Liputan6.com, Yogyakarta- Angka kematian ibu di DI Yogyakarta (DIY) menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun. Namun, angka penurunan kematian ibu di DIY belum tampak signifikan. Apalagi, sebagian besar kematian ibu akibat keterlambatan dalam rujukan.
Berdasarkan data dari Dinkes DIY, sepanjang tahun 2014, angka kematian ibu mencapai 40 kasus dari sebelumnya 46 kasus di tahun 2013. Namun angka tersebut sama dengan angka kematian ibu di tahun 2012.
Baca Juga
Di lima kabupaten/kota, angka kematian ibu yang mengalami penurunan ada di Kota Yogyakarta, Kulonprogo, dan Gunungkidul. Di Yogyakarta hanya terdapat 2 kasus kematian ibu dari tahun sebelumnya ada 9 kasus. Kulonprogo terdapat 5 kasus, sedangkan Gunungkidul 7 kasus.
Â
Peneliti Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK), Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Gadjah Mada, Laksono Trsinantoro mengatakan, 60 persen kasus kematian ibu umumnya disebabkan keterlambatan rujukan.
Advertisement
Menurutnya, upaya menurunkan angka kematian ibu ini tidak hanya menjadi urusan Dinas Kesehatan namun perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak.
"Yang pastinya membutuhkan peran pemimpin di pemerintahan dan sektor kesehatan untuk mencegah kematian ibu," kata Laksono dalam Dikusi Trend Kematian Ibu di DIY yang berlangsung di Fakultas Kedokteran, Rabu (21/1/2015). Â
Â
Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo, mengakui jika tidak mudah menurunkan angka kematian ibu meski jumlah dokter spesialis kandungan di DIY makin bertambah. Hasto menghitung, jumlah dokter obsgyn di DIY bertambah dua kali lipat dibanding 10 tahun lalu. Di tahun 2005, ada 46 dokter spesialis kandungan, tahun 2015 bertambah menjadi 96 orang.
Â
Hasto mengatakan dukungan kepala daerah menurunkan angka kematian ibu melibatkan dokter spesialis kandungan sangat membantu menurunkan angka kematian ibu. Ia menceritakan pengalamannya saat awal menjabat Bupati, ia berhasil menurunkan kasus kematian ibu di Kulonprogo menjadi 3 kasus di tahun 2012.
Salah satunya menyiapkan dokter spesialis kandungan siaga 24 jam. Namun begitu, menurutnya keberhasilan menurunkan angka kematian ibu harus didukung dengan keberhasilan mengurangi angka kawin usia muda dan mensukseskan program keluarga berencana, "Variabel yang paling dekat faktor kematian ibu ini bergantung keberhasilan pemakaian alat kontrasepsi dan angka usia kawin muda,"tegasnya.
Kabid Kesehatan Masyarakat Dinkes DIY, Inni Hikmatin, sependapat bahwa penyebab kematian ibu akibat keterlambatan rujukan dari puskesmas atau bidan ke rumah sakit yang sudah dirujuk pemerintah yang dianggap handal dalam menangani kasus ibu melahirkan berisiko. "Soalnya dari 40 kasus, sebanyak 34 kematian terjadi di rumah sakit dan 3 kematian di rumah," katanya.