Selain Awan, Faktor Ini Pengaruhi Kecelakaan Pesawat

Berbagai spekulasi bermunculan tentang penyebab hilangnya AirAsia QZ 8501. Dokter Spesial Penerbangan juga punya pendapat.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 29 Des 2014, 14:49 WIB
Diterbitkan 29 Des 2014, 14:49 WIB
Ilustrasi Pesawat AirAsia (7)
Ilustrasi Pesawat AirAsia (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta Keberadaan pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan QZ 8501 memang masih misteri. Berbagai spekulasi bermunculan walaupun semua orang berharap awak kabin ataupun penumpang dalam keadaan selamat. Tapi dokter spesialis penerbangan memiliki pendapat tersendiri.

Meski banyak anggapan yang menyebutkan kalau pesawat yang berangkat dari Bandara Juanda ke Singapura tersebut terkendala faktor awan kumulonimbus yang berbahaya, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Penerbangan dr Soemardoko Tjokrowidigdo SpM, SpKP mengingatkan kalau faktor manusia yang paling berisiko menyebabkan kecelakaan di udara.

"Dalam kasus AirAsia ini memang ada faktor alam. Awan Cumulonimbus itu berbahaya, harus dihindari. Pilot juga saya rasa sudah tahu bahaya itu makanya dia minta belok dan menaikkan ketinggian. Kendati demikian, dibandingkan dengan faktor alam, sebenarnya faktor manusia (human factor) yang paling berpengaruh saat terjadinya kecelakaan di udara. Artinya 80 persen kecelakaan bisa dicegah selama prosedur pencegahan dilakukan dengan baik," kata Soemardoko saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Senin (29/12/2014).

Soemardoko melanjutkan, sosialisasi pencegahan kecelakaan harus dilakukan dengan baik seperti mengendalikan faktor risiko. Bila hal ini dilakukan dengan baik, maka penerbangan akan aman.

Sebelumnya, pesawat AirAsia yang hilang kontak adalah tipe Airbus A320 dengan nomor registrasi PK-AXC. Pesawat tersebut berangkat dari Surabaya pukul 05.20 pagi dan sampai di Singapura seharusnya pukul 08.30 waktu setempat atau pukul 07.30 WIB.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya