Liputan6.com, Washington D.C - Presiden Amerika Serikat Joe Biden berharap Iran untuk menahan diri, atas kematian pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran.
Kekhawatiran terus meningkat terkait perang Israel melawan Hamas di Gaza yang dinilai bisa berkembang menjadi konflik Timur Tengah yang lebih luas.
Baca Juga
Setelah pembunuhan Ismail Haniyeh, ketegangan regional semakin memuncak. Peristiwa itu terjadi sehari setelah serangan Israel di Beirut yang menewaskan Fuad Shukr, seorang komandan militer senior Hizbullah dari Lebanon, dikutip dari VOA Indonesia, Senin (5/8/2024).
Advertisement
Ketika wartawan bertanya apakah Iran akan menahan diri, Biden menjawab: "Saya harap begitu. Tetapi saya tidak tahu.”
Untuk memperkuat pertahanan di Timur Tengah sebagai tanggapan terhadap ancaman ke Israel, Pentagon mengumumkan pada bahwa mereka akan mengerahkan lebih banyak jet tempur dan kapal perang Angkatan Laut ke wilayah tersebut.
Kematian Haniyeh adalah salah satu dari serangkaian pembunuhan terhadap tokoh senior Hamas saat perang di Gaza mendekati bulan ke-11.
Peristiwa ini memicu kekhawatiran bahwa konflik di Gaza bisa berkembang menjadi perang Timur Tengah yang lebih luas.
Hamas mengatakan, telah memulai proses konsultasi luas untuk memilih pemimpin baru tiga hari setelah pembunuhan Haniyeh, yang merupakan wajah diplomasi internasional kelompok tersebut.
Amerika Serikat dan mitra internasional termasuk Prancis, Inggris, Italia, dan Mesir melanjutkan kontak diplomatik dengan tujuan mencegah eskalasi regional lebih lanjut.
AS mendorong warganya untuk meninggalkan Lebanon dengan segera. Sementara pemerintah Inggris menyarankan warga negaranya untuk melakukan hal serupa.
Kanada memperingatkan warganya untuk menghindari semua perjalanan ke Israel karena konflik bersenjata regional dapat membahayakan keselamatan.
Puluhan Perwira IRGC Dipecat Usai Kematian Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh
Kegagalan tim IRGC dalam menjaga keamanan disorot usai kematian Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh.
Efeknya, puluhan perwira IRGC ditangkap dan dipecat sejak kematian Haniyeh, demikian laporan dari New York Times pada Sabtu (3/8/2024).
Surat kabar itu mengatakan, badan intelijen organisasi itu telah mengambil alih penyelidikan. Anggota staf di wisma Haniyeh telah diinterogasi dan telepon serta barang elektronik lainnya telah disita, tambahnya.
Kepala politik Hamas Ismail Haniyeh tewas akibat serangan proyektil jarak pendek yang ditembakkan dari luar wisma tamunya di Teheran, kata Korps Garda Revolusi Iran (IRGC).
Organisasi paramiliter itu mengatakan, proyektil tersebut beratnya sekitar 7 kg dan menyebabkan ledakan besar, menewaskan Haniyeh dan pengawalnya Rabu (31/7).
Pemimpin Hamas telah mengunjungi ibu kota Iran untuk pelantikan Presiden Massoud Pezeshkian.
IRGC menuduh Israel merancang dan melaksanakan operasi tersebut yang didukung oleh AS. Israel belum mengomentari kematian Haniyeh, dikutip dari BBC, Minggu (4/8).
Laporan IRGC itu bertentangan dengan laporan di media Barat, yang menyatakan bahwa bahan peledak ditanam di wisma tamu oleh operator Israel.
Advertisement
Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Tewas di Iran
Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dan salah satu pengawalnya tewas setelah kediamannya menjadi sasaran di Teheran, Iran. Demikian pernyataan Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC).
Departemen Hubungan Masyarakat IRGC mengatakan serangan dilakukan Rabu (31/7/2024) pagi, seraya menambahkan bahwa penyelidikan sedang dilakukan untuk menemukan penyebab insiden tersebut. Demikian seperti dikutip Iran International.
Pernyataan yang sama menyampaikan belasungkawa kepada rakyat Palestina, dunia muslim, dan para pejuang Poros Perlawanan atas kematian pemimpin Hamas tersebut.
Sementara itu, pernyataan dari Hamas menyebutkan serangan "Israel" menewaskan pemimpin kelompok Palestina Haniyeh di Teheran.
Sebelumnya pada Selasa (30/7), Haniyeh menghadiri pelantikan presiden baru Iran Masoud Pezeshkian dan bertemu dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei.