Kematian Akibat Hepatitis Kian Meningkat

Epidemi hepatitis makin meningkat dari tahun ke tahun.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 22 Apr 2017, 17:00 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2017, 17:00 WIB
Hepatitis
Orang yang meninggal karena hepatitis meningkat.

Liputan6.com, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali memperingatkan bahaya virus hepatitis. Hal ini terkait jumlah kematian akibat hepatitis yang terus meningkat sebesar 22 persen dalam beberapa tahun terakhir. Jumlah ini setara dengan kematian akibat TBC dan HIV/AIDS.

Dalam laporan WHO soal infeksi hepatitis, jumlah orang yang meninggal akibat penyakit ini, sering disebabkan penyalahgunaan alkohol dan obat terlarang yang meningkat drastis. Akibatnya, jutaan orang berisiko mengalami penyakit hati kronis, kanker, dan kematian.

"Hepatitis sekarang menjadi tantangan kesehatan masyarakat yang memerlukan tanggapan mendesak," kata Direktrur Jenderal WHO Margaret Chan, seperti dikutip dari Mail Online, Sabtu (22/4/2017).

Menurut Margaret, epidemi hepatitis telah membunuh 1,34 juta orang pada 2015. Sebanyak 96 persen kematian terjadi akibat hepatitis B (HBV) dan hepatitis C (HCV).

HBV dapat ditularkan dari hubungan seks tanpa kondom dan cairan tubuh. Kondisi ini membutuhkan perawatan seumur hidup. Obat yang dipakai mengatasi HBV adalah obat yang juga memerangi HIV.

Berkat vaksin yang diberikan kepada 84 persen bayi baru lahir di seluruh dunia, infeksi ini menurun. Namun di balik prevalensi yang menurun itu, hanya sembilan persen penderita yang tahu kalau mereka terinfeksi.

Artinya, banyak penderita yang tidak terdeteksi dirinya terinfeksi dan kehilangan perawatan yang dibutuhkan.

Sedangkan HCV biasanya menyebar melalui kontak dari darah ke darah dengan orang yang
terinfeksi. Penularan ini dapat disembuhkan cepat tapi banyak pasien di seluruh dunia tidak mampu membayar obatnya.

Sekitar 1,75 juta orang baru terinfeksi HCV pada 2015. Total penderita di dunia bertambah menjadi 71 juta. Empat per lima dari mereka yang terinfeksi HCV juga tidak sadar kalau mereka menderita penyakit tersebut.

Para ahli yang melihat kasus tersebut telah mengidentifikasi prosedur perawatan kesehatan yang tidak aman dan penggunaan narkoba suntik sebagai penyebab utama.

Direktur Departemen HIV dan Program Hepatitis Dunia WHO, Gottfried Hirnschall mengatakan, WHO bekerja sama dengan pemerintah, produsen obat, dan perusahaan diagnostik untuk
memperbaiki akses pelayanan bagi penderita hepatitis.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya