Liputan6.com, Jakarta Tak henti-hentinya instansi dan pihak terkait kesehatan seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), dan tenaga medik menyerukan pentingnya kesadaran pasien juga masyarakat sebagai konsumen kesehatan dalam mengonsumsi antibiotik.
Baca Juga
Dr Dewi Indriani, selaku penanggung jawab resistensi antimikroba WHO Indonesia, mengatakan, "Penyebab umum penyakit tentu bermula dari kuman. Nah, kuman itu terbagi menjadi beberapa jenis seperti bakteri, virus, parasit, dan jamur - pada penggunaan antibiotik khusus untuk bakteri dan tidak berfungsi oleh penyakit yang disebabkan oleh virus," ungkapnya dalam temu media One Health Approach: Strategi Kurangi Maraknya Bakteri Kebal Antibiotik, di Balai Kartini, Selasa (19/4/2016).
Meningkatnya permasalahan resistensi antimikroba yang disebabkan oleh penggunaan antibiotik yang tidak tepat perlu menjadi perhatian bersama, sebab menurut Dewi untuk menurunkan kasus terlebih angka kematian yang disebabkan oleh resistensi ini masyarakat harus lebih cermat dan pintar dalam menggunakannya.
Advertisement
"Kalau kita harus makan antibiotik, misalnya dokternya bilang bahwa memang ini sudah terbukti ada infeksi dan harus minum antibiotik maka antibiotiknya harus di minum secara teratur. Contoh misalnya kalau tiga kali sehari, bukan berarti bisa diminum pagi, siang, dan malam, tidak, bukan seperti itu. Idealnya adalah ada durasi," jelas Dr Dewi.
Waktu ideal mengonsumsi antibiotik ialah selama delapan jam sekali. Menurut Dr Dewi jika pasien harus mengonsumsi antibiotik sebanyak tiga kali sehari, maka dari waktu pertama kali minum dan jadwal minum antibiotik selanjutnya harus berjarak selama delapan jam kemudian.
"Tujuan dari durasi itu adalah untuk mempertahankan kadar obat di dalam darah sehingga obat itu bekerja efektif untuk melawan si kuman tadi, atau kalau misalnya dua kali sehari ya jaraknya menjadi 12 jam," ujarnya.
Ia pun menambahkan apabila penggunaan antibiotik terlupa maka harus diulang dari awal, tidak berbagi antibiotik kepada orang lain, tidak mengonsumsi antibiotik sisa sebab jangka waktu penggunaan antibiotik hanyalah lima hingga tujuh hari.