Oposisi di Pemilu Venezuela Edmundo Gonzalez Mencari Suaka ke Spanyol

Edmundo Gonzalez keluar yang aman dari Venezuela untuk membantu memulihkan perdamaian dan ketenangan politik.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 09 Sep 2024, 12:14 WIB
Diterbitkan 08 Sep 2024, 12:01 WIB
Bendera Venezuela Antar Pemakaman Remaja yang Tewas Akibat Kerusuhan
Bendera negara Venezuela yang bawa saat mengiringi pemakaman Jose Francisco Guerrero di San Cristobal, Tachira State, Venezuela (19/5). Jose tewas akibat tembakan saat ia terjebak dalam konfrontasi antara demonstran dan polisi setempat. (AFP/Luis Robayo)

Liputan6.com, Caracas - Mantan kandidat presiden sekaligus pemimpin oposisi Venezuela Edmundo Gonzalez meninggalkan Caracas setelah mencari suaka di Spanyol, demikian menurut keterangan seorang pejabat senior di negara tersebut.

Kepergian mendadak itu merupakan pukulan telak bagi upaya untuk melengserkan Presiden Nicolas Maduro dan terjadi hanya beberapa hari setelah pemerintah memerintahkan penangkapannya.

Wakil Presiden Venezuela Delcy Rodríguez mengatakan dalam sebuah pesan yang diunggah di Instagram bahwa Gonzalez, yang tidak terlihat sejak pemilihan, sebab ia diyakini telah mencari perlindungan di kedutaan Spanyol di Caracas beberapa hari terakhir.

Ia mengatakan, pemerintah memutuskan untuk memberikan Gonzalez jalan keluar yang aman dari negara itu untuk membantu memulihkan "perdamaian dan ketenangan politik."

Baik Gonzalez maupun siapa pun dari oposisi Venezuela belum memberikan komentar, dikutip dari laman AP, Minggu (8/9/2024).

Gonzalez, seorang mantan diplomat berusia 75 tahun, adalah pengganti sementara ketika pemimpin oposisi Maria Corina Machado dilarang mencalonkan diri.

Sebelumnya tidak diketahui oleh sebagian besar warga Venezuela, kampanyenya dengan cepat menyulut harapan jutaan warga Venezuela yang sangat menginginkan perubahan setelah kejatuhan ekonomi selama satu dekade.

Sementara, Maduro dinyatakan sebagai pemenang pemilu bulan Juli lalu, sebagian besar pemerintah barat belum mengakui kemenangannya dan malah menuntut agar pihak berwenang menerbitkan rincian suara.

Sementara itu, lembar penghitungan suara yang dikumpulkan oleh relawan oposisi dari lebih dari dua pertiga mesin pemungutan suara elektronik menunjukkan bahwa Gonzalez menang dengan selisih lebih dari 2 banding 1.

Lembar penghitungan suara telah lama dianggap sebagai bukti utama hasil pemilu di Venezuela.

 

Hasil Pemungutan Suara

Bendera Venezuela Antar Pemakaman Remaja yang Tewas Akibat Kerusuhan
Bendera negara Venezuela dibentangkan saat prosesi pemakaman Jose Francisco Guerrero di San Cristobal, Tachira State, Venezuela (19/5). (AFP/Luis Robayo)

Dalam pemilihan presiden sebelumnya, Dewan Pemilihan Nasional menerbitkan hasil daring dari masing-masing dari lebih dari 30.000 mesin pemungutan suara, tetapi panel yang dikendalikan Maduro tidak merilis data apa pun kali ini, menyebut dugaan serangan siber yang dilakukan oleh lawan-lawannya dari Makedonia Utara.

Jaksa Agung Tarek William Saab, sekutu setia Maduro, meminta penangkapan Gonzalez setelah ia tiga kali tidak hadir terkait penyelidikan kriminal atas apa yang dianggapnya sebagai tindakan sabotase pemilu.

Saab mengatakan kepada wartawan bahwa catatan pemungutan suara yang dibagikan oposisi secara daring adalah palsu dan merupakan upaya untuk melemahkan Dewan Pemilihan Nasional.

Para ahli dari Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Carter Center, yang atas undangan pemerintah Maduro mengamati pemilu, menetapkan bahwa hasil yang diumumkan oleh otoritas pemilu tidak memiliki kredibilitas.

Dalam sebuah pernyataan yang mengkritik pemilu, para ahli PBB tidak mengesahkan klaim kemenangan oposisi, tetapi mereka mengatakan catatan pemungutan suara yang dipublikasikan secara daring tampaknya menunjukkan semua fitur keamanan asli.

Infografis Krisis Venezuela di Negeri Minyak
Infografis Krisis Venezuela di Negeri Minyak. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya