Wanita Lesbian dan Biseksual Lebih Rentan Terkena Diabetes

Sebuah penelitian menemukan kaitan antara orientasi seksual dengan rentannya seseorang terkena stres.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 14 Mei 2018, 13:00 WIB
Diterbitkan 14 Mei 2018, 13:00 WIB
LGBT atau GLBT Lesbian Gay Biseksual dan Transgender
Ilustrasi Foto LGBT atau GLBT (Lesbian Gay Biseksual dan Transgender). (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Wanita lesbian dan biseksual sepertiga lebih rentan terkena diabetes tipe 2. Hal ini diungkap dalam sebuah penelitian yang memakan waktu hingga 24 tahun dan berfokus pada dua orientasi seksual tersebut.

Penelitian ini menemukan bahwa orientasi seksual kemungkinan bisa ditambahkan dalam faktor risiko yang bisa ditambahkan dalam daftar penyebab diabetes tipe 2.

Mengutip Medical News Today, Senin (14/5/2018), studi ini dipimpin oleh Heather L Corliss, profesor di Sekolah Pascasarjana Kesehatan San Diego State University di California, Amerika Serikat.

Mereka menemukan, wanita yang teridentifikasi sebagai lesbian atau biseksual memiliki tingkat risiko diabetes tipe 2 yang lebih tinggi.

Dilansir dari Science Daily, para peneliti menganalisis hasil survei yang dilakukan sejak 1989. Para wanita berusia antara 24-44 tahun di Amerika Serikat dan diidentifikasi setiap dua tahun untuk melihat diagnosis diabetes.

Corliss menemukan bahwa pada usia 24 tahun, 27 persen wanita lesbian dan biseksual lebih tinggi berisiko terkena diabetes tipe 2 daripada mereka yang heteroseksual.

Sementara pada 2013, sebanyak 6.399 wanita mengidap diabetes tipe 2 dan mereka yang lesbian serta biseksual berisiko 22 persen lebih tinggi.

Simak juga video menarik berikut ini:

 


Terkait dengan stres

LGBT atau GLBT Lesbian Gay Biseksual dan Transgender
Ilustrasi Foto LGBT atau GLBT (Lesbian Gay Biseksual dan Transgender). (iStockphoto)

"Meskipun temuan ini tidak meyakinkan, ada alasan untuk mencurigai bahwa mereka mungkin memiliki kesenjangan dalam kondisi kesehatan fisik kronis, termasuk diabetes tipe 2. Mereka lebih rentan karena memiliki faktor risiko seperti obesitas, merokok, alkohol, dan paparan stres," tulis para peneliti dalam jurnal Diabetes Care.

Stres merupakan salah satu yang paling digarisbawahi. Para peneliti mencatat, hal ini terkait dengan diskriminasi, penganiyaan, serta tekanan psikologis lebih tinggi pada kelompok tersebut.

Faktor ini berkontribusi signifikan terhadap masalah yang lebih tinggi dalam bidang kesehatan para wanita.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya