Gay, Waria, dan LSL di Makassar Makin Rentan Terkena HIV/AIDS

Gay, waria, dan lelaki seks dengan lelaki (LSL) yang mengidap HIV/AIDS bertambah di kota Makassar.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 04 Apr 2017, 13:00 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2017, 13:00 WIB
HIV/AIDS
HIV/AIDS di Makassar makin banyak.

Liputan6.com, Jakarta Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, maskulin dendong (sebutan gay, waria, lelaki seks dengan lelaki (LSL)) yang mengidap HIV/AIDS bertambah di kota Makassar, Sulawesi Selatan. Menurut data Dinas Kesehatan, pada tahun 2014, sebanyak 12 waria dari 39 waria di antaranya positif terkena HIV, sedangkan 37 LSL dari 372 LSL positif HIV.

Data tahun 2015, sebanyak 13 waria dari 56 waria positif terkena HIV. Sementara itu, sebanyak 84 LSL dari 442 LSL positif terkena HIV. Para maskulin dendong yang ditemui Wahyu Dwi Astuti dan timnya untuk riset Maskulin Dendong dan Ancaman HIV/AIDS di Kota Makassar membeberkan pengakuannya.

Penyebab munculnya maskulin dendong terjadi karena pelecehan seksual, suka berdandan sejak kecil, dan lingkungan pergaulan yang tidak kondusif. Akibatnya, mereka terjerumus dengan menyukai sesama jenis bahkan berhubungan seks.

"Ada waria yang kami wawancarai di suatu lokasi di taman di Makassar. Dia mengalami pelecehan seksual saat berusia 12 tahun. Dia main dan menginap di rumah temannya. Dalam satu kamar, yang ditempati teman perempuan beserta kakak laki-laki si perempuan, dia pun mendapatkan perlakukan tersebut (sodomi)," ungkap Astuti saat memaparkan hasil risetnya pada acara Riset Etnografi Kesehatan dan Riset Intervensi Kesehatan Berbasis Budaya di Kementerian Kesehatan, Jakarta pada (3/4/2017).

Faktor penyebab lain

Faktor penyebab lain

Faktor-faktor lain yang memengaruhi maskulin dendong rentan terkena HIV/AIDS, yaitu berganti-ganti pasangan dan kesadaran penggunaan kondom rendah. Hal ini demi mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

Namun, ketika ditanya soal penularan HIV/AIDS, sebagian besar dari maskulin dendong tersebut tidak mengetahui secara mendalam.

Untuk itu, diperlukan upaya pencegahan agar mereka mengetahui seberapa besar risiko HIV/AIDS yang akan dialami.

"Edukasi langsung bisa diterapkan berupa layanan kesehatan keliling di lokasi-lokasi yang banyak terdapat maskulin dendong. Melalui layanan kesehatan keliling tersebut, pengetahuan soal HIV/AIDS, cara penularan, penggunaan kondom, dan seks yang aman dapat disampaikan," ujar Astuti, yang memimpin riset ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya