Jangan Taruh Televisi di Kamar Anak!

Orang tua untuk tidak menyediakan televisi di kamar anak supaya anggota keluarga lainnya tetap bisa mengawasi program/acara yang ditonton

oleh Gabriel Abdi Susanto diperbarui 25 Mei 2014, 13:00 WIB
Diterbitkan 25 Mei 2014, 13:00 WIB
Acara Debat di TV Baikkah Untuk Perkembangan Buah Hati?
Menurut Psikolog Nina, program televisi seperti debat bisa menjadi acara yang baik dan buruk bagi anak

Liputan6.com, Jakarta Psikolog Wanda Anastasia menyarankan orang tua untuk tidak menyediakan televisi di kamar anak supaya anggota keluarga lainnya tetap bisa mengawasi program/acara yang ditonton anak.

"Televisi hendaknya diletakkan di ruang keluarga atau ruang terbuka. Dampingi anak saat menonton televisi dan diskusikan saat ada tayangan yang bersifat antisosial," kata Wanda Anastasia di Jakarta, Kamis.

Selain tidak menyediakan televisi di dalam kamar, psikolog dari Klinik Pela 9 itu menyarankan agar orang tua memberikan aturan ketat terkait jadwal menonton televisi pada anak.

Misalnya, anak boleh menonton televisi tetapi tidak boleh lebih dari dua jam sehari. Orang tua juga harus memilihkan acara yang sesuai dengan usia anak.

"Diskusikan acara favorit anak dan berikan pemahaman apakah acara tersebut pantas atau tidak untuk mereka," ujarnya.

Menurut Wanda, sebenarnya tayangan televisi tidak sepenuhnya memberikan efek negatif terhadap anak. Masih ada beberapa tayangan yang bersifat edukatif bagi anak.

"Televisi juga sudah menyediakan tayangan edukatif seperti Bocah Petualang, Laptop di Unyil dan sebagainya. Hanya saja waktu penayangannya saja yang mungkin masih perlu diperhatikan," tuturnya.

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) telah mengumumkan 10 tayangan sinetron dan sinema yang tidak layak ditonton, terutama bagi anak-anak. Keputusan memasukkan 10 tayangan sebagai tidak layak tonton itu didasarkan atas pengaduan masyarakat yang menilai tayangan tersebut tidak mendidik serta merusak moral.

Pengaduan yang mencapai 1.600 aduan itu lalu ditindaklanjuti KPI dengan melakukan pemantauan dan evaluasi dengan menghadirkan rumah produksi yang memproduksi tayangan tersebut.

KPI menilai tayangan-tayangan tersebut masih banyak memuat unsur pelanggaran seperti intimidasi di lingkungan sekolah, kekerasan fisik dan tindakan tidak terpuji lainnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya