Cerita Dubes Rwanda Soal Proses Pembukaan Kedutaan Besar di Jakarta, Butuh Hampir 2 Tahun hingga Diresmikan

Republik Rwanda berharap kerja sama dengan Indonesia akan terjalin semakin erat setelah Kedutaan Besar Rwanda diresmikan di Jakarta.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 26 Jun 2024, 20:17 WIB
Diterbitkan 26 Jun 2024, 20:17 WIB
Duta Besar Rwanda untuk Indonesia Abdul Karim Harerimana dalam kunjungannya ke kantor Emtek, Jakarta, Rabu (26/6/2024). (Liputan6/Benedikta Miranti)
Duta Besar Rwanda untuk Indonesia Abdul Karim Harerimana dalam kunjungannya ke kantor Emtek, Jakarta, Rabu (26/6/2024). (Liputan6/Benedikta Miranti)

Liputan6.com, Jakarta - Akhirnya Republik Rwanda secara resmi memiliki Kedutaan Besar di Indonesia. Duta Besar Rwanda untuk Indonesia Abdul Karim Harerimana mengatakan hal itu sekaligus menandai hubungan bilateral kedua negara yang terjalin semakin erat. 

Kedutaan Besar Republik Rwanda ini merupakan kantor perwakilan pertama Rwanda di Indonesia, sehingga menjadikan Abdul sebagai Duta Besar Rwanda pertama untuk Indonesia.

"Hubungan (Rwanda) dengan Indonesia sudah terjalin sangat lama, tapi sebelum pembukaan Kedutaan Besar Rwanda di Indonesia kantor perwakilannya berada di Singapura," kata Dubes Abdul dalam kunjungannya ke kantor EMTEK, Rabu (26/6/2024).

Dubes Abdul pun menceritakan proses panjang kantor perwakilan Rwanda di Indonesia yang terletak di Menteng Dalam diresmikan Menteri Luar Negeri Rwanda Vincent Biruta dan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, pada 6 Juni 2024.

"Dalam pertemuan kedua pemimpin kita bertemu di Bali pada tahun 2022 saat KTT G20, mereka sepakat bahwa kami membuka ingin membuka kantor di Jakarta. Kemudian presiden ketika tiba di Kigali pada awal 2023 menunjuk saya datang ke Indonesia sebagai duta besar Rwanda pertama yang berpusat di Jakarta," tutur dia.

Dalam proses pembukaan kedutaan, Dubes Abdul pun menuturkan prosedur protokol diplomatik yang memakan waktu hingga hampir tujuh bulan.

"Ada proses yang disebut diplomatik, setelah Anda ditunjuk negara, kemudian mereka akan memberi tahu negara tuan rumah. Kemudian di sini, Indonesia akan melakukan prosesnya sendiri yang memakan waktu enam sampai tujuh bulan. Lalu mereka sepakat bahwa saya diizinkan datang," ucapnya.

Prosesnya pun tak berhenti sampai di situ. Duta besar baru yang tiba di Indonesia itu juga harus melewati proses dengan Kementerian Luar Negeri RI dan menyerahkan surat kepercayaan kepada presiden.

"Saya tiba di sini pada bulan November tahun lalu, dan menyerahkan surat kepercayaan pada bulan Desember. Saya ingat saat itu tanggal 8," ungkapnya.

"Kemudian saya diperbolehkan mulai bekerja sebagai Duta Besar Rwanda di Indonesia. Kemudian kantor akan dibuka secara resmi, perlu kehadiran Menteri Luar Negeri Rwanda yang datang membantu kami, dan tentu saja Menteri Luar Negeri negara tuan rumah, dia juga hadir."

Ia pun membuka diri untuk menjalin hubungan bilateral yang lebih erat dengan Indonesia.

"Sekarang kantor kami telah resmi dibuka. Saya berharap kita bisa bekerja sama dengan baik di tahun-tahun mendatang dan sukses di bidang apa yang kita kerjakan," katanya menambahkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Potensi Kerja Sama Rwanda-Indonesia

Retno Marsudi dan Menlu Rwanda Vincent Biruta membahas sejumlah hal mulai dari kerja sama dalam bidang politik, ekonomi, hubungan antar masyarakat hingga Palestina (Dok. Liputan6.com/Teddy Tri Setio Berty).
Retno Marsudi dan Menlu Rwanda Vincent Biruta membahas sejumlah hal mulai dari kerja sama dalam bidang politik, ekonomi, hubungan antar masyarakat hingga Palestina (Dok. Liputan6.com/Teddy Tri Setio Berty).

Dalam pertemuan Menlu Rwanda Vincent Biruta dan Menlu RI Retno Marsudi pada awal bulan ini, keduanya telah menandatangani tiga Nota Kesepahaman (MoU) termasuk terkait kerja sama perdagangan.

Dengan demikian, Dubes Abdul pun optimis bahwa nilai perdagangan antara kedua negara dapat terus meningkat.

"Sejauh ini, meskipun kami belum menandatangani MoU lainnya, namun semuanya bergerak maju, karena kami melihat kepercayaan utama antara kedua negara, ada perdagangan ini. Ada barang yang diekspor dari Indonesia ke Rwanda jutaan dolar, ada barang yang diimpor dari Rwanda ke Indonesia juga jutaan dolar, dan terus meningkat," jelasnya.

Indonesia dan Rwanda telah bekerja sama terkait pembebasan visa dan rencana pembentukan preferential trade agreement (PTA). Dubes Adbul mengharapkan akan ada lebih banyak komitmen yang dilakukan oleh kedua negara ke depannya.

"Jadi saya harap itulah yang akan kita lakukan. Dalam beberapa tahun ke depan, akan ada gambaran lain dari kerja sama bilateral kita," ungkapnya.


Tertarik Ingin Impor dari Indonesia

Duta Besar Rwanda untuk Indonesia Abdul Karim Harerimana dalam kunjungannya ke kantor Emtek, Jakarta, Rabu (26/6/2024). (Liputan6/Benedikta Miranti)
Duta Besar Rwanda untuk Indonesia Abdul Karim Harerimana dalam kunjungannya ke kantor Emtek, Jakarta, Rabu (26/6/2024). (Liputan6/Benedikta Miranti)

Dubes Abdul juga mengungkapkan ketertarikannya untuk melakukan impor komoditas dari Indonesia ke Rwanda.

"Indonesia terkenal dengan kelapa sawit. Menurut saya sejauh ini nomor satu di seluruh dunia. Dan tentu saja para pedagang kami ingin mengimpornya dari sini ke Rwanda, dan mungkin mereka bisa memurnikannya di Rwanda," kata dia.

Selain itu, ia juga ingin mendorong pengusaha Indonesia untuk mendirikan industri di Rwanda.

"Indonesia juga terkenal dengan peralatan industrinya. Saya harap agar Rwanda bisa mendorong pengusaha Indonesia di sektor ini, untuk datang dan mendirikan industri di Rwanda, dalam hal pakaian dan lain sebagainya," sebut dia.

Dubes Abdul mengatakan ada sejumlah sektor yang terbuka bagi pelaku investasi dari Indonesia.

"Di bidang pertanian, kita mempunyai salah satu teh dan kopi terbaik di dunia. Jadi, ada baiknya juga berinvestasi pada bidang tersebut. Kita bisa berinvestasi di bidang pendidikan, berinvestasi di industri. Jadi, maksud saya, di Rwanda mudah untuk mendaftarkan perusahaan Anda," jelasnya, seraya mendorong agar ada lebih banyak pengusaha Indonesia yang melakukan bisnis di Rwanda.

"Anda tidak perlu pergi ke sana secara fisik, Anda bisa melakukannya hanya dari tempat duduk Anda, dari ponsel Anda, maka Anda bisa mendaftarkan sebuah perusahaan di Rwanda. Dalam waktu enam jam, atau bahkan kurang, Anda bisa mendapatkan jawaban bahwa perusahaan Anda sudah terdaftar, hanya dengan duduk di sini," tambah dia.


Dorong Sektor Pariwisata

Presiden Joko Widodo atau Jokowi melakukan pertemuan informal dengan Presiden Rwanda Paul Kagame disela-sela penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi melakukan pertemuan informal dengan Presiden Rwanda Paul Kagame disela-sela penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, Selasa (15/11/2022). (Dok. Biro Pers Sekretariat Presiden)

Lebih jauh, Dubes Abdul juga berharap agar akan ada semakin banyak orang Indonesia yang memiliki minat terhadap pariwisata Rwanda.

"Di Rwanda, kami memiliki yang disebut sebagai wisata alam, di mana Anda dapat menemukan gorila gunung yang langka. Ada pula yang setengah jinak untuk bertemu manusia, untuk ditemui," lanjut dia.

Lebih lanjut, Dubes Abdul juga ingin wisata safari Rwanda semakin dikenal.

"Kami juga memiliki safari. Dalam hal ini kita bicara tentang gajah, kerbau, cheetah, singa dan sebagainya. Anda dapat menemukannya di daerah bagian timur," tuturnya.

Selain itu, Rwanda juga memiliki ruang hijau yang bisa menjadi destinasi wisata bagi wisatawan asing.

Infografis Poin Penting Revisi Aturan Kebijakan Impor. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis Poin Penting Revisi Aturan Kebijakan Impor. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya