Kehadiran Ayah Hindarkan Remaja dari Perilaku Seks Bebas

Anak-anak tanpa ayah lebih berisiko terlibat dalam hubungan seks bebas daripada yang berasal dari keluarga harmonis

oleh Retno Wulandari diperbarui 12 Jul 2016, 15:00 WIB
Diterbitkan 12 Jul 2016, 15:00 WIB
Orgasme Tak Selalu Baik untuk Hubungan, Kenapa?
Menurut penelitian, orgasme setiap kali berhubungan seks itu tidak baik. Kenapa?

Liputan6.com, Jakarta Para ahli dari University of Redlands California baru-baru ini mengungkapkan hasil penelitian tentang hubungan antara perilaku seks bebas para mahasiswa dengan kehadiran orang tua khususnya ayah dalam kehidupan pribadi mereka, seperti dikutip dari Medical Daily, Selasa (12/7/2016).

Mungkin sebagian akan berpikir bahwa pengaruh seorang ayah berhenti setelah kita memasuki masa remaja, tapi rupanya temuan para ahli ini menunjukkan sebaliknya.

Penelitian dilakukan dengan menguji sebanyak 344 mahasiswa dari dua universitas swasta yang terdiri 92 laki-laki dan 247 perempuan, yang telah menyelesaikan survei online menjawab pertanyaan seputar hubungan mereka dengan ayah, dan orang dewasa lainnya pada usia dini mereka, serta sejarah seksual mereka. Semua peserta adalah mereka yang telah berusia 17-40 tahun dari berbagai etnis.

Hasilnya menunjukkan, meskipun tidak ada hubungan antara ketidakhadiran ayah dan kehidupan seksual para mahasiswa, namun demikian anak-anak tanpa ayah tampaknya lebih berisiko terlibat dalam hubungan seks bebas daripada mereka yang berasal dari latar belakang keluarga yang lebih stabil.

Dari data penelitian, para mahasiswa yang tidak lagi hidup dengan ayah biologis mereka, lebih banyak melakukan kencan semalam. Menariknya, kecenderungan ini terlihat di antara laki-laki dan perempuan, meskipun secara keseluruhan, siswa laki-laki cenderung memiliki kencan lebih dari satu malam daripada wanita.

Para peneliti juga berspekulasi perihal korelasi antara ketidakhadiran seorang ayah dengan risiko perilaku seksual yang dikenal sebagai Teori Sejarah Hidup. Menurut hipotesis para psikolog ini, pengalaman awal membentuk perspektif seseorang tentang segala sesuatu selama sisa hidup mereka. Faktor ini berpengaruh pada kehidupan anak usia dini. Seperti misalnya berapa lama orang tua mereka tinggal bersama-sama dan hubungan orang tua dengan anak bisa menetapkan harapan untuk hubungan dewasa mereka dan kehidupan seks.

Anak-anak yang selalu dihadapkan pada hubungan orangtua yang penuh tekanan dan stres, perselisihan, konflik antara ayah dan ibu, di kemudian hari akan cenderung tidak aman, matang lebih dini, menjalani aktivitas seksual dini, serta nikah muda.

Di sisi lain, mereka yang mengalami kebahagiaan dalam keluarganya bakal merasa lebih aman, mudah menyayangi dan memberi perhatian, memiliki hubungan yang positif dengan pasangannya di kemudian hari.

Bahkan jika teori itu terbukti benar, itu tidak berarti bahwa setiap anak tanpa kehadiran ayah akan selalu memiliki risiko bakal menjalani gaya hidup seks bebas. Meski begitu, hasil penelitian ini menggambarkan bahwa peran ayah dalam kehidupan anak bisa mengakibatkan situasi yang kurang menguntungkan.

Menurut hasil studi, seorang ayah juga memainkan peran penting dalam perkembangan fisik anak, khususnya anak perempuan. Mereka yang tumbuh tanpa didampingi seorang ayah akan lebih awal mengalami pubertas dibandingkan dengan anak-anak lain yang selalu didampingi ayah.

Selain itu, bukti yang konsisten telah menunjukkan bahwa anak-anak yang selalu berkesempatan terlibat bersama ayah, lebih cenderung menunjukkan kompetensi kognitif dan keberhasilan pendidikan daripada yang sering tidak ditemani ayahnya. Mereka juga lebih mungkin untuk menikmati sekolah dan mengambil bagian dalam kegiatan ekstra kurikuler.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya