Jerman Perintahkan Penutupan 3 Konsulat Iran, Apa Sebabnya?

Sebelum memerintahkan penutupan konsulat Iran, Jerman telah lebih dulu memanggil kuasa usaha Iran.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 01 Nov 2024, 08:11 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2024, 08:10 WIB
Orang-orang mengusung foto Jamshid Sharmahd saat memprotes eksekusi matinya di dekat Kementerian Luar Negeri Jerman di Berlin, Senin (28/10/2024).
Orang-orang mengusung foto Jamshid Sharmahd saat memprotes eksekusi matinya di dekat Kementerian Luar Negeri Jerman di Berlin, Senin (28/10/2024). (Dok. AP/Markus Schreiber)

Liputan6.com, Berlin - Jerman memerintahkan penutupan ketiga Konsulat Iran di negara itu pada hari Kamis (31/10/2024) sebagai tanggapan atas eksekusi warga Iran-Jerman Jamshid Sharmahd, yang tinggal di Amerika Serikat (AS) dan diculik di Dubai pada tahun 2020.

Pengadilan Iran menyatakan bahwa Sharmahd yang berusia 69 tahun, dihukum mati di Iran pada hari Senin (28/10) atas tuduhan terorisme. Eksekusi mati itu menyusul persidangan tahun 2023 yang dianggap sebagai palsu oleh Jerman, AS, dan kelompok-kelompok hak asasi internasional.

Keputusan untuk menutup Konsulat Iran di Frankfurt, Hamburg, dan Munich, yang diumumkan oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Jerman Annalena Baerbock, membuat Negeri Para Mullah itu hanya memiliki kedutaan besarnya di Berlin.

Kementerian Luar Negeri Jerman telah memanggil kuasa usaha Iran pada hari Selasa (29/10) untuk memprotes eksekusi Sharmahd. Duta Besar Jerman Markus Potzel juga memprotes Menlu Iran Abbas Araghchi, sebelum dipanggil kembali ke Berlin untuk konsultasi.

Mengutip AP, Jumat (1/11), Iran menuduh Sharmahd, yang tinggal di Glendora, California, merencanakan serangan tahun 2008 terhadap sebuah masjid yang menewaskan 14 orang — termasuk lima perempuan dan seorang anak — dan melukai lebih dari 200 orang lainnya, serta merencanakan serangan lain melalui Majelis Kerajaan Iran dan sayap militannya, Tondar.

Iran juga menuding Sharmahd mengungkapkan informasi rahasia tentang lokasi rudal Garda Revolusi paramiliter Iran pada tahun 2017.

Pihak keluarga Sharmahd membantah tuduhan-tuduhan tersebut dan telah berusaha selama bertahun-tahun untuk membebaskannya.

Iran menolak protes Jerman. Araghchi menulis pada hari Selasa di jejaring sosial X bahwa "Paspor Jerman tidak memberikan kekebalan hukum kepada siapa pun, apalagi seorang penjahat teroris."

Araghchi menyebut Baerbock melakukan "gaslighting" dan menulis bahwa "pemerintah Anda adalah kaki tangan dalam genosida Israel yang sedang berlangsung."

Jerman adalah sekutu setia Israel dan telah mengkritik keras serangan Iran terhadap Israel.

Penutupan konsulat, alat diplomatik yang jarang digunakan Jerman, menandakan penurunan besar dalam hubungan diplomatik yang menurut Menlu Baerbock sudah berada di titik terendah.

"Pernyataan terbaru dari Menlu Iran, di mana dia menempatkan pembunuhan berdarah dingin Jamshid Sharmahd dalam konteks dukungan Jerman untuk Israel, juga berbicara tentang dirinya sendiri," kata Baerbock pada hari Kamis (31/10).

Baerbock menegaskan Berlin akan terus bekerja keras untuk membebaskan sejumlah warga Jerman lainnya yang ditahan. Dia tidak menyebutkan jumlah mereka.

Uni Eropa Bereaksi

Ilustrasi bendera Uni Eropa (AFP Photo)
Ilustrasi bendera Uni Eropa (AFP Photo)

Pada hari Selasa, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell menuturkan bahwa eksekusi warga negara Eropa sangat merusak hubungan antara Iran dan Uni Eropa.

"Mengingat perkembangan yang mengerikan ini, Uni Eropa sekarang akan mempertimbangkan tindakan yang ditargetkan dan signifikan," katanya, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Menlu Baerbock mencatat bahwa Uni Eropa memberlakukan serangkaian sanksi baru pada pertengahan Oktober dan bahwa dia mendorong agar Garda Revolusi Iran dimasukkan ke dalam daftar organisasi teroris.

Sharmahd yang berada di Dubai pada tahun 2020, mencoba melakukan perjalanan ke India untuk kesepakatan bisnis yang melibatkan perusahaan perangkat lunaknya. Dia berharap mendapatkan penerbangan lanjutan meskipun pandemi COVID-19 mengganggu perjalanan global.

Keluarga Sharmahd menerima pesan terakhir darinya pada 28 Juli 2020. Tidak jelas bagaimana penculikan itu terjadi, namun data pelacakan menunjukkan bahwa ponsel Sharmahd melakukan perjalanan ke selatan dari Dubai ke Kota Al Ain pada 29 Juli, melintasi perbatasan ke Oman. Pada 30 Juli, data pelacakan menunjukkan ponselnya melakukan perjalanan ke kota pelabuhan Sohar di Oman, di mana sinyalnya berhenti.

Dua hari kemudian, Iran mengumumkan telah menangkap Sharmahd dalam "operasi yang rumit". Kementerian intelijen kemudian menerbitkan foto dirinya yang ditutup matanya.

Jerman sendiri telah mengusir dua diplomat Iran tahun lalu atas hukuman mati Sharmahd.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya