Nelson Mandela, Mulai Masuk Bui Sampai Nobel Perdamaian

"Saya menghargai cita-cita masyarakat demokrasi. Saya rela mati demi cita-cita ini."

oleh Oscar Ferri diperbarui 06 Des 2013, 07:47 WIB
Diterbitkan 06 Des 2013, 07:47 WIB
ultah-mandela130718b.jpg

Mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela tutup usia. Ia adalah salah satu negarawan dunia yang dihormati atas perjuangannya melawan diskriminasi rasial. Dia berhasil mengubah rezim apartheid di Afrika Selatan menjadi sistem demokrasi multi-ras.

Mandela memiliki karisma, rasa humor yang suka menertawakan diri sendiri, tidak menunjukkan kegetiran atas perlakuan buruk yang pernah diterimanya. Dia memiliki kisah hidup yang menakjubkan. Ini semua menjadikan Mandela tokoh yang banyak dikagumi dunia.

Rolihlahla Dalibhunga Mandela lahir pada 18 Juli 1918 di Desa kecil Mveso, Lembah Sungai Mbashe di Afrika Selatan. Nama depan Nelson diberikan oleh seorang gurunya di sekolah.

Ayahnya, Henry Mgadla Mandela, adalah penasehat keluarga kerajaan Thembu. Nelson kecil masih berusia sembilan tahun ketika ayahnya meninggal. Dia kemudian diasuh oleh keluarga bangsawan Thembu, Jongintaba Dalindyebo.

Pada 1944, Nelson Mandela bergabung dengan Kongres Nasional Afrika (ANC), mula-mula sebagai aktivis sebelum mendirikan Liga Pemuda ANC dan dia menjadi presidennya.

Pada tahun yang sama dia menikah dengan Evelyn Mase, yang memberinya empat anak sebelum akhirnya bercerai pada 1958.

Menjadi pengacara

Setelah lulus menjadi pengacara dan pada 1952, Mandela mendirikan kantor pengacara kulit hitam pertama di Johannesburg bersama Oliver Tambo.

Bersama-sama dengan Tambo, Mandela berkampanye menentang apartheid, sistem yang diterapkan oleh Partai Nasional Afrika Selatan yang beranggotakan hanya kaum kulit putih dan menindas penduduk mayoritas kulit hitam.

Pada 1956, Mandela bersama 155 aktivis lainnya didakwa melakukan pengkhianatan terhadap negara, namun dakwaan terhadapnya akhirnya dicabut setelah melalui sidang pengadilan selama empat tahun.

Perlawanan terhadap apartheid makin berkembang, terutama atas Undang-undang yang mengatur di mana warga kulit hitam boleh tinggal dan bekerja.

Pada tahun 1958, setelah bercerai dari Evelyn Mase, Nelson Mandela menikah dengan Winnie Madikizela, yang kemudian berperan aktif dalam kampanye membebaskan suaminya dari penjara.

Kongres Nasional Afrika (ANC) dilarang oleh pemerintah dan Mandela mulai melakukan kegiatan bawah-tanah.

Ketegangan dengan rejim apartheid makin memanas, dan mencapai puncaknya pada tahun 1960 ketika sekitar 70 warga kulit hitam ditembak mati oleh polisi dalam pembantaian Sharpeville.

Cita-cita demokrasi

Pembantaian Sharpeville menandai berakhirnya perlawanan secara damai. Mandela--yang waktu itu menjabat sebagai wakil presiden ANC--memprakarsai suatu kampanye sabotase ekonomi.

Akhirnya dia ditangkap dan didakwa melakukan sabotase serta berupaya menggulingkan pemerintah dengan kekerasan.

Di ruang sidang Rivonia, Mandela mengungkapkan sendiri pembelaanya dengan menyampaikan keyakinan tentang demokrasi, kebebasan, dan kesetaraan.

"Saya menghargai cita-cita masyarakat demokrasi dan bebas di mana semua orang hidup berdampingan dalam keselarasan dan memiliki kesempatan yang sama," tegas Mandela, seperti dimuat BBC, Jumat (6/12/2013).

"Suatu cita-cita yang saya harap akan tercapai. Tetapi bila diperlukan, saya rela mati demi cita-cita ini."

Pada musim dingin 1964, Mandela dijatuhi hukuman seumur hidup. Dia kemudian masuk penjara di Pulau Robben selama 18 tahun sebelum dipindahkan ke penjara Pollsmoor pada tahun 1982.

Selama Mandela dan para pemimpin ANC lainnya dipenjara atau hidup dalam pengasingan, para pemuda di kota-kota berpenduduk kulit hitam Afrika Selatan berupaya keras melawan pemerintahan minoritas kulit putih.

Ratusan warga tewas dan ribuan terluka sebelum pemberontakan anak-anak sekolah berhasil dipadamkan.

Nobel Perdamaian

Pada 1980, mitra Mandela, Oliver Tambo, yang hidup di pengasingan, melancarkan kampanye internasional untuk membebaskan Mandela.

Masyarakat dunia memperketat sanksi yang diberlakukan terhadap Afrika Selatan sejak tahun 1967 terhadap rezim apartheid.

Tekanan dunia ini membawa hasil. Pada tahun 1990, Presiden FW de Klerk mencabut larangan terhadap ANC dan Nelson Mandela dibebaskan dari penjara. Perundingan untuk membentuk suatu demokrasi multi-ras Afrika Selatan pun dimulai.

Pada tahun 1992 Mandela menceraikan istri keduanya, Winnie, setelah dinyatakan bersalah atas tuduhan menculik dan terlibat dalam tindak penyerangan.

Mandela bersama Presiden Afrika Selatan, FW de Klerk, mendapat hadiah Nobel Perdamaian 1993.

Menjadi Presiden

Lima bulan kemudian, untuk pertama kalinya dalam sejarah Afrika Selatan, masyarakat dari berbagai ras di negeri itu memberikan suara dalam pemilihan umum dan Mandela terpilih menjadi presiden dengan suara mayoritas.

Pada masa pemerintahan Mandela, masalah terbesar yang dihadapi Afrika Selatan adalah kurangnya perumahan untuk kaum miskin; dan daerah kumuh yang terus merebak di kota-kota besar.

Pada ulangtahun yang ke-80, Mandela menikah dengan Graca Machel, janda mantan Presiden Mozambique.

Dia mempercayakan urusan pemerintahan sehari-hari kepada wakilnya, Thabo Mbeki, dan memusatkan pada tugas seremonial sebagai pemimpin dan membangun citra baru Afrika Selatan di mata dunia.

Pada 1999, Nelson Mandela turun dari tampuk kepemimpinan negerinya. Mandela terus melanglang buana, bertemu dengan para pemimpin dunia, menghadiri berbagai konferensi dan menerima berbagai penghargaan setelah turun dari kursi kepresidenan.

Setelah resmi pensiun, kemunculannya di depan umum sebagian besar berkaitan dengan kerja Yayasan Mandela yang didirikannya untuk tujuan amal.

Pada ulangtahunnya yang ke-89, Mandela membentuk Kelompok Sesepuh yang terdiri dari para tokoh dunia yang berupaya menawarkan keahlian dan bimbingan untuk menangani berbagai masalah sulit di dunia. (Osc/Riz)

Baca juga:

Bocah Afrika 9 Tahun: Karena Mandela Saya Punya Banyak Teman


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya