Liputan6.com, Jakarta - Aktivitas manusia sehari-hari dapat menyebabkan suhu dunia meningkat, dengan gelombang panas yang lebih intens dan naiknya permukaan air laut sebagai salah satu konsekuensinya.
Keadaan akan memburuk dalam beberapa dekade yang akan datang, tetapi para ilmuwan berpendapat bahwa tindakan perbaikan segera dapat membatasi dampak terburuk dari climate change alias perubahan iklim.
Baca Juga
Beriku ini penjelasan tentang perubahan iklim seperti dilansir dari BBC News, Sabtu (27/4/2024):
Advertisement
Apa Itu Perubahan Iklim?
Perubahan iklim adalah pergeseran jangka panjang dalam pola cuaca dan suhu rata-rata Bumi yang terjadi sebagai hasil dari aktivitas manusia dan faktor-faktor alami. Ini meliputi peningkatan suhu global, perubahan pola hujan, kenaikan permukaan laut, dan fenomena cuaca ekstrem.
Selama beberapa dekade terakhir, Bumi telah mengalami peningkatan suhu yang signifikan. Menurut para ilmuwan, suhu rata-rata global saat ini sekitar 1,2°C lebih tinggi daripada pada akhir abad ke-19.
Sekarang telah dikonfirmasi bahwa pemanasan global telah melebihi 1,5°C selama periode 12 bulan antara Februari 2023 dan Januari 2024. Hal ini menyebabkan tahun 2023 dinyatakan sebagai tahun terpanas dalam catatan sejarah.
Peningkatan suhu yang signifikan ini terutama didorong oleh dua faktor utama:
- Perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia
- Fenomena alam yang dikenal sebagai El Nino
Bagaimana Manusia Menyebabkan Perubahan Iklim?
Iklim telah berubah sepanjang sejarah Bumi dan karena faktor alam, seperti El Nino, dapat memengaruhi cuaca dalam jangka waktu yang lebih pendek, seperti yang terjadi pada tahun 2023.
Namun, penyebab alamiah tidak dapat menjelaskan pemanasan yang sangat cepat yang terjadi pada abad terakhir ini, menurut badan iklim PBB, IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) atau Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim.
Menurut IPCC, perubahan iklim jangka panjang ini disebabkan oleh aktivitas manusia, terutama karena meluasnya penggunaan bahan bakar fosil - batu bara, minyak, dan gas - di rumah-rumah, pabrik-pabrik, dan transportasi.
Ketika bahan bakar fosil terbakar, mereka melepaskan gas rumah kaca - sebagian besar karbon dioksida (CO2). Hal ini memerangkap energi ekstra di atmosfer dekat permukaan bumi, menyebabkan planet ini memanas.
Sejak dimulainya Revolusi Industri - ketika manusia mulai membakar bahan bakar fosil dalam jumlah besar - jumlah CO2 di atmosfer telah meningkat sekitar 50%.
CO2 yang dilepaskan dari pembakaran bahan bakar fosil memiliki sidik jari kimiawi yang khas yang sesuai dengan jenis yang semakin banyak ditemukan di atmosfer.
Â
Apa Saja Dampak dari Perubahan Iklim Sejauh Ini?
Peningkatan suhu rata-rata global sebesar 1,2°C yang terlihat dalam satu dekade terakhir mungkin tidak terlalu besar. Namun, hal ini memiliki dampak yang sangat besar terhadap lingkungan. Berikut ini beberapa di antaranya:
- Cuaca ekstrem yang lebih sering dan intens, seperti gelombang panas yang berkepanjangan dan curah hujan yang tinggi
- Menyebabkan pelelehan gletser dan lapisan es yang cepat, berkontribusi terhadap kenaikan permukaan laut
- Penurunan besar es laut Arktik
- Pemanasan laut
Pemanasan laut yang berkelanjutan memiliki dampak serius terhadap kehidupan laut dan ekosistemnya. Dampak ini tidak hanya terbatas pada lingkungan alam, tetapi juga berdampak langsung pada kehidupan masyarakat.
Kehidupan masyarakat pada akhirnya mengalami perubahan.
Sebagai contoh, beberapa bagian Afrika Timur mengalami kekeringan terburuk dalam 40 tahun terakhir, yang menyebabkan lebih dari 20 juta orang berisiko mengalami kelaparan parah.
Pada tahun 2022, gelombang panas Eropa yang intens menyebabkan peningkatan kematian yang tidak normal.
Mengapa 1,5°C Penting dan Bagaimana Perubahan Iklim di Masa Depan akan Pengaruhi Dunia?
Semakin tinggi suhu rata-rata, semakin buruk dampak perubahan iklim.
Membatasi kenaikan suhu rata-rata jangka panjang hingga 1,5°C sangat penting, menurut IPCC.
Ilmu pengetahuan belum sepenuhnya pasti, tetapi konsekuensi dari pemanasan global 2°C versus 1,5°C dapat mencakup sejumlah hal berikut:
- Hari-hari yang sangat panas akan menjadi rata-rata 4°C lebih hangat di garis lintang tengah (wilayah di luar kutub dan daerah tropis), versus suhu 3°C pada 1,5°C
- Kenaikan permukaan laut akan lebih tinggi 0,1 meter dibandingkan dengan 1,5°C, yang akan menyebabkan 10 juta orang lebih rentan terhadap berbagai peristiwa, termasuk banjir yang lebih sering terjadi
- Lebih dari 99% terumbu karang akan hilang, dibandingkan dengan 70-90% pada suhu 1,5°C
- Dua kali lipat jumlah tanaman dan vertebrata (hewan bertulang belakang) akan terpapar pada kondisi iklim yang tidak sesuai di lebih dari separuh wilayah geografis
Sekitar 3,3 hingga 3,6 miliar orang sangat rentan terhadap perubahan iklim, menurut IPCC.
Orang-orang yang tinggal di negara-negara miskin diperkirakan akan paling menderita karena mereka memiliki lebih sedikit sumber daya untuk beradaptasi. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang keadilan, karena negara-negara ini biasanya hanya bertanggung jawab atas sebagian kecil emisi gas rumah kaca.
Dampaknya juga dapat dirasakan di wilayah yang lebih luas. Sebagai contoh, kegagalan panen akibat cuaca ekstrem dapat meningkatkan harga pangan global.
Advertisement
Upaya yang Dilakukan Pemerintah untuk Mengatasi Perubahan Iklim
Dalam perjanjian penting yang ditandatangani di Paris pada tahun 2015, hampir 200 negara berjanji untuk menjaga pemanasan global di tingkat 1,5°C.
Untuk mencapai hal ini, "net zero" emisi CO2Â harus dicapai pada tahun 2050. Net zero berarti mengurangi emisi gas rumah kaca sebanyak mungkin, dan menghilangkan emisi yang tersisa dari atmosfer.
Sebagian besar negara telah, atau sedang mempertimbangkan, target net zero ini.
Namun, tingkat gas rumah kaca masih meningkat dengan cepat dan dunia "kemungkinan besar" akan memanas melebihi 1,5°C, kata IPCC.
Meski demikian ada kemajuan di beberapa bidang seperti pertumbuhan energi terbarukan dan kendaraan listrik.
Adapun para pemimpin dunia bertemu setiap tahun untuk membahas komitmen iklim mereka.
KTT perubahan iklim PBB yang terbaru, COP28, diadakan di Uni Emirat Arab. Untuk pertama kalinya, negara-negara anggota setuju untuk "berkontribusi" dalam "transisi dari bahan bakar fosil", meskipun mereka tidak dipaksa untuk mengambil tindakan.
Konferensi berikutnya, COP29, akan diselenggarakan di Azerbaijan pada November 2024.
Hal yang Bisa Kita Lakukan untuk Menghadapi Perubahan Iklim
Perubahan besar perlu dilakukan oleh pemerintah dan dunia bisnis, kendati demikian individu juga dapat membantu dengan melakukan hal-hal seperti di bawah ini:
- Membatasi jumlah penerbangan
- Menggunakan lebih sedikit energi
- Meningkatkan isolasi rumah dan efisiensi energi
- Beralih ke kendaraan listrik atau hidup tanpa mobil
- Mengganti pemanas sentral gas dengan sistem listrik seperti pompa panas
- Makan lebih sedikit daging merah
Â
Advertisement