Liputan6.com, Beijing - Taipei dan Shanghai baru saja menjalin kerja sama melalui program pertukaran hewan, di mana Taiwan mengirimkan penguin Afrika ke Shanghai sebagai imbalan untuk panda merah.
Inisiatif ini bertujuan membangun hubungan kolaboratif antara kedua kota di tengah ketegangan politik antara Taiwan dan China.
Baca Juga
Dilansir Independent, Rabu (18/12/2024), kesepakatan tersebut ditandatangani selama kunjungan delegasi China yang dipimpin oleh Wakil Wali Kota Shanghai ke Taiwan dalam forum tahunan antar-kota.
Advertisement
Menurut Kebun Binatang Taipei, kerja sama ini mencakup pertukaran hewan, pengembangan profesional, penelitian konservasi satwa liar, serta program pembiakan bersama.
Kebun binatang tersebut saat ini memiliki 11 panda merah, termasuk tiga pasang yang digunakan untuk program pembiakan. Sementara itu, mereka berhasil menyambut tujuh penguin Afrika baru tahun ini melalui inkubasi buatan.
Program pertukaran ini berlangsung di tengah ketegangan hubungan antara Taiwan dan China.
Perseteruan Beijing-Taipei
Beijing mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan belum mengesampingkan kemungkinan menggunakan kekuatan militer untuk merebut pulau tersebut.
Baru-baru ini, China mengerahkan armada laut terbesar dalam hampir tiga dekade di sekitar perairan Taiwan, mensimulasikan blokade dengan formasi kapal yang mengelilingi pulau tersebut.
Namun, dalam forum tersebut, Wali Kota Taipei Chiang Wan-an, menyampaikan harapannya untuk perdamaian dan mengurangi ketegangan militer di sekitar Taiwan.
"Lebih banyak dialog dan lebih sedikit konfrontasi; lebih banyak tanda perdamaian dan lebih sedikit buah anggur asam dari konflik. Lebih banyak cahaya dari kapal nelayan untuk menghiasi matahari terbenam; lebih sedikit suara jeritan kapal dan pesawat," kata Chiang, yang merupakan anggota Kuomintang, partai oposisi pro-China di Taiwan.
Chiang menegaskan bahwa komunikasi menjadi semakin penting, terutama saat ketegangan berada pada puncaknya.
Advertisement
Platform Dialog China-Taiwan
Juru bicara Kantor Urusan Taiwan Dewan Negara China Zhu Fenglian menyebut kesepakatan ini sebagai hasil positif dari forum antar-kota.
"Rekan senegara di kedua sisi Selat Taiwan adalah warga Tiongkok dan satu keluarga dan harus sering melakukan pertukaran dan kerja sama," ujar Zhu, seperti dikutip oleh media milik negara, Global Times.
Ia menambahkan bahwa China tetap berpegang pada prinsip "Satu China" dan Konsensus 1992, sekaligus menolak segala bentuk "kemerdekaan Taiwan".
Namun, Zhu juga menuduh Partai Progresif Demokratik (DPP) yang dipimpin oleh Presiden Taiwan, Lai Ching-te, melakukan tindakan "tidak masuk akal" dengan menghalangi beberapa anggota delegasi Shanghai dan jurnalis untuk menghadiri forum tersebut.
Forum yang pertama kali digelar pada 2010 ini menjadi salah satu platform langka untuk dialog antara pejabat tinggi China dan Taiwan. Hubungan diplomatik antara kedua belah pihak terputus pada 2016 setelah Tsai Ing-wen, yang berasal dari DPP, terpilih sebagai presiden Taiwan.