Â
Liputan6.com, Jakarta Kabut asap beracun tebal sepuluh kali lipat dari batas rekomendasi menyelimuti ibu kota India, New Delhi, Senin, sementara para pejabat pemerintah berjuang mengatasi krisis kesehatan masyarakat yang telah memasuki minggu kedua.
Baca Juga
Pengukuran di Kedutaan Besar Amerika Serikat menunjukkan tingkat zarah udara beracun, yang dikenal sebagai PM 2,5, mencapai 498 pada Senin sore, sementara batas udara bermutu "baik" adalah 50.
Advertisement
Kantor Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika India mengatakan bahwa hujan yang diperkirakan turun dalam tiga hari ke depan dapat membantu membersihkan kabut asap tersebut.
"Curah hujan ringan kemungkinan terjadi di negara bagian sekitar Delhi dan di Delhi dalam tiga hari ke depan, dan itu dapat mengakibatkan perubahan pola angin di wilayah ini," kata Charan Singh, ilmuwan di Departemen Meteorologi India kepada Reuters.
"Kabut akan mulai mereda mulai besok," katanya.
Namun, Skymet, badan peramal cuaca swasta India, mengatakan asap tebal akan berlanjut di Delhi dan sekitarnya, setidaknya selama dua hari ke depan.
Â
Tak dapat ditoleransi
Mahkamah Agung akan mendengar sebuah petisi yang diajukan oleh seorang pengacara New Delhi untuk memerintahkan pejabat pemerintah mengatasi "polusi udara yang tidak dapat ditoleransi dan tak tertahankan".
Pemerintah negara bagian di Delhi mengumumkan keadaan darurat kesehatan masyarakat pekan lalu, setelah tingkat polusi melonjak, fenomena tahunan yang diakibatkan kombinasi dari pembakaran tanaman ilegal di negara bagian utara, knalpot kendaraan, dan debu.
Selama akhir pekan, pihak berwenang mulai menggunakan truk pemadam kebakaran untuk menyiram air di beberapa bagian ibu kota untuk menjaga debu dan partikel udara lainnya turun, tapi hal tersebut tidak terlalu berpengaruh.
Seorang pejabat senior pemerintah federal mengatakan bahwa sedikit yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah itu.
"Kita hanya bisa melakukan sebatas ini, dan sekarang kita harus menunggu hujan untuk membersihkan atmosfer," ujar Prashant Gargava, pejabat di Dewan Pengawas Polusi Pusat.
Gargava, yang bertugas memantau mutu udara, mengatakan bahwa udara di Delhi konsisten berada di daerah "berbahaya", meskipun ada langkah-langkah seperti penghentian pembangunan dan kenaikan biaya parkir empat kali lipat untuk mendorong orang menggunakan angkutan umum. (Antara)Â
Advertisement