Serangan Israel Tewaskan 7 Pekerja Kemanusiaan, Sejumlah Badan Amal Tangguhkan Pengiriman Bantuan ke Jalur Gaza

Sejumlah badan amal mengambil langkah menghentikan operasi di Jalur Gaza demi melindungi stafnya.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 05 Apr 2024, 15:16 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2024, 10:51 WIB
Potret Anak-anak Pengungsi Palestina Antre Pembagian Makanan di Kamp Jabaliya Jalur Gaza
Pengungsi Palestina mengantre untuk mendapatkan makanan gratis di kamp pengungsi Jabaliya di Jalur Gaza pada Senin, 18 Maret 2024. (AP Photo/Mahmoud Essa)

Liputan6.com, Gaza - Bencana kemanusiaan di Jalur Gaza dikhawatirkan semakin memburuk setelah badan-badan amal mengumumkan mereka menghentikan operasi di wilayah tersebut pasca serangan drone Israel yang berulang kali menargetkan konvoi pekerja bantuan internasional yang teridentifikasi dengan jelas dan menewaskan tujuh orang.

Serangan terhadap tim dari World Central Kitchen (WCK) membuat badan amal tersebut – bersama dengan organisasi bantuan lainnya seperti Anera, yang membantu pengungsi di Timur Tengah, dan Project Hope yang berbasis di Amerika Serikat (AS), yang berfokus pada layanan kesehatan – mengumumkan pada hari Selasa (2/4/2024), mereka akan menghentikan operasi di Jalur Gaza untuk melindungi stafnya.

Menyebut keputusan tersebut sebagai langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya, Anera mengatakan, "Pembunuhan tersebut bersamaan dengan hilangnya banyak pekerja bantuan lainnya dan keluarga mereka, telah membuat tim kami menyimpulkan bahwa pengiriman bantuan dengan aman tidak lagi memungkinkan."

"Meskipun kami memahami dampak buruk penangguhan ini terhadap penduduk Palestina, meningkatnya risiko yang terkait dengan pengiriman bantuan membuat kami tidak punya pilihan selain menghentikan operasi sampai staf kami kembali yakin bahwa mereka dapat melakukan pekerjaan mereka tanpa risiko yang tidak semestinya."

Sebuah konvoi tiga mobil lapis baja milik WCK, yang memelopori upaya baru dalam menciptakan koridor maritim dari Siprus untuk mengirimkan bantuan yang sangat dibutuhkan warga Jalur Gaza, diserang pada Senin (1/4) malam saat meninggalkan gudang di Deir al-Balah. Tujuh orang yang tewas, termasuk warga negara Palestina, Inggris, Australia, dan Polandia, serta seorang warga negara ganda AS-Kanada.

Hingga Selasa malam, enam korban telah disebutkan namanya. The Guardian menyebutkan bahwa dua dari tiga pekerja bantuan asal Inggris adalah James Henderson (33) dari Penryn, Cornwall, dan John Chapman (57), yang lahir di Aylesbury, Buckinghamshire. Sementara itu, BBC melaporkan warga Inggris ketiga sebagai James Kirby.

Lalzawmi "Zomi" Frankcom (43) telah bekerja di seluruh dunia dan di negara asalnya, Australia, untuk membantu mereka yang membutuhkan. Damian Sobol (36) berasal dari Polandia. Rekan-rekannya mengatakan dia dengan cepat naik pangkat di badan amal tersebut.

Saif Issam Abu Taha adalah warga Palestina berusia 27 tahun yang telah bekerja sejak awal tahun ini sebagai sopir kelompok tersebut.

Kapal bantuan yang diorganisir oleh WCK tiba di Jalur Gaza pada hari Senin membawa 400 ton makanan dan perbekalan – cukup untuk 1 juta makanan – dalam pengiriman yang didanai oleh Uni Emirat Arab, setelah uji coba yang sukses dilakukan bulan lalu.

Namun, para pekerja baru menurunkan 100 ton sebelum serangan drone, membuat badan amal tersebut memerintahkan kapal-kapal yang membawa sisa bantuan kembali ke Siprus.

Menambah Panjang Daftar Kematian Pekerja Kemanusiaan

Potret Anak-anak Pengungsi Palestina Antre Pembagian Makanan di Kamp Jabaliya Jalur Gaza
Kementerian Kesehatan Palestina menyebutkan, blokade Israel telah menyebabkan sedikitnya 27 orang tewas akibat kekurangan gizi dan dehidrasi di Gaza. (AP Photo/Mahmoud Essa)

Pada hari Selasa, harian Israel Haaretz menerbitkan rincian mengerikan mengenai serangan yang menewaskan pekerja kemanusiaan dengan mengutip sumber-sumber pertahanan.

Menurut laporan tersebut, sebuah drone Israel menembakkan tiga rudal, satu demi satu, ke arah konvoi tiga mobil lapis baja – yang semuanya ditandai dengan jelas di atap dan samping dengan logo WCK – karena kecurigaan bahwa seorang militan bersenjata bepergian bersama mereka.

Namun, kecurigaan itu tidak terbukti, sementara mobil-mobil tersebut diserang saat melakukan perjalanan kembali melalui rute yang telah disetujui sebelumnya dan dikoordinasikan dengan Pasukan Pertahanan Israel (IDF).

Drone Hermes 450 menabrak satu mobil, menyebabkan beberapa penumpang meninggalkannya dan beralih ke dua kendaraan lainnya. Menurut Haaretz, tim tersebut memberi tahu IDF bahwa mereka telah diserang, tetapi rudal lain kemudian mengenai mobil kedua.

Penumpang di mobil ketiga, sebut Haaretz, berusaha membantu korban luka. Menurut geolokasi serangan Guardian, mobil terakhir terkena rudal ketiga sekitar satu mil lebih jauh ke selatan.

Militer Israel menyatakan penyelidikan sedang dilakukan atas tragedi itu. Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menuturkan pada Selasa malam bahwa Israel akan membuka "ruang situasi bersama" dengan kelompok internasional untuk memungkinkan koordinasi distribusi bantuan yang lebih baik.

Lebih dari 200 pekerja bantuan tewas di Jalur Gaza sejak perang Hamas Vs Israel yang terbaru meletus pada 7 Oktober 2023. Hal ini dikonfirmasi pejabat tinggi PBB untuk koordinasi bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza Jamie McGoldrick pada hari Selasa.

"Serangan terhadap WCK bukanlah sebuah 'insiden tersendiri'," tambahnya, sambil menunjukkan bahwa jumlah pekerja kemanusiaan yang terbunuh dalam enam bulan terakhir di Jalur Gaza hampir tiga kali lebih tinggi dari jumlah korban tewas yang tercatat dalam konflik lain dalam setahun.

Kutukan bagi Israel

Distribusi Makanan Warga Gaza Palestina
Warga berkerumun menunggu distribusi makanan di Rafah, Jalur Gaza selatan, Palestina, Rabu (8/11/2023). Sejak dimulainya perang Israel-Hamas, Israel membatasi jumlah makanan dan air yang diperbolehkan masuk ke wilayah Jalur Gaza sehingga menyebabkan kelaparan yang meluas di seluruh wilayah tersebut. (AP Photo/Hatem Ali)

Pembunuhan para pekerja kemanusiaan oleh Israel menimbulkan kecaman internasional, termasuk teguran dari beberapa sekutu internasional terdekat Israel, seperti AS.

Gedung Putih mengatakan pihaknya "marah" dengan serangan itu, meskipun juru bicara keamanan nasional John Kirby mengatakan tidak ada bukti Israel sengaja menargetkan para pekerja bantuan.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan, "Orang-orang ini adalah pahlawan, mereka lari ke dalam api, bukan menghindarinya … kita seharusnya tidak menghadapi situasi di mana orang-orang yang hanya berusaha membantu sesamanya manusia sendiri berada dalam risiko besar."

"Washington telah berbicara langsung dengan pemerintah Israel dan mendesak penyelidikan yang cepat, menyeluruh dan tidak memihak untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi," tegas Blinken.

Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak menuturkan, "Kami meminta Israel untuk segera menyelidiki apa yang terjadi karena jelas ada pertanyaan yang perlu dijawab."

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengaku menyesalkan pembunuhan tersebut dan menggambarkannya sebagai sesuatu yang tragis dan tidak disengaja.

"Ini terjadi di masa perang. Kami sedang menyelidikinya secara menyeluruh, kami telah melakukan kontak dengan pemerintah (warga asing yang menjadi korban) dan akan melakukan segalanya untuk memastikan hal ini tidak terjadi lagi," ujarnya lewat sebuah video.

Mengirimkan bantuan ke tempat-tempat yang paling membutuhkan di Jalur Gaza, khususnya Gaza Utara, menjadi sulit karena jalan-jalan yang rusak, kekurangan bahan bakar, terganggunya ketertiban umum, dan apa yang digambarkan oleh badan-badan bantuan sebagai hambatan birokrasi yang tidak perlu yang diberlakukan oleh Israel.

Jumlah truk bantuan yang memasuki wilayah tersebut melalui jalur darat selama enam bulan terakhir jauh di bawah 500 truk per hari sebelum konflik.

Sekitar 1.200 warga Israel disebut tewas dan 250 lainnya disandera saat serangan Hamas pada 7 Oktober. Sementara itu, serangan balasan Israel setelahnya hingga hari ini menewaskan lebih dari 32.000 warga Palestina.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya