Wahana New Horizons Berhasil Temukan Sabuk Kuiper 2 di Ujung Tata Surya

New Horizons diluncurkan pada 19 Januari 2006. Ia melewati orbit bulan hanya dalam 9 jam.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 17 Apr 2024, 03:00 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2024, 03:00 WIB
Sabuk Kuiper yang berada di dekat orbit Neptunus (Foto: NASA).
Sabuk Kuiper yang berada di dekat orbit Neptunus (Foto: NASA).

Liputan6.com, Jakarta - Semula para ilmuwan hanya mengetahui bahwa Neptunus adalah planet terluar di galaksi Bima Sakti. Sampai akhirnya ditemukan Pluto pada 1930.

Pluto sempat menjadi objek luar angkasa terluar tata surya kita. Namun ternyata, masih ada objek lain di luar Pluto yakni Kuiper Belt atau Sabuk Kuiper.

Sabuk Kuiper bukanlah sebuah planet, melainkan kumpulan objek kecil luar angkasa. Menariknya, objek-objek di sabuk ini menyimpan pengetahuan dan misteri soal pembentukan alam semesta.

Baru-baru ini para ahli menemukan sabuk kuiper kedua yang berada di ujung Bima Sakti. Melansir laman IFL Science pada Selasa (16/04/2024), temuan baru ini berhasil di potret wahana antariksa New Horizons.

Wahana nir awak ini merupakan misi pertama yang mengunjungi Pluto. Hingga saat ini, New Horizons merupakan wahana tercepat yang pernah dikirim keluar dari bumi.

New Horizons diluncurkan pada 19 Januari 2006. Ia melewati orbit bulan hanya dalam 9 jam.

Kemudian menghabiskan 10 tahun menyeberangi jarak 3 miliar mil ke Pluto. Wahana ini berhasil melintasi Pluto pada 2015.

Pada 2019, New Horizons melewati Arrokoth si manusia salju. Arrokoth kemudian dikonfirmasi menjadi objek terjauh dan paling primitif dalam tata surya kita yang pernah dikunjungi oleh sebuah wahana antariksa.

Pada 4 April 2024, ilmuwan utama New Horizons, Alan Stern, memberikan pembaruan mengenai temuan misi tersebut. Dia mengatakan bahwa New Horizons telah menemukan bukti untuk adanya Sabuk Kuiper kedua.

Dia juga mengatakan bahwa tim New Horizons masih berharap bahwa pencarian berbasis darat akan mengungkapkan Objek Sabuk Kuiper baru yang mungkin dapat dijelajahi oleh wahana antariksa tersebut. New Horizons terus mengumpulkan data sepanjang waktu tentang cangkang matahari kita di galaksi, yang disebut heliosfer.

New Horizons juga telah mentransmisikan data tersebut. Wahana itu terus mentransmisikan data dari objek Sabuk Kuiper Arrokoth.

New Horizons menemukan lebih banyak debu dari yang diharapkan di bagian luar tata surya Bima Sakti. Alan Stern menjelaskan bahwa ada kemungkinan lain untuk tingkat dampak debu yang tinggi di bagian ini dari tata surya.

Tim New Horizons juga menggunakan teleskop berbasis darat untuk mencari sepanjang lintasan keluar wahana antariksa untuk Objek Sabuk Kuiper tambahan. Pencarian-pencarian itu telah mengarah ke jumlah objek yang sangat jauh yang mengejutkan para ahli.

 

Misi New Horizons

Melansir laman Space pada Selasa (16/04/2024), New Horizons milik Badan Antariksa Amerika (NASA) juga mengunjungi objek Sabuk Kuiper yang jauh, Ultima Thule (2014 MU69) (sekarang disebut Arrokoth) pada Januari 2019. Pengamatan dari New Horizons terus merevolusi pemahaman kita tentang objek-objek tata surya yang mengorbit jauh dari matahari.

Jarak ekstrim wahana antariksa ini dari bumi membuatnya hanya menjadi yang kelima yang menjelajahi begitu jauh dari bumi. Wahana lainnya adalah Pioneer 10 dan Pioneer 11, serta Voyager 1 dan Voyager 2.

Hingga saat ini, hanya Voyager 1 dan Voyager 2 yang telah melakukan perjalanan begitu jauh sehingga masuk ke ruang antarbintang. Menurut NASA, diperkirakan New Horizons akan memasuki ruang antarbintang pada 2040-an.

New Horizons adalah misi probe New Frontiers pertama dari NASA. Ini adalah misi kelas menengah yang dira. Wahana antariksa biasanya memiliki umur desain yang tetap, mirip dengan garansi pada elektronik atau mobil.

Seiring berjalannya waktu, partikel surya, sinar kosmik, dan fenomena lain dapat merusak permukaan wahana antariksa atau merusak elektroniknya. Hal ini membuat misi panjang seperti New Horizons menjadi sangat menantang, membutuhkan sistem cadangan dan sumber daya (daya nuklir) untuk menjaga agar wahana antariksa tetap hidup jauh dari matahari.

Untuk menghemat energi dan mengurangi kemungkinan rusak, pengendali menjaga wahana antariksa yang menuju Pluto ini dalam hibernasi. Wahana ini beberapa kali “dibangunkan” untuk navigasi dan pemeriksaan sistem.

NASA memerintahkan probe keluar dari hibernasi pada Desember 2014, sehingga bisa bersiap-siap untuk bertemu dengan Pluto dan mengirimkan data kembali ke bumi. Di antara foto-foto pertama New Horizons adalah gambar-gambar Io, bulan gunung berapi Jupiter.

New Horizons mengabadikan gambar-gambar paling jelas yang pernah diambil dari Gunung Berapi Tvashtar di Io. Gambar ini menunjukkan endapan vulkanik yang lebih besar dari negara bagian Texas.

Beberapa penemuan ilmiah New Horizons lainnya termasuk bukti adanya laut subsurface di Charon dan bukit es air aneh di Pluto yang mengapung di nitrogen beku. Pada 2018, sebuah penelitian menyarankan bahwa mungkin ada lapisan aspal di Pluto, tepat di bawah permukaan dunia.

Beberapa ilmuwan juga telah menyarankan bahwa Pluto bisa memiliki bahan-bahan untuk kehidupan di permukaannya. Bahkan pada jarak yang jauh dari matahari.

Pada September 2017, New Horizons menyelesaikan periode hibernasi lima bulan yang direncanakan sebagai persiapan untuk misi perpanjangan probe tersebut. New Horizons mengambil beberapa foto objek Sabuk Kuiper.

Terutama, beberapa foto New Horizons pada 2017 termasuk gambar-gambar objek 2012 HZ84 dan 2012 HE85.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya