Yang Bikin Ilmuwan Indonesia Kurang Meneliti

Setiap penelitian atau terobosan yang dilakukan di universitas atau para ahli sangat disayangkan memang jika tidak di follow up.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 22 Jul 2014, 16:07 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2014, 16:07 WIB
Puluhan Pelajar Jajal Uji Analisa Air
Di laboratorium PALYJA, seorang petugas menunjukkan cara menguji air bersih, Selasa (22/4/14). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Bukannya para ahli di Indonesia tidak mampu meneliti. Pasalnya, setiap penelitian yang dikembangkan para ahli di Indonesia seringkali dikatakan tidak didukung pemerintah. Entah karena biaya produksi yang kurang atau memang kurangnya koordinasi di lintas sektor sehingga hasil penelitian hanya berakhir di pemberitaan media saja.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Menteri Kesehatan Ali Gufron Mukti mengatakan, setiap penelitian atau terobosan yang dilakukan di universitas atau para ahli sangat disayangkan memang jika tidak ditindak lanjuti. Tapi masalahnya, pemerintah juga perlu melihat adanya dukungan lintas sektor.

"Kita akan lihat kalau agenda penelitiannya sangat penting. Contohnya saja ada penelitian tentang penanggulangan malaria oleh Universitas Airlangga beberapa waktu lalu. Itu butuh koordinasi dan kolaborasi hasil penelitian dan meminta dukungan dari lintas sektor. Karena pada akhirnya, akan dicari cost efektif untuk bicara masalah produksi," kata Wamenkes saat temu media di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa (22/7/2014).

Wamenkes mengatakan, hal ini juga didiskusikan dalam diskusi High Level Preparatory Meeting (HLPM) dan Subcomitte on Policy and Programme Development and Management (SPPDM) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di New Delhi pada 14-18 Juli lalu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya