18 Ribu Anak Jalanan Rentan Dieksploitasi

Ada sekitar 18 ribu anak jalanan di seluruh Indonesia yang semua rentan menjadi obyek eksploitasi

oleh Liputan6 diperbarui 01 Apr 2016, 13:30 WIB
Diterbitkan 01 Apr 2016, 13:30 WIB
Sejumlah Anak Jalanan Gelar Aksi Bersih-bersih Sampah Peringati HPSN 2016
Sejumlah anak - anak melakukan aksi bersih - bersih sampah di kawasan Pasar Festival Kuningan, Jakarta, (21/2/16). Kegiatan ini dalam memperingati Hari Peduli Sampah Nasional 2016. (Liputan6.com/Faisal R Syam)

Liputan6.com, Jakarta Kerasnya kehidupan secara tak langsung melahirkan anak jalanan yang hampir ada di setiap sudut kota. Parahnya lagi, ada sekitar 18 ribu anak jalanan di seluruh Indonesia yang semuanya rentan menjadi obyek eksploitasi, mulai dari obyek seksual, kekerasan, ekonomi, hingga perdagangan.

Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI),Susanto. Ia pun menilai, untuk menyelesaikan masalah itu tak cukup hanya melalui pendekatan hukum kepada para pelaku eksploitasi Anak Jalanan, meski pendekatan secara hukum memang perlu dilakukan secara tegas. 

“Itu memang penting. Tetapi harus dikolaborasikan dengan pendekatan pendidikan dan pemberdayaan. Sebab, jika pelaku ditangkap dan dipenjara, tapi tidak dilakukan perubahan mental, kemungkinan pelaku akan mengulangi perbuatannya itu lagi. Masalah ini sifatnya mentalitas,” tegas Susanto, Senin (28/3), di Jakarta.

Susanto menambahkan, setidaknya anak jalanan terbagi ke dalam 4 tipologi. Yang pertama adalah anak yang terksploitasi, kedua adalah anak jalanan yang terpaksa mencari rezeki di jalan untuk menyambung hidup, kemudian anak jalanan yang karena ikut-ikutan dan terpengaruh rekan sebaya atau teman, dan anak hidup di jalanan dijadikan sebagai profesi dan merasa nyaman.

“Banyak faktor yang memicu lahirnya Anak Jalanan ini. Dan Anak Jalanan ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tak bertanggung jawab. Jadi, seperti yang saya bilang tadi, perlu perubahan mental yang radikal, agar anak tidak dijadikan alat untuk mengeruk keuntungan ekonomi, dan agar anak tidak dijadikan senjata untuk menumbuhkan rasa iba atau kasihan bagi masyarakat,” tukas Susanto.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya