, Trento - Semut, binatang yang satu ini dijadikan contoh perihal kepatuhan dan ketertiban yang dianalogikan pada kasus kemacetan. Bagaimana caranya?
Konon siapapun yang bergonta-ganti lajur di tengah lalu lintas yang padat, tidak lantas melaju lebih cepat.
Baca Juga
Kemacetan tidak diurai dengan menambah jalur, melainkan ketertiban berkendara. Petuah ini dibuktikan oleh salah satu penjejak Bumi paling kecil: Semut.
Advertisement
Selain itu, kecepatan yang tidak berimbang akan memaksa kendaraan lain melakukan pengereman, yang akan memicu reaksi berantai dan menciptakan kemacetan atau perlambatan lalu lintas tanpa alasan jelas.
Semut, seperti dikutip dari DW Indonesia, Senin (2/1/2025), sejak lama dikenal tertib berbaris dan melaju dalam koloni besar. Menurut riset terbaru, satwa berstatus serangga sosial itu ternyata memiliki insting untuk tidak menyalip atau bergonta-ganti lintasan.
Dalam sebuah eksperimen yang dilakukan oleh peneliti di Trento, Italia, semut tercatat selalu mampu bergerak sempurna secara sinkron di lintasan uji sepanjang 30 cm.
Rahasianya terletak pada jejak feromon yang ditinggalkan semut pemimpin dan diikuti oleh semut lain.
Jejak ini biasa digunakan ketika semut pekerja ingin menandai lokasi sumber makanan. Pada satwa lain, feromon dilepaskan untuk merangsang lawan jenis atau menambah daya pikat seksual.
Dalam riset di Trento, jejak feromon diikuti "oleh koloni semut dalam iringan padat dan tanpa menyalip," kata Marco Guerrieri, salah satu penulis studi tersebut.
"Semut merupakan salah satu dari sedikit spesies yang mampu mengorganisir arus lalu lintas dua arah, mirip dengan jalan raya kita, namun tetap dapat bergerak dengan lancar dan tanpa kemacetan," jelasnya.
Kearifan Alam bagi Mobilitas Otonom
Kelancaran lalu lintas menyaratkan keselarasan dalam kecepatan dan jarak antara kendaraan. Pengemudi yang tidak tertib dan acap berganti lajur cendrung mengganggu keseimbangan itu dan memicu kemacetan tanpa sebab.
Dalam hal ini, perilaku semut bisa menjadi acuan bagi pengembangan teknologi mobilitas otonom di masa depan. Satwa mungil itu punya jawaban tentang bagaimana memaksimalkan efisiensi pergerakan manusia, kata para ilmuwan.
"Di masa depan, sistem lalu lintas untuk kendaraan otonom bisa mengambil inspirasi dari perilaku semut," demikian menurut studi tersebut.
"Sebagaimana serangga berkomunikasi melalui feromon, kendaraan otonom yang bergerak secara automatis dan berjejaring di atas jalan yang canggih, bisa menggunakan teknologi komunikasi mutakhir untuk berkomunikasi antara satu sama lain atau dengan pengelola infrastruktur."
Betapapun sulit untuk dibayangkan, para peneliti lalu lintas mengatakan bahwa iringan kendaraan mengalir paling lancar pada kecepatan 85 km/jam.
Seperti semut, "kendaraan otonom dapat membentuk kolom terkoordinasi yang bergerak dengan kecepatan tinggi dan berdekatan satu sama lain dalam barisan paralel. Pendekatan ini dapat meningkatkan efisiensi lalu lintas, meningkatkan tingkat layanan, dan mengurangi emisi gas."
Advertisement