Kondisi Pasien Suspect Ebola Kediri Membaik

Hingga hari ini, Kemenkes terus memantau kondisi pasien GN (46 th) tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Kediri yang baru kembali dari Liberia

oleh Liputan6 diperbarui 01 Nov 2014, 22:15 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2014, 22:15 WIB
Ilustrasi Virus Ebola
Ilustrasi Virus Ebola (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Jakarta Hingga hari ini, Sabtu (1/11) Kemenkes terus memantau kondisi pasien GN (46 th) tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Kediri yang baru kembali setelah bekerja dari Liberia. GN menjadi suspect karena mengalami sakit sepulang dari negara Liberia yang endemis  Ebola. Saat ini, pasien tengah dirawat Rumah Sakit Umum Pare, Kediri, Jawa Timur, dengan kondisi umum stabil dan membaik.

 

Demikian, pernyataan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Kemenkes RI, dr. HM. Subuh, MPPM, dalam surat elektroniknya kepada Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenkes, Sabtu sore (1/11).

 

Pada Minggu, 26 Oktober 2014, sejumlah 28 orang TKI kembali dari Liberia setelah menyelesaikan pekerjaannya, termasuk diantaranya GN dan 2 TKI lainnya berasal dari Kediri.

 

Sebagai bentuk kewaspadaan dan pencegahan terhadap penyebaran virus Ebola, sejak 6 hari sebelum kepulangan, GN dan rekan-rekannya menjalani karantina di Liberia. Begitu pula setibanya di Jakarta, mereka juga menjalani 1 hari karantina sebagai bentuk pengawasan di pintu masuk Tanah Air. Setelah 7 hari pengawasan, mereka pun melanjutkan perjalanan ke kampung halaman masing-masing.

 

“Setelah sampai di Kediri, dilaksanakan pengamatan oleh tenaga kesehatan Puskesmas Bendo. Sampai saat ini pengamatan sudah dilaksanakan 11 hari dari rencana pengamatan selama 21 hari”, ujar dr. Subuh.

 

Pada Selasa, 28 Oktober 2014, GN merasakan nyeri saat menelan. Hal tersebut dikarenakan kondisi keluarganya yang sedang batuk dan demam.  

 

Pada 30 Oktober 2014, GN lalu memeriksakan diri ke Puskesmas Bendo, Kecamatan Kediri, dengan gejala demam (suhu tubuh mencapai 38,6° C) , nyeri telan, nyeri sendi, dan batuk. Pada saat itu juga, GN langsung dirujuk ke RS Umum Pare dengan diagnosis Acute Febrile Illness (demam) dan lebih dicurigai Paryngitis Acute. Mengingat pasien memiliki riwayat pulang dari daerah endemis Ebola, maka pihak RS memutuskan untuk merawat pasien di ruang isolasi.

Gejala klinis suhu tubuh GN sempat mencapai 38,6° C, akan tetapi gejala klinis lainnya belum terlihat seperti pendarahan, anorexia dan muntah tidak ada.

 

“Sabtu pagi (1/11), suhu tubuh pasien menjadi 37,3° C dan sudah tidak ada keluhan termasuk nyeri telan. Sampai dengan berita ini dikeluarkan kondisinya semakin membaik”, tutur dr. Subuh.

Spesimen darah GN sudah diambil oleh pihak Kemenkes RI dan sedang dikirim ke Jakarta untuk diteliti lebih lanjut dan hasilnya masih menunggu konfirmasi pemeriksaan laboratorium. Sementara itu, Kemenkes RI juga memberikan masukan kepada pihak RSUD untuk meningkatkan universal precaution guna mencegah penularan terhadap tenaga kesehatan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya