Liputan6.com, Jakarta Minggu lalu, dari tanggal 15-21 Januari 2018 tim Liputan6.com sempat merasakan serunya jalan-jalan ke Jepang di musim dingin. Memenuhi undangan dari Japan National Tourism Organization, tim Liputan6.com berangkat ke Negeri Matahari Terbit itu dan menikmati serunya main salju.
Dari Soekarno-Hatta kami bertolak ke Narita. Sampai di Tokyo, suhunya memang tidak terlalu dingin. Kabarnya memang, suhu di ibukota Jepang itu sudah tidak terlalu dingin lagi. Mungkin karena ramai orang dan dipenuhi gedung-gedung tinggi.
Baca Juga
Dari Tokyo, kami menaiki kereta cepat (shinkansen) menuju daerah Nagano, yang terletak di Jepang tengah, sekitar 2,5 jam dari Tokyo. Nah, di daerah ini suhunya lebih dingin. Kabarnya hari itu, suhunya di bawah 0.
Advertisement
Rencana perjalanan kali ini adalah menyambangi beberapa daerah wisata yang terletak di tengah Jepang. Nama treknya Shoryudo. Rute-rutenya meliputi Nagano, Hakuba, Kanazawa, dan Nagoya.
Sepanjang perjalanan di Jepang ini, kami melihat banyak tumpukan salju. Kebanyakan sudah disingkirkan di pinggir jalan. Karena kalau tidak, tentunya mobil-mobil tidak bisa lewat, dan pejalan kaki tidak bisa melintas karena terhalang salju.
Aman berjalan di trek yang curam
Di hari pertama, ketika mengunjungi Snow Monkey Park (Jigokudani yaen-koen) di Yamagouchi, oleh pemandu kami sempat diberikan semacam karet untuk diletakkan di sepatu. Karet itu dilengkapi dengan paku-paku kecil di bawahnya. Tujuannya adalah agar kaki kami lebih mantap saat menjejak di salju, sehingga tidak terpeleset.
Trek menuju Snow Monkey Park ini memang lumayan curam, dan rasa-rasanya seperti hiking. Jadi karet pada sepatu ini sangat membantu memasatikan kami bisa berjalan aman dan tidak terpeleset.
Baca juga: Menyambangi Monyet Salju yang Menggemaskan di Yamanouchi
Mengunjungi tempat-tempat selanjutnya, karet tadi sudah tidak dipakai lagi. Karena tempat wisata lain tidak ada yang treknya seterjal di Snow Monkey Park. Lagipula, setelah berkali-kali berjalan di atas salju, rasanya kami sudah cukup piawai melakukannya.
Namun tentu saja tidak begitu.
Advertisement
Kanazawa yang licin
Di hari ketiga, tim kami mengunjungi kota Kanazawa. Kota yang terletak di tepi laut Jepang ini memang terkenal dengan produk lautnya serta seni dan budayanya. Kabarnya, kota yang dulunya dikuasai oleh Keluarga Maeda pada zaman Shogun ini memang punya sejarah panjang berfokus pada bidang seni dan budaya.
Baca Juga: Menakjubkan, Ada Kota Penghasil Daun Emas di Jepang
Tak heran, salah satu tempat yang kami kunjungi adalah museum. Tepatnya 21st Century Museum of Contemporary Art. Kala itu, museum modern ini sedang memamerkan hasil karya dua seniman dari Kanada, Janet Cardiff dan George Bures Miller.
Hari itu di Kanazawa hujan sedang turun. Kabarnya kota ini seperti Bogor, yang memiliki curah hujan sangat tinggi. Bahkan, ada omongan di antara penduduk kota ini yang mengatakan, "Bento boleh saja lupa dibawa, asal jangan sampai payung yang ketinggalan," saking hujan hampir selalu turun.
Dan benar saja, hari itu hujan turun sepanjang hari. Akibatnya, jalanan jadi lebih licin dari biasanya.
Tergelincir di muka umum
Keiko-san, pemandu kami dari Jepang mengatakan, sepanjang dia tinggal di Kanazawa selama bertahun-tahun, baru kali itu dia melihat tumpukan salju sedemikian tinggi di depan museum. Hari itu, tumpukan salju kira-kira tingginya hampir sepaha.
Walaupun jalanan sudah dibersihkan, dan salju sudah dipinggirkan, masih tersisa sedikit salju di trek pejalan kaki. Termasuk di depan museum yang dindingnya kaca semua.
Dari luar, terlihat banyak orang sedang duduk-duduk di dalam museum. Mungkin sedang menunggu giliran masuk, atau melepas lelah setelah berkeliling di dalam. Ini artinya, banyak orang yang melihat kedatangan tim kami.
Tim Liputan6.com berjalan di tengah-tengah rombongan. Jalannya juga rasanya tidak buru-buru, tetap berhati-hati karena tahu, jalanan yang membeku dan ditutupi es itu licin. Namun sayangnya, walaupun berhati-hati, namanya sedang sial, akhirnya kami jatuh juga. Di hadapan puluhan orang Jepang yang sedang duduk santai di dalam kaca museum.
Dan percayalah, walau semua orang bilang salju itu empuk, ketika jatuh, rasanya akan tetap sakit juga.
Jadi, untuk kamu yang punya rencana liburan ke tempat bersalju, berikut beberapa tips yang bisa kamu lakukan untuk menghindari nasib yang sama seperti kami. Selain sakitnya, tentu kamu tidak ingin merasakan malunya jatuh di negeri orang bukan?
Advertisement
Tips Aman
Melansir Science Daily, Senin (22/1/2018) berikut tips berjalan secara aman di atas salju dari Julia Henderson-Kalb, seorang instruktur dari Department of Occupational Science and Occupational Therapy di Saint Louis University, AS. Pastikan kamu hapalkan dan ikuti, ya:
1. Tangan di luar saku
Kapan saja kamu berjalan di permukaan yang licin (misalnya salju yang sudah mulai mengeras sehingga licin seperti es batu), pastikan kamu tidak meletakkan tangan ke dalam saku jaket.
Hal ini akan menurunkan pusat gravitasi saat kamu berjalan dan meningkatkan keseimbangan. Tangan kamu juga akan bebas, dan siap menopang seandainya tergelincir.
2. Jalan seperti penguin
Penguin adalah makhluk yang meman tinggal di tempat bersalju. Ini artinya, burung-burung ini adalah ahli berjalan di atas salju.
Dengan berjalan seperti penguin, artinya kamu menempatkan pusat gravitasi di kaki yang berada di depan saat kamu melangkah. Lemaskan lutut dan posisikan tangan di samping tubuh untuk mempertahankan keseimbangan.
Berjalanlah dengan perlahan dan ambil langkah-langkah yang lebih kecil dengan telapak kaki melebar.
3. Pilih sepatu yang tepat
Saat tahu akan berjalan di salju, pastikan kamu memilih sepatu yang tepat. Hindari sepatu dengan sol yang licin, dan pilihlah yang solnya terbuat dari karet.
Sepatu untuk daerah bersalju biasanya agak mirip dengan sepatu untuk hiking. Solnya bergerigi dan tidak rata. Tujuannya tentu agar lebih aman saat menjejak di atas salju.
Henderson-Kalb juga mengingatkan, usahakan kemanapun kamu pergi, ambil sedikit waktu ekstra. Tujuannya agar kamu bisa berjalan lebih perlahan dan menurunkan risiko jatuh dan cedera.