang Jepang dan tidak pantas untuk disebut sebagai Miss Japan.Â
Wanita kelahiran Sasebo, Nagasaki, 12 mei 1994 itu menjadi sasaran kritik dan kekerasan verbal karena dianggap tidak memiliki wana kulit seperti wanita Jepang pada umumnya yang memiliki warna kulit lebih cerah.Â
Advertisement
Miss Jepang 2015, Ariana Miyamoto
Hampir seluruh hidup Ariana ia habiskan di Jepang.
Bagi orang Jepang Ariana dianggap bukan orang Jepang walaupun Ibunya adalah orang Jepang dan ia lahir juga besar di Jepang.
Di Jepang Ariana dikenal sebagai "hafu" yang diambil dari kata bahasa inggris yaitu "half", ia sama sekali tidak merasa tersinggung dengan sapaan seperti itu. Ariana beranggapan jika tidak ada istilah seperti itu lebih sulit untuk dirinya menjelaskan tentang dirinya dan bagaimana ia di Jepang.
Kemenangannya di Miss Jepang 2015 sama sekali tidak disambut dengan antusias, bahkan media yang ada di Jepang tidak ramai memberitakan tentang kemenangannya.
Kemenangannya justru lebih dihargai dari luar Jepang.
Komentar dan juga tanggapan netizen bahkan mengisyaratkan ketidaksukaan atas kemenangan yang diperoleh oleh Ariana.
Kisah serupa kedua Miss Jepang ini juga dialami Brooke Bruk-Jackson, pemenang Miss Zimbabwe berkulit putih yang lahir dan besar di negara Afrika. Kemenangannya ini juga menuai kontroversi.
Miss Universe Zimbabwe, Brooke Jackson
Kemenangan kontes kecantikan yang memicu perdebatan juga dialami Brooke Bruk-Jackson, yang lahir dan besar di Ibu Kota Zimbabwe, Harare. Ia dianggap tak mewakili negara tersebut karena berkulit putih.
Perdebatan atas kemenangan Brooke juga ramai di Instagram. Pada unggahan yang mengumumkan kemenangannya, masyarakat berkomentar menunjukkan kekecewaannya melihat perwakilan dari negara Afrika.
Brooke berpendapat di salah satu unggahan Instagramnya menyatakan bahwa warna kulit seharusnya tidak dijadikan sebagai penilaian kepada seseorang.
Kemenangan Brooke ajang kecantikan Miss Universe Zimbabwe ini juga memicu kontrovesi tentang ras di negara tersebut. Masyarakat beranggapan bahwa Brooke bukanlah representasi dari negara Zimbabwe yang dikenal secara umum.
Selain itu, kemenangan Brooke juga berhasil mengalahkan runner-up Nokutenda Marumbwa dan juga Amanda Mpofu.
Dikutip dari Newshub.co.nz edisi Selasa 26 September 2023, di X atau sebelumnya Twitter, seorang warganet menulis, "Bayangkan menobatkan orang kulit putih sebagai Miss Zimbabwe. Artinya, tidak ada perempuan kulit hitam di Zimbabwe yang mampu memenuhi standarnya. Pemujaan orang kulit putih macam apa ini?"
 Â
Advertisement