Tetap Cerdas Saat Ada Bencana, Ini Caranya

Terjadi bencana bisa menimbulkan kepanikan, namun dengan memastikan Anda mendapatkan informasi yang tepat bisa memperbesar kemungkinan selamat.

oleh Nilam Suri diperbarui 07 Mar 2018, 20:30 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2018, 20:30 WIB
Gunung Sinabung
Gunung Sinabung mengeluarkan abu vulkanik tipis ke udara di Karo, Sumatra Utara (20/2). Gunung Sinabung meletus kembali tanggal 19 Februari, yang mengeluarkan asap tebal setinggi 5.000 meter. (AFP Photo/Kadri Boy Tarigan)

Liputan6.com, Jakarta Indonesia adalah "supermarket of disaster" alias toserba bencana. Begitu kata Wakil Presiden RI Jusuf Kalla. 

Pernyataan Jusuf Kalla pada seminar dan loka karya nasional "Membangun Masyarakat Tangguh Bencana secara Inklusif dan Berkelanjutan", Rabu (7/3/2018), itu sesuai dengan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). 

Tahun 2017 saja, ada 2.341 bencana yang terjadi. Dan mengutip situs BNPB, baru dua bulan berlangsung di tahun 2018, sudah terjadi 513 bencana.

Dari 513 kejadian bencana tersebut terdiri dari puting beliung 182 kejadian, banjir 157, longsor 137, kebakaran hutan dan lahan 15, kombinasi banjir dan tanah longsor 10, gelombang pasang dan abrasi 7, gempabumi merusak 3, dan erupsi gunung api 2 kali.

 

 

Bencana di Indonesia (dok: BNPB)
Bencana di Indonesia (dok: BNPB)

Pada kesempatan yang sama, Bernardus Wisnu Widjaja, Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB mengatakan, "Bencana dimulai dari sesuatu yang simpel. Masyarakat bisa jadi bencana."

Wisnu melanjutkan, ini karena reaksi masyarakat saat terjadi bencana seringnya kurang cerdas. Informasi yang ada tidak tersaring dan disebarkan dengan baik. Hal ini bisa berujung pada kesalahan informasi, sampai kepanikan.

Padahal menurutnya, sekarang sudah banyak fasilitas yang bisa dimanfaatkan untuk memastikan masyarakat bisa menerima informasi yang tepat seputar bencana. Selama masyarakat bisa dan mau memanfaatkannya secara cerdas.

 

inaRISK (dok. BNPB)
inaRISK (dok. BNPB)

Tahun 2016 lalu, BNPB telah meluncurkan inaRISK, suatu aplikasi portal berbasis internet untuk mengindetifikasi risiko bencana di Indonesia. Saat peluncuran, Wisnu mengatakan, identifikasi risiko bencana merupakan langkah awal dari penanggulangan bencana.

Melalui inaRISK, data populasi penduduk yang tinggal di daerah terpapar ancaman bencana dan perhitungan kemungkinan kerugian per provinsi, kabupaten dan kota juga bisa diakses.

Saksikan juga video berikut ini:

Aplikasi tanggap bencana

Mobile apps untuk bencana (dok: BNPB)
Mobile apps untuk bencana (dok: BNPB)

Inilah yang kembali ditekankan dan diingatkan oleh Wisnu pada seminar Rabu tadi. Wisnu juga menyebutkan beberapa aplikasi mobile yang bisa diakses oleh masyarakat.

Dengan memahami dan mengetahui bencana yang dihadapi secara jelas, masyarakat bisa lebih tanggap dan tepat menentukan langkah apa yang perlu diambil selanjutnya.

Wisnu mengatakan, saat bencana terjadi, kemungkinan besar masyarakat bisa selamat adalah jika dia bisa menyelamatkan dirinya sendiri, keluarganya dan komunitasnya.

"Jadi penyelamatan dari para orang-orang berseragam itu sebenarnya sangat kecil, cuma 1,7 persen" ujarnya.

Inilah kenapa, BNPB menginisiasi Hari Kesiapsiagaan Bencana, yang jatuh pada tanggal 26 April setiap tahunnya. Di hari ini, masyarakat diharapkan bisa mendapatkan pelatihan tentang apa yang harus mereka lakukan saat terjadi bencana.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya