Liputan6.com, Beijing - Beijing dengan tegas mengecam kebijakan tarif tambahan yang diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap impor China.
Dalam pernyataan resmi yang dirilis pada Minggu (2/2/2025), Kementerian Perdagangan China menegaskan ketidakpuasan mereka atas langkah Washington dan berjanji akan mengambil tindakan balasan guna melindungi kepentingan ekonomi negara.
Advertisement
Baca Juga
"Kami sangat tidak puas dengan keputusan ini dan dengan tegas menentangnya," demikian pernyataan dari Kementerian Perdagangan China, seperti dikutip dari laman VOA Indonesia, Minggu (2/2).
Advertisement
Pada Sabtu sebelumnya, Trump mengumumkan tarif tambahan sebesar 10 persen terhadap impor China, di luar bea masuk yang sudah ada. Keputusan ini menjadi bagian dari langkah besar AS dalam menghadapi mitra dagang utamanya.
Sebagai respons, China berencana mengajukan gugatan ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), menilai kebijakan tarif sepihak AS sebagai pelanggaran serius terhadap aturan perdagangan internasional. Beijing juga menegaskan bahwa tarif tersebut tidak akan menyelesaikan masalah ekonomi AS, melainkan justru memperburuk hubungan perdagangan antara kedua negara.
Ketegangan Dagang
Dalam pernyataannya, Kementerian Perdagangan China menyinggung isu fentanil—obat opioid pereda nyeri yang penyalahgunaannya meningkat di AS hingga menyebabkan banyak kasus overdosis. Beijing menilai bahwa Washington seharusnya menangani masalah domestiknya sendiri secara objektif dan rasional, bukan dengan menerapkan tarif yang merugikan mitra dagangnya.
Kementerian mendesak AS untuk memperbaiki pendekatannya dan mencari solusi melalui dialog yang jujur, dengan prinsip saling menguntungkan dan menghormati.
Dalam pernyataan terpisah, Kementerian Luar Negeri China menekankan bahwa tidak ada pihak yang akan menang dalam perang dagang atau tarif.
"Penerapan tarif tambahan bukanlah langkah konstruktif. Kebijakan ini tidak hanya merugikan perdagangan, tetapi juga berpotensi merusak kerja sama bilateral dalam berbagai bidang, termasuk pengendalian narkoba," ujar juru bicara Kemlu China.
Advertisement