Liputan6.com, Jakarta Ibu hamil yang masih berusia remaja rentan meninggal jika selama kehamilan menderita anemia. Pernyataan ini diungkap Ketua Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia, Prof Dr Endang L Achadi.
"Makanya, kalau bisa jangan hamil di usia yang terlalu muda," ujar Endang dalam konferensi pers kampanye "Generasi Produktif, Generasi Bebas Anemia" yang diadakan Merck di kawasan Menteng, Jakarta, ditulis Jumat (27/4/2018).
Baca Juga
Hal ini juga membuat bayi yang lahir, berisiko memiliki berat badan yang rendah.
Advertisement
"Karena risiko melahirkan bayi dengan berat badan (saat) lahir rendah. Kurang dari 2.500 gram. Nah kalau bayi yang lahir dengan berat badan rendah, maka dia juga berisiko sakit dan lebih berisiko untuk meninggal," ujar dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia ini.
Faktor lain yang mengancam nyawa ibu adalah pendarahan saat melahirkan. Menurut Endang, Indonesia memiliki tingkat kelahiran ibu melahirkan yang sangat tinggi.
"Salah satu penyebabnya adalah pendarahan saat melahirkan. Kenapa? Karena anemia," ia menegaskan.
Selain itu, bayi yang lahir juga akan kekurangan zat besi. Ini karena dia tidak diwarisi zat tersebut dari sang ibu.
"Dia lahir tanpa deposito. Tidak diwarisi deposito oleh ibunya, karena ibunya tidak punya deposito."
Karena itu, bayi tersebut bisa menderita anemia di usia empat hingga enam bulan.
Simak juga video menarik berikut ini:
Â
IQ Rendah Hingga Bayi Meninggal Dunia
Endang menambahkan, anak yang mengalami anemia sejak kecil bisa memiliki IQ yang rendah.
"Jika sejak kecil anak itu menderita sejak bayi dan tidak segera diatasi, IQ nya bisa turun 10 sampai 12 poin,"Â kata Endang.
"Kalau IQ kita sekarang rata-rata saja sudah mepet-mepet ke garis normal, dikurangi 10 jadi kurang dari normal." Sehingga, ini bisa berpengaruh pada kecerdasan dan ketangkasan si anak.
Anemia pada ibu hamil remaja juga mampu membuat anak lahir prematur, hingga meninggal dunia.
"Bayi yang prematur berisiko sakit dan karena itu berisiko meninggal."
Advertisement