Tandur Kulit, Efektif Tutup Luka Terbuka

Luka terbuka yang tidak dapat ditutup secara primer dengan jabir kulit lokal, kini dapat diatasi menggunakan metode tandur kulit.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 03 Jul 2014, 14:59 WIB
Diterbitkan 03 Jul 2014, 14:59 WIB
Cara Lain Tutup Luka Terbuka
Terlebih pada defek pasca-reseksi tumor atau radiasi dan difisiensi kulit pada rekontruksi kelainan kongenital.

Liputan6.com, Jakarta Luka terbuka yang tidak dapat ditutup secara primer dengan jabir kulit lokal, kini dapat diatasi menggunakan metode tandur kulit. Khususnya pada kasus defek (kondisi yang tidak lagi sesuai struktur normal alias rusak) pasca-reseksi tumor atau radiasi dan difisiensi kulit pada rekontruksi kelainan kongenital (cacat bawaan).

Dalam disertasi untuk memperoleh gelar Doktor dengan judul 'Peran Faktor Pertumbuhan pada Platelet Rich Fibrin Matrix dan Platelet Rich Plasma Autologus terhadap Percepatan Proses Penyembuhan Luka Tandur Kulit', Mirta Hediyati Reksodiputro menjelaskan bahwa metode implan dengan cara tandur kulit merupakan metode sederhana untuk menutup luka berpenampang luas yang menghasilkan vaskularisasi (pengaliran pembuluh darah secara normal) yang baik serta dapat mengurangi ketegangan jaringan kulit dan kontraktur (memendeknya kulit atau jaringan secara permanen).

"Metode ini sering digunakan pada operasi rekonstruksi Telinga Hidung Tenggorok-Kepala Leher (THT-KL). Pada 24 jam pertama ketika tandur kulit menempel dengan dasar tandur (recipient bed), lapisan fibrin akan terbentuk di bawah agar melekat di bed sehingga proses vaskularisasi tandur akan berjalan baik," kata Mirta ditulis Health Liputan6.com pada Kamis (3/7/2014)

Menurut Mirta, ada dua klasifikasi tandur kulit berdasarkan ketebalannya. Yaitu split thickness skin graft (STSG) dan full thickness skin graft (FTSG). Umumnya, FTSG digunakan di area wajah dan telinga, untuk mendapatkan ketebalan yang sesuai dengan defek luka. "Karena mempunyai tekstur dan warna kulit lebih sesuai bila dibandingkan STSG," kata dia menambahkan.

Tapi, dari segi kesintasan (kemampuan bertahan hidup), FTSG tidak lebih baik dari STSG karena proses revaskularisasi FTSG tidak sebaik STSG. Namun, STSG memiliki kelemahan mudah terjadi kontraksi.

"Semakin tipis STSG semakin besar kemungkinan terjadi kontraktur," kata dia menekankan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya