Liputan6.com, Jakarta Pernah merajut? Menghitung berapa kali benang harus dililitkan ke benang rajut. Berapa kali harus membuat jenis lilitan yang sama. Pendeknya, merajut harus mengikuti pola tertentu dan hal itu sangat membutuhkan ingatan. Sebab, jika hitungan hilang, rusaklah semua pola rajutan tersebut.
Sudah terbukti bahwa merajut, menyulam, dan pekerjaan tangan lainnya dapat menunda proses otak kehilangan memori menjelang usia tua, alias pikun. Para peneliti dari Mayo Clinic di Minnesota, AS, menanyai sukarelawan tentang aktivitas harian mereka setahun sebelumnya dan seberapa aktif mereka secara mental.
Sukarelawan tersebut berusia antara 50 hingga 65 tahun. Mereka yang selama usia tengah baya sibuk dengan membaca, bermain games, atau merajut dan sejenisnya, 40 persennya ditemukan mengalami penurunan risiko rusaknya ingatan. Pada usia lanjut, mereka yang memiliki kegiatan sama, risikonya menurun antara 30 hingga 50 persen.
Advertisement
“Penelitian tersebut sangat mengasyikkan karena menunjukkan bahwa semakin bertambah usia, tidak harus menjadi pasif,” kata Dr. Yonas Geda, salah seorang peneliti.
Dengan hanya melakukan latihan kognitif sederhana, Anda dapat melindungi diri dari kehilangan memori di masa depan.
“Satu juta orang akan menderita demensia dalam sepuluh tahun ke depan. Jadi, sangat diperlukan cara-cara untuk mencegahnya. Berlatih dan menantang kerja otak dengan mempelajari keterampilan baru, mengisi TTS, dan bahkan mempelajari bahasa asing dapat membantu dan yang pasti akan sangat menyenangkan untuk dilakukan,” kata Sarah Day, dari Alzheimer’s Society.
Selain dapat melindungi diri dari kehilangan memori, merajut dan keterampilan lainnya juga punya manfaat lain, yaitu:
• Menurunkan tekanan darah tinggi
• Membebaskan diri dari stres
• Mengembangkan koordinasi tangan dan mata pada anak-anak
• Membantu melatih sendi pada penderita artritis
• Melatih otak
• Membantu proses penyembuhan dari operasi atau penyakit karena merajut membuat pasien rileks dan bisa beristirahat
Selamat merajut!