Peretas China Diduga Bobol Sistem Telekomunikasi AS, Kemungkinan Targetkan Data Kampanye Tim Donald Trump

Penyelidikan terhadap kasus pembobolan yang diduga dilakukan oleh China tengah berlangsung.

oleh Tim Global diperbarui 28 Okt 2024, 16:00 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2024, 16:00 WIB
Ransomware
Indonesia Kena Serangan Siber, Pakar: Jangan Sepelekan Keamanan. (Doc: PCMag)

Liputan6.com, Washington - FBI dan Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur (CISA) mendapati "akses tidak sah" terhadap infrastruktur telekomunikasi komersial. Pihaknya mengaitkan serangan tersebut dengan aktor yang berafiliasi dengan China.

Kebobolan itu kemungkinan terkait dengan upaya mengakses data dari kampanye presiden mantan Presiden Donald Trump pada 2024.

Dilansir VOA Indonesia, Senin (28/10/2024), Biro Penyelidik Federal (Federal Bureau of Investigation/FBI) dan Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur (Cybersecurity and Infrastructure Security Agency/CISA) pada Jumat (25/10) malam mengatakan mereka sedang menyelidiki "akses tidak sah" terhadap infrastruktur telekomunikasi komersial, dan mengaitkan serangan tersebut dengan aktor yang berafiliasi dengan China.

Badan-badan tersebut mengatakan bahwa mereka segera memberi tahu perusahaan-perusahaan yang terdampak setelah pembobolan terdeteksi dan telah menawarkan bantuan, meskipun mungkin ada korban tambahan.

"Penyelidikan sedang berlangsung, dan kami mendorong organisasi mana pun yang yakin mereka mungkin menjadi korban untuk melibatkan kantor lapangan FBI setempat atau CISA," kata pernyataan itu.

"Lembaga-lembaga di seluruh pemerintahan Amerika Serikat berkolaborasi untuk secara agresif memitigasi ancaman ini dan berkoordinasi dengan mitra industri kami untuk memperkuat pertahanan siber di sektor komunikasi komersial,” tambahnya.

 

China Membantah

Ilustrasi keamanan siber (Dok. Kaspersky)
Ilustrasi keamanan siber (Dok. Kaspersky)

Kedutaan Besar China di Washington membantah tuduhan peretasan yang ditudingkan Amerika Serikat, dan mengatakan hal itu sebagai disinformasi. China juga menyebut Amerika Serikat "asal muasal dan pelaku terbesar serangan siber."

"Selama beberapa waktu, Amerika Serikat telah mengumpulkan dan menyebarkan segala macam disinformasi tentang apa yang disebut ancaman peretasan China," kata juru bicara kedutaan, Liu Pengyu, melalui email kepada VOA.

"Posisi China konsisten dan jelas," katanya.

"China dengan tegas menentang dan memerangi serangan siber dan pencurian siber dalam segala bentuk."

Kemungkinan Menyasar Kampanye Trump

Ekspresi Donald Trump Jalani Sidang Dakwaan di Pengadilan Manhattan
Ekspresi mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat menjalani sidang dakwaan di Pengadilan Manhattan, New York, Amerika Serikat, Selasa (4/4/2023). Trump menjadi mantan orang nomor satu Amerika Serikat pertama yang menghadapi tuntutan pidana. (Curtis Means/Pool Photo via AP)

Kabar mengenai peretasan yang terkait dengan China ini muncul menyusul laporan koran The New York Times pada Jumat bahwa peretas China diperkirakan telah membobol jaringan telekomunikasi untuk menargetkan kampanye Trump.

Penyelidik masih berusaha untuk menentukan data apa yang dapat diperoleh para peretas, jika ada, dan apakah para peretas dapat mendengarkan percakapan Trump atau Vance secara waktu nyata (real time).

Mereka juga mengatakan tim kampanye Trump telah diberitahu.

FBI menolak mengomentari pelanggaran kampanye Trump. Kedutaan Besar China Washington juga menolak berkomentar dan mengatakan kepada VOA, "Kami tidak mengetahui situasi spesifiknya."

Infografis Hasil Pilpres AS 2020 dan Gugatan Donald Trump. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Hasil Pilpres AS 2020 dan Gugatan Donald Trump. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya