Liputan6.com, Canberra - Para peneliti yang mempelajari berbagai spesies hewan di Pulau Kanguru Australia menemukan koloni semut Polyrhachis femorata yang mereka yakini telah mati, ternyata itu hanya tipuan belaka. Sejumlah anggotanya ternyata bergerak sedikit.
Berpura-pura mati, juga dikenal sebagai thanatosis atau imobilitas tonik adalah mekanisme pertahanan yang terdokumentasi dengan baik dan diamati pada lusinan spesies hewan, mulai dari serangga dan kadal hingga burung dan mamalia.
Baca Juga
Beberapa dari 'aktor' yang ada di alam ini lebih baik dibandingkan yang lain dalam dalam urusan berpura-pura mati, namun kesamaan yang mereka miliki adalah menerapkan strategi pertahanan khusus ini secara individual, dikutip dari laman Oddity Central, Rabu (22/5/2024).
Advertisement
Namun, dalam peristiwa yang dianggap sebagai yang pertama di dunia, tim peneliti menemukan koloni yang terdiri dari lusinan semut yang semuanya berpura-pura mati pada saat yang sama ketika terancam.
Dan mereka semua memainkan peran mereka dengan sangat baik, dengan memutar tubuh dalam posisi yang tidak wajar dan tetap diam, sehingga predator yakin mereka semua sudah mati.
"Mimikrinya sempurna," kata Assoc Professor S. Petit.
"Ketika kami membuka kotak berisi semut, kami melihat semuanya pura-pura mati dan kemudian ada yang bergerak sedikit. Imobilitas pertahanan semacam ini hanya diketahui di beberapa spesies semut."
Para ilmuwan menduga bahwa strategi pura-pura mati di seluruh koloni adalah mekanisme pertahanan diri, yang menunjukkan bahwa strategi ini mungkin lebih efektif pada koloni semut yang lebih kecil, karena kemungkinan besar semua individu akan tetap tidak bergerak pada satu waktu.
Ternyata Semut Bisa Deteksi Kanker dengan Cara Endus Urine
Sebuah studi baru menemukan bahwa semut dapat mendeteksi kanker dalam urine.
Semut tidak memiliki hidung, maka mereka menggunakan reseptor penciuman pada antena mereka untuk membantu menemukan makanan atau mengendus calon pasangan.
Dalam penelitian yang diterbitkan 25 Januari 2023 di jurnal "Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences", para ilmuwan melatih hampir tiga lusin Formica fusca atau semut sutra, untuk menggunakan reseptor penciuman akut ini untuk menemukan semacam tumor.
Melansir dari Live Science, para ilmuwan di laboratorium mencangkokkan irisan tumor kanker payudara dari sampel manusia ke tikus dan mengajari 35 serangga untuk "mengasosiasikan urine dari hewan pengerat yang mengandung tumor dengan gula".
Advertisement