Liputan6.com, Jakarta - PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) mengumumkan kinerja tahun buku 2024 yang berakhir pada 31 Desember 2024. Pada periode tersebut, perseroan membukukan pertumbuhan positif baik dari sisi pendapatan maupun laba.
Hingga 31 Desember 2024, perseroan membukukan pendapatan bunga dan syariah bersih senilai Rp 11,04 triliun. Naik 11,43 persen dibanding raihan pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 9,91 triliun.
Advertisement
Pada periode tersebut, perseroan membukukan pendapatan operasional lainnya sebesar RP 891,21 miliar, turun dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp 1,4 triliun. Meski begitu, perseroan membukukan pembalikan cadangan kerugian penurunan nilai atas aset keuangan sebesar RP 636,23 miliar.
Advertisement
Bersamaan dengan itu, pembentukan penyisihan lainnya tercatat sebesar Rp 787,32 miliar. Pada periode 2024, perseroan membukukan beban operasional sebesar Rp 3,28 triliun, naik dari Rp 2,81 triliun pada tahun sebelumnya. Bersamaan dengan itu, perseroan membukukan pendapatan bukan operasional sebesar Rp 283,48 miliar dibanding Rp 15,52 miliar pada 2023.
Setelah memperhitungkan beban pajak penghasilan, perseroan membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 4,87 triliun. Laba itu naik 18,96 persen dibandingkan raihan pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 4,09 triliun.
Aset hingga 31 Desember 2024 naik menjadi Rp 281 triliun dari Rp 249,76 triliun pada 2023. Liabilitas sampai dengan akhir 2024 naik menjadi Rp 240,32 triliun dibanding Rp 212,44 triliun pada 2023.
Sementara ekuitas hingga akhir 2024 tercatat sebesar Rp 40,69 triliun, naik dari Rp 37,32 triliun yang dicatatkan pada akhir 2023.
Mengenai Bank OCBC
Bank OCBC NISP (sebelumnya dikenal dengan nama Bank NISP) atau selanjutnya disebut sebagai “Bank”, merupakan Bank tertua keempat di Indonesia yang didirikan pada tanggal 4 April 1941 di Bandung dengan nama NV Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank.
Karmaka Surjaudaja mulai mengelola Bank NISP pada 1963 dengan jabatan sebagai Direktur Operasional. Kondisi Indonesia sedang bergejolak saat itu, namun Bank NISP tumbuh dengan sehat dan berhasil melaluinya, salah satunya sanering pada tahun 1965.
Dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian dan fokus melayani segmen UKM, Bank NISP menaikkan status operasional dari Bank Tabungan menjadi Bank Komersial. Karmaka Surjaudaja diangkat menjadi Presiden Direktur pada tahun 1971–1997 atas keberhasilannya membangun Bank NISP di kondisi Indonesia yang krisis pada 1965.
Kesuksesan Karmaka Surjaudaja juga terinspirasi oleh Lelarati Lukman, sang pendamping yang setia mendukungnya dalam mengelola Bank. Lelarati Lukman menjabat sebagai Komisaris tahun 1982 – 2011. Pada tahun 1997 OCBC Bank – Singapura memilih Bank NISP untuk menjadi partner lokal dalam pendirian Bank OCBC NISP. OCBC Bank - Singapura menaikkan kepemilikan sahamnya melalui akuisisi dan penawaran tender saham publik hingga menjadi mayoritas sejak 2005.
Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, meningkatkan citra, dan tanda dukungan controlling shareholder, Bank NISP menggunakan nama baru “Bank OCBC NISP”, diikuti dengan penguatan budaya dan dasar kebijakan di seluruh organisasi.
Bank memasuki tonggak sejarah penting setelah OCBC Bank – Singapura mengkonsolidasikan strategi bisnis di Indonesia melalui penggabungan anak perusahaannya, Bank OCBC Indonesia ke dalam Bank OCBC NISP. OCBC Overseas Investments Pte. Ltd sejak 2005 merupakan pemegang saham mayoritas dengan kepemilikan per akhir tahun 2019 sebesar 85,1%. Diakui akan stabilitas dan keuangannya yang kuat, OCBC Bank menjadi pemegang saham yang selalu memberi dukungan penuh kepada Bank OCBC untuk pengelolaan jasa perbankan komersial di Indonesia
Advertisement
OCBC Resmi Akuisisi Bank Commonwealth
Sebelumnya, PT Bank OCBC NISP Tbk (OCBC) mengumumkan proses akuisisi PT Bank Commonwealth (PTBC) telah selesai pada Kamis, 2 Mei 2024. Dengan demikian,100% saham PTBC telah sepenuhnya dimiliki oleh OCBC efektif 1 Mei 2024.
Sebagai bagian dari OCBC, kegiatan operasional PTBC masih akan berjalan secara mandiri sampai dengan proses merger yang direncanakan selesai selambatnya kuartal IV 2024. Layanan kepada nasabah PTBC akan berjalan seperti biasa melalui beragam kanal dan produk perbankannya, termasuk transaksi perbankan di kantor cabang dan kanal digital Bank Commonwealth.
Presiden Direktur OCBC, Parwati Surjaudaja mengatakan, sebagai salah satu bank yang memiliki kredit rating tertinggi di Indonesia dan rekam jejak yang baik, PTBC memiliki basis nasabah yang menarik dan komplementer pada segmen nasabah konsumen dan UKM (ritel).
“Rencana kami adalah memanfaatkan kapabilitas dari kedua entitas untuk memperluas produk dan layanan OCBC di Indonesia, serta menciptakan peluang pertumbuhan jasa keuangan di Indonesia,” ujar dia seperti dikutip dari keterangan resmi, Kamis 2 Mei 2024.
Sementara itu, Presiden Direktur Bank Commonwealth menuturkan, dengan diselesaikannya proses akuisis, PTBC akan tetap beroperasi sebagai entitas yang berdiri sendiri hingga proses merger.
"Manajemen PTBC berkomitmen untuk memastikan kelancaran proses merger dengan tetap memberikan layanan perbankan yang berkualitas tinggi kepada nasabah. Selain itu, kegiatan bisnis akan tetap berjalan seperti biasa,” ujar dia.
Pembelian 100% saham PTBC merupakan tonggak sejarah penting yang akan memperkuat platform OCBC di Indonesia, dan menegaskan komitmen Bank untuk terus maju dalam pertumbuhan jasa keuangan di Indonesia.