Melompat di Trampolin Sama Menyehatkannya dengan Olahraga Ini

Latihan melompat di atas trampolin, ternyata termasuk latihan yang baik

oleh Tassa Marita Fitradayanti diperbarui 30 Sep 2016, 17:01 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2016, 17:01 WIB
lompat trampolin
Latihan melompat di atas trampolin, ternyata termasuk latihan yang baik (foto: livestrong)

Liputan6.com, Jakarta Hal-hal yang Anda suka lakukan ketika masa kanak-kanak dulu, seperti berlarian dan tidak bisa duduk diam, telah terbukti merupakan latihan yang baik untuk Anda sebagai orang dewasa. Dan sekarang, kegiatan melompat di atas trampolin juga masuk dalam daftar tersebut.

Sebuah studi baru yang dilakukan oleh American Council on Exercise (ACE), menemukan bahwa melompat di atas trampolin mini selama kurang dari 20 menit, sama baiknya dengan ketika Anda sedang berlari. Namun, melompat jauh tentu lebih menyenangkan.

Para peneliti memberi sekelompok orang yang terdiri dari 24 anak-anak kuliah yang sehat sebuah trampolin mini, dan mereka diminta untuk melompat selama 19 menit sambil direkam. Para peneliti kemudian mengukur detak jantung mereka dan pengeluaran oksigen setiap menitnya.

Ternyata melakukan lompat di atas trampolin--ditemukan para peneliti sebagai latihan dengan intensitas sedang hingga berat--sama seperti berlari sejauh enam mil per jam, bersepeda, bermain sepak bola, bola basket, atau bermain Frisbee.

Selain itu, ketika diminta untuk memberi penilaian terhadap olahraga melompat ini, mereka memberi skor yang lebih konsisten, dengan intensitas ringan hingga sedang. Hal itu menunjukkan bahwa berlatih trampolin terasa lebih mudah daripada latihan pada umumnya.

Walaupun sepertinya melompat memiliki risiko yang sama seperti berlari, yaitu dapat menyebabkan cedera kaki, namun menurut penulis studi dan profesor olahraga di University of Wisconsin La Crosse, John Porcari, trampolin tidak menyebabkan hal tersebut.

“Trampolin menyerap syok di sendi kaki ketika Anda melompat, berbeda dengan berlari yang menyebabkan tekanan pada sendi akibat jalanan yang juga merupakan dataran yang keras,”ujarnya.

Selain itu, latihan ini juga sangat menyenangkan. ”Ketika Anda melakukan sesuatu yang menyenangkan, faktor kebahagiaan yang muncul. akan menutupi fakta bahwa sebenarnya Anda sedang berlatih keras,” ujar Porcari. Seperti yang dilansir dari Time, Jumat (30/9/2016).

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya