Liputan6.com, Jakarta - Stres yang dirasakan para pelajar menjelang ujian semester membuat mereka berisiko mengalami gangguan kecemasan. Tak bisa dipungkiri, gangguan kecemasan ini merupakan satu kondisi yang memengaruhi 40 persen pelajar yang membuat mereka enggan untuk bersekolah.
Konsultan Psikiater dari Global Hospitals, Dr Jalpha Butha, mengatakan, ketidakmampuan mereka untuk mengatakan bahwa mereka merasakan gangguan kecemasan itu, membuatnya jadi mudah marah dan memilih untuk membolos.
Baca juga : Kenapa Orang Mengalami Deja Vu?
Sebagai orangtua, terang Jalpha, ketika anak mulai mengalami sakit perut, sakit kepala, keringat berlebih, mual, dan sakit kepala, tak ada salahnya untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.
Menurut Jalpha, gangguan kecemasan ini tak jarang membuat siswa terjerumus pada pemakaian barang-barang haram, merokok, mabuk-mabukan, dan hal-hal lainnya.
Dikutip dari situs Health Me Up pada Kamis (12/3/2015) orangtua kerap memaksakan kehendak dan ambisi mereka yang membuatnya beranggapan anak tidak akan berhasil kalau mereka gagal dalam ujian. Di sisi lain, anak juga tidak ingin mengecewakan orangtuanya. Namun sayangnya, ketika gangguan kecemasan ini mereka alami, orangtua jarang memahami dan memakluminya.
Baca Juga
Baca juga: Sehatkan Otak dengan 4 Cara Tak Terduga
Sebagai seorang psikiater, setiap tahun dirinya menerima pasien yang berasal dari kalangan pelajar dan orangtua. Kondisinya, mereka mengalami gangguan kecemasan yang tidak diketahui oleh orangtuanya.
"Biasanya, kita akan menggunakan metode konseling keluarga dan terapi, di mana melibatkan orangtua dan guru untuk memastikan bahwa setiap tekananan akan mudah mereka lalui," kata Jalpha.
Advertisement
Baca juga : 5 Kalimat Penolong si Pengidap Gangguan Kecemasan