Media Sosial Pengaruhi Generasi Milenial Dalam Mencari Kerja

Kehadiran media sosial menjadikan generasi yang terlahir antara tahun 1990 sampai awal 2000 lebih selektif memilih tempat untuk bekerja.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 16 Apr 2016, 18:00 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2016, 18:00 WIB
KEDASI tawarkan ruang kerja yang dinamis untuk tingkatkan produktivitas generasi milenial
KEDASI tawarkan ruang kerja yang dinamis untuk tingkatkan produktivitas generasi milenial

Liputan6.com, Jakarta Peran media sosial begitu besar di kalangan generasi milenial. Kehadiran media sosial seperti Facebook, Path, dan Twitter, menjadikan generasi yang terlahir antara tahun 1990 sampai awal 2000 lebih selektif memilih tempat untuk bekerja. Bukan lagi nominal gaji per bulan yang dilihat, melainkan fasilitas apa yang bisa mereka dapat selama bekerja. Apakah itu bisa dibagikan di media sosial atau tidak.

Transisi ini dirasakan dan dilihat betul oleh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Ivan Sudjana M.Psi., yang mana bila pada generasi X gaji adalah yang pertama dan utama, sedangkan pada generasi milenial gaji bisa jadi di urutan kedua, ketiga, bahkan kelima.

 

"Dulu kita bekerja yang kita utamakan mendapat gaji dan fasilitas nomor dua. Sekarang gaji tidak lagi sepenting itu. Mereka bisa lebih tertarik setelah melihat fasilitas apa yang akan didapat. Fasilitas dalam arti, kesempatan untuk belajar ke mana, dikirim ke mana. Itu lebih penting dari gaji bulanan yang stabil," kata Ivan Sudjana dalam diskusi Forum NGOBRAS ditulis Sabtu (16/4/2016)

Dan kalau dikaitkan dengan kemunculan media sosial yang membuat Indonesia menjadi negara terbesar paling banyak jumlah penggunanya, melihat fasilitas ketika memilih tempat untuk bekerja menjadi hal yang sangat wajar. "Saya dapat gaji sekian juga, saya tidak bisa post di Instagram. Masa iya foto gaji saya bulan ini?," kata Ivan.

Namun, ketika si generasi milenial itu dikirim untuk pelatihan, melihat, atau apa pun yang sifatnya tugas, bisa ia fungsikan sebagai fasilitas untuk jalan-jalan. Bisa diunggah ke media sosial dan muncul rasa bangga. "Banyak dapat benefit. Dari kantor dikasih jalan-jalan, dibayarin. Di kalangan teman-teman dia naik daun dan lebih bergengsi," kata Ivan menambahkan.

Begitu juga yang dirasakan Founder Brightspot Market dan The Goods Dept, Anton Wirjono, terkadang hal-hal yang menurut generasi X adalah sesuatu yang tidak menguntungkan, justru pada generasi milenial adalah sesuatu yang harus ada. Contoh kecil yang terjadi di perusahaan teknologi sebesar Google, menyediakan makan gratis untuk seluruh karyawan. Ini adalah hal kecil namun penting dan menjadi efektif untuk generasi milenial. "Itu terkadang menjadi pilihan dia untuk kerja di perusahaan ketimbang yang lebih tradisional," ujar Anton.

Jika dulu kerja identik harus di kantor dan di atas kubikel, di zaman yang serba canggih seperti sekarang, justru kerja sambil tiduran, santai di kafe, atau di mana saja adalah yang paling dicari generasi milenial.

"Reward yang kita berikan pun tidak hanya finansial, apresiasi sudah menjadi satu. Misal travelling atau pergi ke trade show di Paris atau dikirim buat meliput acara fashion atau event di mana," kata Anton.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya