Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan Indonesia membantah ada pasien di Surabaya yang terinfeksi Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS). Menurut hasil investigasi, pasien ini tidak memenuhi kriteria sebagai suspek dan memiliki risiko rendah terinfeksi MERS-CoV.
"Berdasarkan pemantauan medis, pasien mengalami perbaikan klinis. Dia tidak demam dan tidak sesak pada hari ke-3 sejak mulai gejala. Hasil pemeriksaan lab mengarah ke demam dengue," tulis keterangan pers yang diterima Liputan6.com, Kamis (18/6/2015).
Selain itu, hasil pemeriksaan rontgen tidak mendukung ke arah pneumonia. Pasien juga tidak ada riwayat perjalanan ke daerah terjangkit MERS-CoV di Jazirah Arab maupun Korea Selatan serta tidak ada riwayat kontak dengan penderita MERS-CoV sehingga tidak perlu dikarantina.
Pasien laki-laki berkewarganegaraan Cina (37) tersebut mulai sakit pada 14 Juni 2015 dengan gejala demam (suhu >39˚C) dan sesak nafas. Pasein berobat ke RS PHC Surabaya dengan diagnosa awal suspect SARS, diagnosa sekunder immunocompremise, dan diagnosa banding adalah DBD. Tanggal 16 Juni 2015 pasien dirujuk ke RSUD dr. Soetomo. Pada tanggal 17 Juni 2015 kondisi umum pasien membaik.
Terkait MERS ini, Kemenkes menyatakan akan terus berkoordinasi dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Surabaya, Dinas Kesehatan Provinsi Jatim, dan RSUD dr. Soetomo untuk penyelidikan epidemiologi dan penelusuran kontak serta pemantauan kontak kasus.
Advertisement
Selain itu, pasien juga telah diambil spesimennya untuk dikirimkan ke Balitbangkes Jakarta agar segera diteliti. Beberapa orang yang kontak erat dengan pasien juga telah diberikan alat pelindung diri.