Liputan6.com, Jakarta Varises bukanlah hal baru di masyarakat. Sering dianggap sepele, varises ternyata penyakit berbahaya yang bahkan bisa merengut nyawa penderitanya.
Varises dikenal dengan ciri khasnya, yaitu tampak kontur berkelok-kelok atau munculnya arena berwarna kebiruan di daerah betis diiringi keluhan lain seperti nyeri tungkai setelah beraktivitas lama.Â
Baca Juga
Hal ini terjadi karena adanya pelebaran pembuluh darah balik/vena sehingga bentuknya "tercetak" di permukaan kulit. Dokter ahli bedah toraks dan kardiovaskular (BTKV), dr. Niko Azhari Hidayat Sp.BTKV menyatakan varises adalah salah satu penyebab kematian mendadak yang penyebabnya tidak diketahui.Â
Advertisement
Kematian tersebut terjadi karena akumulasi bekuan darah yang terjadi pada vena yang melebar. Jika suatu saat sumbatan tersebut terlepas, lanjut dia, varises dapat menyumbat pembuluh darah paru sehingga menyebabkan sesak napas berat secara mendadak atau disebut juga pulmonary embolism, maupun menyumbat pembuluh darah jantung sehingga terjadi penyakit jantung koroner.
"Penyakit ini lebih sering menyerang wanita dibanding pria," katanya dalam acara Ikatan Ahli Bedah Indonesia yang ke 22 (PIT IKABI 22) yang diselenggarakan di Hotel Shangrila pada 29 Juli 2017.
Pria yang pernah melakukan fellowship di Belanda dan sekarang aktif di Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) Surabaya ini mengatakan, ancaman mati mendadak akibat varises dapat dihindari dengan kesadaran, deteksi, dan penanganan dini. Deteksi dini dapat dilakukan dengan pemeriksaan radiologis sederhana dan cenderung tidak berbahaya, yaitu ultrasonografi (USG) pembuluh darah. Hal ini dapat dilakukan baik oleh ahli radiologi, dokter jantung, dokter bedah vaskular, dan juga dokter bedah toraks-kardio vaskular.Â
Untuk penanganannya ada empat pilar utama yang dapat dipilih. Paling sederhana adalah penggunaan stocking kompresi untuk menekan pembuluh darah yang melebar, kemudian dapat juga dilakukan metode suntikan (skleroterapi).Â
Namun demikian, dua cara itu lebih efektif jika varises masih dalam stadium awal dan pelebaran masih cenderung kecil. Untuk mereka yang varisesnya sudah lebih berat, dapat dilakukan operasi dengan sayatan lebar (stripping), atau operasi minimal invasif yang hanya membutuhkan tusukan kecil (ablasi menggunakan panas radiofrekuensi ataupun laser).Â
Luar biasanya, semua tindakan ini ditanggung oleh BPJS dengan nilai tanggungan yang cukup tinggi, bisa mencapai Rp 20 juta. Hal ini, imbuh dia, membuktikan bahwa pemerintah pun sudah tidak memandang varises sebagai penyakit ringan yang bisa mengganggu penampilan fisik tapi penyakit yang berisiko.
"Karena jika ada kondisi yang tidak ditanggung oleh BPJS, itu adalah pengobatan kosmetik," papar dia.
Dokter Niko dan tim yang dibentuknya kini tengah gencar mengenalkan varises lebih dalam pada masyarakat di bawah bendera Varises Indonesia.Â
Pendekatan yang dilakukan cukup sederhana, yaitu dengan menyentuh sosial media seperti Facebook, Instagram, dan Twitter sebagai perantara penyampaian informasi dan edukasi dasar maupun teranyar.
Rencananya pada pertengahan Bulan Agustus tahun ini akan dilakukan peluncuran situs Varises Indonesia beserta aplikasi Android dan IOs.